Penetrasi Cahaya Intensitas Cahaya

daerah pariwisata ini terdapat bebatuan besar yang ketika bertabrakan dengan gelombang air dapat menurunkan suhu di sekitar daerah tersebut akibat adanya pertukaran panas air dengan udara sekeliling. Menurut Barus 2004, pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas air dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis dan faktor kanopi penutupan oleh vegetasi dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Selain itu, pola temperatur perairan dapat dipengaruhi oleh faktor anthropogen faktor yang diakibatkan oleh manusia. Effendi 2003 menambahkan bahwa nilai temperatur tersebut masih baik untuk pertumbuhan alga terutama jenis diatom 20-30 o C, sedangkan jenis Cyanophyta lebih dapat bertoleransi terhadap kisaran suhu tinggi.

b. Penetrasi Cahaya

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh nilai rata-rata penetrasi cahaya berkisar antara 258- 425 cm. Penetrasi cahaya tertinggi terdapat pada stasiun 4 yaitu daerah bebas aktifitas. Hal ini disebabkan karena pada stasiun ini memiliki nilai Total Disolved SuspendedTDS Jumlah Zat Padat Terlarut terendah dengan nilai 77,3 mgL. Nilai TDS sangat mempengaruhi tinggi rendahnya penetrasi cahaya pada suatu perairan karena zat padat terlarut yang terdapat pada perairan tersebut dapat menahan cahaya matahari yang masuk ke badan perairan. Penetrasi cahaya terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu daerah dermaga. Hal ini disebabkan karena pada daerah dermaga tersebut terdapat sisa atau tumpahan minyak dari kapal- kapal masyarakat yang bersandar di pinggirannya, baik kapal nelayan maupun kapal pengangkut transportasi. Sisa atau tumpahan minyak tersebut melayang- layang di permukaan perairan yang dapat menghambat penetrasi cahaya yang masuk ke badan perairan tersebut. Menurut Sastrawijaya 1991, padatan terlarut pada air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, kotoran manusia, lumpur, sisa tanaman dan hewan serta limbah industri. Partikel yang tersuspensi akan menurunkan penetrasi cahaya yang masuk sehingga akan mempengaruhi tingkat transparansi dan warna air. Dengan minimnya penetrasi cahaya yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi regenerasi oksigen serta fotosintesis tumbuhan air. Cholik et al., 1988 juga menambahkan bahwa kecerahan yang produktif adalah apabila keping secchi mencapai kedalaman 20-40 cm dari permukaan.

c. Intensitas Cahaya

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh nilai intensitas cahaya berkisar antara 1150 x 2000 – 1858 x 2000 Candella. Intensitas cahaya tertinggi terdapat pada stasiun 3 yang merupakan daerah pariwisata dengan nilai 1858 x 2000 Candella dan terendah pada stasiun 4 yang merupakan daerah bebas aktifitas dengan nilai 1150 x 2000 Candella. Adanya perbedaan intensitas cahaya ini disebabkan karena adanya perbedaan tutupan vegetasi kanopi pada setiap stasiunnya. Menurut Barus 2004, faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan dipantulkan keluar permukaan air. Romimohtarto dan Juwana 2001 menambahkan bahwa banyaknya cahaya yang menembus permukaan perairan dan menerangi lapisan perairan setiap hari dan perubahan intensitas memegang peranan penting dalam pertumbuhan fitoplankton dan ganggang dalam membantu proses fotosintesis sebagai sumber energi. Wiryanto 2001 menambahkan juga bahwa efektivitas pemanfaatan cahaya matahari melalui mekanisme fotosintesis dalam ekosistem perairan dipengaruhi oleh kerapatan klorofil. Semakin banyak jumlah klorofil dalam suatu satuan luas akan meningkatkan aktivitas penangkapan cahaya yang selanjutnya dikonversi menjadi rantai karbon.

d. pH air