Latar Belakang Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes 4. dr. Yulianty Sp.P. MARS

BAB 1 PENDAHULUAN

1.6 Latar Belakang

World Health Organization WHO menyatakan bahwa secara global, kehamilan dan persalinan merupakan penyebab utama terhadap masih tingginya Angka Kematian Ibu AKI dan angka kesakitan pada wanita usia reproduktif di negara-negara miskin dan negara-negara berkembang dewasa ini. Lebih dari 300 juta wanita di negara-negara miskin dan berkembang mengalami penurunan kesehatan tubuh atau sakit, baik dalam waktu pendek hingga keadaan sakit yang parah dan lama akibat kehamilan dan persalinan yang dialaminya. Lebih dari 529.000 wanita di dunia meninggal setiap tahunnya akibat kehamilan dan persalinan, dan 99 persennya terjadi di negara-negara miskin dan negara-negara berkembang. Umumnya kematian yang terjadi tersebut sebenarnya dapat dicegah WHO, 2005. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI 20022003 disebutkan bahwa Angka Kematian Ibu AKI di Indonesia adalah 307100.000 kelahiran hidup, atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab. Angka Kematian Bayi AKB, khususnya neonatal adalah 201.000 kelahiran hidup JNPKKR, et al, 2006. Angka kematian ibu AKI di Provinsi NAD tahun 2005 adalah 364100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi adalah 481000 kelahiran hidup. Melalui Anita : Hubungan Kompetensi Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Di Kabupaten Aceh…, 2008 USU e-Repository © 2009 berbagai upaya yang telah dilakukan melalui sektor Kesehatan Ibu dan Anak dewasa ini, diharapkan AKI dan dapat turun pada masa yang akan datang IBI Provinsi NAD, 2006. Departemen Kesehatan RI 2006 menyatakan bahwa tingginya komplikasi obstetri seperti misalnya perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia. Sebagian besar penyebab kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Hal ini telah dibuktikan pada negara-negara di mana angka kesakitan dan kematian ibu tersebut tergolong rendah. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Jika semua tenaga penolong persalinan dilatih agar mampu untuk mencegah atau dapat mendeteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi, menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik sebelum atau saat masalah terjadi, dan segera melakukan rujukan saat kondisi ibu masih optimal, maka para ibu dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian JNPKKR, et al, 2006. Program Maternal and Neonatal Health MNH mulai berjalan di Indonesia sejak tahun 2000. Program ini bertujuan untuk menyelamatkan ibu dan bayi dari kematian, khususnya dalam masa persalinan dan pasca melahirkan. Terdapat dua penyebab yang menjadi kendala bagi program MNH. Penyebab tersebut adalah penyebab langsung dan tak langsung. Penyebab tak langsung adalah tiga terlambat dikenal dengan istilah 3 T yaitu, terlambat mencari pertolongan, terlambat Anita : Hubungan Kompetensi Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Di Kabupaten Aceh…, 2008 USU e-Repository © 2009 membawa ketempat rujukan dan terlambat memberi pertolongan di tempat rujukan Republika, 2004. Selain program MNH pemerintah juga mengembangkan program Making Pregnancy Safer MPS yaitu bagaimana membuat persalinan yang aman dan baik, sehingga bayi yang dilahirkan dan ibunya dalam keadaan sehat setelah persalinan. Tiga pesan kunci dari MPS ini adalah setiap persalinan harus ditangani oleh tenaga terlatih paramedis, karena setiap persalinan tetap ada resikonya dan jangan pergi ke dukun. Setiap komplikasi harus ditangani sebaik mungkin dan setiap wanita usia subur harus memiliki akses terhadap pelayanan kontrasepsi dan bila dihadapkan pada masalah aborsi, wanita juga harus mendapatkan pelayanan kesehatan Harian Terbit, 2004. Program penekanan AKI yang telah dilakukan oleh program MNH selama ini diantaranya adalah mengadakan pelatihan pada para bidan. Jika bidan kompeten dalam melaksanakan tugasnya, diprediksikan 50 persen pendarahan dapat dicegah. Pelatihan tersebut diantaranya adalah pelatihan Asuhan Persalinan Normal atau biasa disebut APN Republika, 2004. Beberapa alasan yang melandasi dirancangnya pelatihan Asuhan Persalinan Normal diantaranya adalah berdasarkan fakta yang menunjukkan bahwa sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh pendarahan pasca persalinan. Upaya terbaik untuk mencegah kematian yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan adalah dengan menghindari terjadinya komplikasi tersebut. Angka kejadian pendarahan pasca persalinan di Indonesia diperkirakan sekitar 45 dari seluruh persalinan yang Anita : Hubungan Kompetensi Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Di Kabupaten Aceh…, 2008 USU e-Repository © 2009 ada. Berdasarkan proporsi tersebut dapat diasumsikan bahwa 90 persalinan akan berlangsung secara normal dan apabila persalinan tersebut ditangani dengan sebaik- baiknya, maka akan mencegah terjadinya kematian ataupun kesakitan pada ibu bersalin JNPKKR, et al, 2006. Berdasarkan kajian kebutuhan pelatihan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI bekerjasama Jaringan Nasional Pelatihan KlinikKesehatan Reproduksi JNPKKR di Jawa Timur dan Jawa Tengah pada tahun 1997, disimpulkan bahwa tenaga pelaksana kebidanan di tingkat pelayanan kesehatan primer, tidak memiliki kemampuanketerampilan yang memadai dalam melaksanakan asuhan persalinan normal yang sesuai dengan prosedur yang ada dan tidak dapat melakukan upaya- upaya pencegahan terhadap komplikasi persalinan. Berdasarkan hasil kajian tersebut di atas, maka dilakukan perancangan dan penyusunan materi pelatihan Asuhan Persalinan Normal bagi tenaga kesehatan yang melayani asuhan persalinan normal di masyarakat JNPKKR, et al, 2006. Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Dengan pendekatan yang seperti ini berarti bahwa upaya APN harus didukung oleh adanya alasan yang kuat dan berbagai bukti ilmiah yang dapat menunjukkan adanya manfaat apabila diaplikasikan pada setiap proses persalinan JNPKKR, et al, 2006. Anita : Hubungan Kompetensi Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Di Kabupaten Aceh…, 2008 USU e-Repository © 2009 Pelatihan APN ini dirancang untuk memperbaiki kompetensi para bidan yang akan menjadi tenaga pelaksana asuhan persalinan yang lebih efektif. Materi pada pelatihan disusun berdasarkan pengetahuan dan tekhnologi terkini serta pengalaman petugas pelaksana di lapangan sehingga relevan dengan latar belakang peserta latih bidan dan dokter. Tujuan umum pelatihan ini adalah tercapainya tingkat kompetensi keterampilan seperti yang diinginkan, penguasaan pengetahuan yang diperlukan dan perubahan perilaku yang mendukung pemberian pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar pelayanan JNPKKR, et al, 2006. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat pelatihan klinik sekunder P2KS Nusa Tenggara Timur NTT bekerjasama dengan JHPIEGO dan Unicef, didapati bahwa pasca pelatihan APN 83,1 bidan yang telah mengikuti pelatihan APN melakukan pertolongan persalinan normal sesuai prosedur tetap APN. Pelatihan APN ini juga sangat bermakna bagi peningkatan kepercayaan diri dan kemampuan bidan dalam melakukan pertolongan persalinan normal. Dampak positif lainnya dari penelitian ini adalah, bidan yang telah mengikuti pelatihan APN memiliki jumlah pasien yang semakin meningkat jika dibandingkan sebelum mereka mengikuti APN. Jadi dapat disimpulkan betapa bermanfaatnya pelatihan APN ini bagi petugas kesehatan yang membantu persalinan normal, khususnya bidan P2KS NTT, et al, 2006. Setelah gempa dan gelombang Tsunami yang menghancurkan sebagian daerah di NAD pada tanggal 24 Desember 2004 yang lalu, maka banyak NGO internasional yang masuk ke NAD untuk membantu NAD dalam rehabilitasi dan rekonstruksi Anita : Hubungan Kompetensi Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Di Kabupaten Aceh…, 2008 USU e-Repository © 2009 disegala bidang. Diantara NGO-NGO tersebut, banyak NGO yang bergerak dalam bidang kesehatan khususnya yang memfokuskan diri terhadap masalah MCH. Berdasarkan pemikiran bahwa bidan merupakan ujung tombak tenaga kesehatan yang berada di garis depan program-program MCH, dan didukung oleh jumlahnya yang besar dan hampir di setiap desa bertugas seorang bidan, maka beberapa NGO bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan KabupatenKota melakukan pelatihan APN untuk bidan. Pelatihan APN ini bertujuan untuk menurunkan AKI dan AKB di NAD Dinkes Provinsi NAD, 2005. Selain alasan di atas, alasan pendanaan untuk pelatihan ini menjadi salah satu alasan mengapa pelatihan APN direkomendasikan oleh Dinkes Provinsi NAD menjadi salah satu pelatihan utama yang masuk dalam program capacity building bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan. Seperti diketahui, pelatihan APN adalah pelatihan dengan biaya besar, sehingga jika hanya mengandalkan biaya pemerintah, maka bisa dipastikan hanya sedikit bidan yang dapat mengikuti pelatihan ini. Dengan adanya bantuan dana dari berbagai organisasi internasional, maka diharapkan mayoritas bidan di Provinsi NAD dapat mengikuti pelatihan APN. Khusus pada Kabupaten Aceh Besar sendiri, dari 770 bidan yang ada 250, 32,5 diantaranya telah mengikuti pelatihan APN sejak pasca tsunami. Kedepannya diharapkan semua bidan di NAD akan mengikuti pelatihan ini. Kita dapat membayangkan berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk program pelatihan APN ini. Jika nantinya hasil yang didapat dari pelatihan ini tidak seperti yang diharapkan, maka betapa sia-sianya tenaga dan dana yang telah dikeluarkan tersebut. Sementara Anita : Hubungan Kompetensi Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Di Kabupaten Aceh…, 2008 USU e-Repository © 2009 masih banyak program kesehatan lainnya yang membutuhkan dana yang besar dalam menjalankan program-programnya. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana kompetensi Bidan yang sudah mengikuti pelatihan APN dan bidan yang belum mengikuti pelatihan APN dengan pelaksanaan APN sehingga dapat menurunkan AKI dan AKB di NAD.

1.7 Rumusan Masalah