Indeks Keanekaragaman Diversitas Shannon-Wiener H’ dan Indeks Equitabilitas Keseragaman E.

4.3. Indeks Keanekaragaman Diversitas Shannon-Wiener H’ dan Indeks Equitabilitas Keseragaman E.

Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E yang diperoleh pada masing-masing stasiun dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Indeks Keanekaragaman Diversitas Shannon-Wiener H’ dan Indeks Equitabilitas Keseragaman E pada masing-masing stasiun penelitian Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 H 2,88 3,00 3,05 2,81 E 0,82 0,87 0,92 0,87 Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa kisaran indeks keanekaragaman H’ fitoplankton pada seluruh stasiun penelitian adalah 2,81-3,05. Nilai H’ yang berbeda pada masing-masing stasiun tersebut disebabkan karena adanya aktivitas masyarakat yang mempengaruhi kualitas air. Silaban 2006 menyatakan bahwa perbedaan aktivitas masyarakat pada kawasan perairan dapat mempengaruhi kualitas air dan akhirnya akan mempengaruhi keanekaragaman. Menurut Krebs 1985, nilai 0H’2,302 keanekaragaman rendah, 2,302H’6,907 keanekaragaman sedang dan H’6,907 keanekaragaman tinggi. Berdasarkan indeks keanekaragaman fitoplankton yang diperoleh pada setiap stasiun masuk ke dalam kategori sedang. Barus 2004 menambahkan bahwa nilai indeks keanekaragaman sangat dipengaruhi oleh faktor jumlah spesies, jumlah individu dan penyebaran individu pada masing-masing spesies. Pirzan et al. 2008 menyatakan bahwa semaki n besar nilai H’ menunjukkan semakin beragamnya kehidupan di perairan, kondisi ini merupakan tempat hidup yang lebih baik. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa nilai keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 3,05. Hal ini disebabkan karena pada stasiun 3 memiliki nilai fosfat yang lebih tinggi daripada ketiga stasiun lainnya. Fosfat merupakan salah satu faktor kimia perairan yang penting bagi pertumbuhan fitoplankton pada suatu perairan. Kadar fosfat yang tinggi dapat menjadikan perkembangan dan pertumbuhan fitoplankton semakin cepat dan melimpah atau blooming. Asprianti et al., 2013 menyatakan bahwa fosfat juga merupakan senyawa penting bagi pertumbuhan alga, akan tetapi fosfat pada konsentrasi tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan alga yang tak terbatas. Berdasarkan tabel 2 diperoleh juga nilai Indeks Keseragaman E pada setiap lokasi penelitian adalah 0,92-0,82. Stasiun yang memiliki nilai Indeks Keseragaman tertinggi adalah stasiun 3 sebesar 0,92 dan terendah pada stasiun 1 sebesar 0,82. Pada stasiun 3 menunjukkan bahwa keseragaman populasi fitoplankton besar artinya penyebaran individu tiap jenis lebih merata dibandingkan stasiun lainnya. Pada stasiun 1 yang nilai keseragamannya lebih kecil dibandingkan stasiun lainnya menunjukkan penyebaran individu jenis yang kurang merata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fachrul 2007, bahwa nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1, apabila nilai keseragaman mendekati 0, maka tingkat keseragamannya dikatakan tidak merata dan ada jenis yang mendominasi. Apabila indeks keseragaman E mendekati 1 maka sebaran individu tiap jenis merata. Soedibjo 2006 menambahkan bahwa populasi fitoplankton yang hanya didominasi oleh beberapa jenis atau nilai kemerataan yang rendah akan diikuti pula oleh rendahnya kekayaan jenis. Menurut Odum 1993, apabila suatu komunitas terdiri dari jenis-jenis dengan jumlah banyak tetapi penyebaran individunya tidak merata maka keragaman jenis dinilai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener merupakan salah satu indeks keanekaragaman biota pada suatu daerah, bila nilainya semakin tinggi maka semakin tinggi tingkat keragamannya dan sebaliknya jika nilai indeks keanekaragaman rendah maka keragamannya juga rendah.

4.4. Indeks Similaritas IS