Indeks Similaritas IS HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 2 diperoleh juga nilai Indeks Keseragaman E pada setiap lokasi penelitian adalah 0,92-0,82. Stasiun yang memiliki nilai Indeks Keseragaman tertinggi adalah stasiun 3 sebesar 0,92 dan terendah pada stasiun 1 sebesar 0,82. Pada stasiun 3 menunjukkan bahwa keseragaman populasi fitoplankton besar artinya penyebaran individu tiap jenis lebih merata dibandingkan stasiun lainnya. Pada stasiun 1 yang nilai keseragamannya lebih kecil dibandingkan stasiun lainnya menunjukkan penyebaran individu jenis yang kurang merata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fachrul 2007, bahwa nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1, apabila nilai keseragaman mendekati 0, maka tingkat keseragamannya dikatakan tidak merata dan ada jenis yang mendominasi. Apabila indeks keseragaman E mendekati 1 maka sebaran individu tiap jenis merata. Soedibjo 2006 menambahkan bahwa populasi fitoplankton yang hanya didominasi oleh beberapa jenis atau nilai kemerataan yang rendah akan diikuti pula oleh rendahnya kekayaan jenis. Menurut Odum 1993, apabila suatu komunitas terdiri dari jenis-jenis dengan jumlah banyak tetapi penyebaran individunya tidak merata maka keragaman jenis dinilai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener merupakan salah satu indeks keanekaragaman biota pada suatu daerah, bila nilainya semakin tinggi maka semakin tinggi tingkat keragamannya dan sebaliknya jika nilai indeks keanekaragaman rendah maka keragamannya juga rendah.

4.4. Indeks Similaritas IS

Indeks Similaritas IS antara stasiun pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Nilai Indeks Similaritas IS pada masing-masing stasiun penelitian IS Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 1 - 65,62 52,46 58,62 Stasiun 2 - - 47,46 57,14 Stasiun 3 - - - 64,15 Stasiun 4 - - - - Berdasarkan Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa Indeks Similaritas IS yang diperoleh dari setiap stasiun adalah 65,62-47,46 . Perbandingan pada stasiun 1 dan 2 memiliki Indeks Similaritas tertinggi yaitu 65,62 sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun 2 dan 3 sebesar 47,46 . Hal ini sesuai dengan total kelimpahan dan indeks keanekaragaman yang cukup berbeda antara stasiun 2 dan 3. Nilai kelimpahan fitoplankton pada stasiun 2 jauh lebih besar dibandingkan nilai kelimpahan stasiun 3, sedangkan nilai indeks keanekaragaman terjadi hal sebaliknya yaitu nilai indeks keanekaragaman pada stasiun 3 lebih besar dibandingkan stasiun 2. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor fisik kimia perairan seperti intensitas cahaya, penetrasi cahaya, dan pH yang berbeda pada kedua stasiun. Berdasarkan kategori tersebut, maka perbandingan antara stasiun 1 dan 2, stasiun 1 dan 3, stasiun 1 dan 4, stasiun 2 dan 4, serta stasiun 3 dan 4 tergolong kategori mirip sedangkan perbandingan antara stasiun 2 dan 3 tergolong tidak mirip. Dari hasil tersebut, adanya perbedaan golongan dari setiap stasiun dipengaruhi oleh faktor ekologis perairan dan aktifitas yang ada pada setiap stasiun. Pada stasiun dengan indeks similaritas yang tergolong mirip, tidak terdapat nilai faktor fisik kimia yang jauh berbeda sehingga pada stasiun tersebut terdapat kemiripan genus fitoplankton. Cheremer et al., 2007 menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi komposisi alga di perairan, baik secara alami seperti cahaya, arus, suhu dan tipe substrat ataupun berbagai macam aktifitas manusia. Menurut Barus 2004, suatu perairan yang belum tercemar akan menunjukkan jumlah individu yang seimbang dari hampir semua spesies yang ada. Sebaliknya suatu perairan yang tercemar akan menyebabkan penyebaran jumlah individu tidak merata dan cenderung ada spesies tertentu yang bersifat dominan.

4.5. Nilai Produktivitas Primer NPP