pH air Oksigen Terlarut DO

menambahkan bahwa kecerahan yang produktif adalah apabila keping secchi mencapai kedalaman 20-40 cm dari permukaan.

c. Intensitas Cahaya

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh nilai intensitas cahaya berkisar antara 1150 x 2000 – 1858 x 2000 Candella. Intensitas cahaya tertinggi terdapat pada stasiun 3 yang merupakan daerah pariwisata dengan nilai 1858 x 2000 Candella dan terendah pada stasiun 4 yang merupakan daerah bebas aktifitas dengan nilai 1150 x 2000 Candella. Adanya perbedaan intensitas cahaya ini disebabkan karena adanya perbedaan tutupan vegetasi kanopi pada setiap stasiunnya. Menurut Barus 2004, faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan dipantulkan keluar permukaan air. Romimohtarto dan Juwana 2001 menambahkan bahwa banyaknya cahaya yang menembus permukaan perairan dan menerangi lapisan perairan setiap hari dan perubahan intensitas memegang peranan penting dalam pertumbuhan fitoplankton dan ganggang dalam membantu proses fotosintesis sebagai sumber energi. Wiryanto 2001 menambahkan juga bahwa efektivitas pemanfaatan cahaya matahari melalui mekanisme fotosintesis dalam ekosistem perairan dipengaruhi oleh kerapatan klorofil. Semakin banyak jumlah klorofil dalam suatu satuan luas akan meningkatkan aktivitas penangkapan cahaya yang selanjutnya dikonversi menjadi rantai karbon.

d. pH air

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh nilai rata-rata pH air berkisar antara 7,1 – 7,3. Nilai pH yang diperoleh masih tergolong baik bagi pertumbuhan fitoplankton. Menurut Yuliana 2006, pH air 7,62-7,77 merupakan pH yang sesuai untuk pertumbuhan fitoplankton. pH tertinggi terdapat pada stasiun 4 dengan nilai 7,3 sedangkan pH terendah terdapat pada stasiun 2 dengan nilai 7,1. Tinggi rendahnya pH air pada setiap stasiun dapat disebabkan oleh adanya berbagai macam aktifitas yang menghasilkan senyawa organik maupun anorganik yang mengalami penguraian sehingga mempengaruhi pH suatu perairan. Tinggi rendahnya pH juga dipengaruhi fluktuasi kandungan O 2 maupun CO 2 dalam suatu perairan. Alga melakukan proses fotosintesis dengan membutuhkan karbondioksida dan menghasilkan oksigen, artinya semakin banyak alga ditemukan pada suatu perairan, maka semakin tinggi pula kebutuhan karbondioksida dan semakin rendah nilai pH di perairan tersebut. Menurut Barus 2004, pada ekosistem perairan yang mengalami laju fotosintesis yang tinggi akan dibutuhkan karbondioksida yang banyak. Nilai pH suatu ekosistem air dapat berfluktuasi terutama dipengaruhi oleh aktifitas fotosintesis. Cholik et al., 1988 menambahkan bahwa tinggi rendahnya pH perairan dipengaruhi oleh kadar CO 2 bebas dan senyawa yang bersifat asam dari proses dekomposisi sehingga fitoplankton dan tumbuhan air akan menggunakannya selama proses fotosintesis berlangsung. Asprianti et al., 2013 juga menyatakan bahwa pada umumnya alga biru hidup pada pH netral sampai basa dan respon pertumbuhan negatif terhadap asam pH6 dan diatom pada kisaran pH yang netral akan mendukung keanekaragaman jenisnya.

e. Oksigen Terlarut DO

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh nilai DO berkisar antara 6,2-7,1 mgL. Nilai DO yang diperoleh masih tergolong kategori normal. Nurgayah 2009 menyatakan bahwa kisaran DO antara 4,84-7,04 mgL tergolong normal dan masih dalam kisaran yang kondusif untuk kehidupan organisme akuatik. Astirin et al. 2002 menambahkan bahwa pada umumnya oksigen terlarut bukan merupakan faktor pembatas bagi kehidupan perairan, namun apabila kadar oksigen terlarut sangat rendah akan mengancam kehidupan organisme air. Nilai DO tertinggi terdapat pada stasiun 4 yang merupakan daerah bebas aktifitas dengan nilai 7,1 mgL. Hal ini dipengaruhi oleh pergerakan massa air dengan adanya kontak antara permukaan air dan udara, proses fotosintesis dan respirasi dari orgaisme perairan termasuk fitoplankton dan alga, sehingga kadar oksigen terlarut lebih tinggi. Tingginya kadar DO juga disebabkan minimnya kandungan senyawa organik pada stasiun ini karena tidak adanya aktifitas masyarakat pada kawasan sekitar perairan. Nilai DO terendah terdapat pada stasiun 1 yang merupakan daerah keramba. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar senyawa organik dari sisa pakan ikan yang menyebabkan penurunan tingkat oksigen terlarut pada kawasan stasiun tersebut. Menurut Simanjuntak 2012, sumber utama oksigen dalam air adalah dari difusi dan dari proses fotosintesis alga. Kadar oksigen terlarut menurun seiring dengan semakin meningkatnya limbah organik di perairan. Barus 2004 juga menambahkan bahwa fluktuasi dipengaruhi oleh aktifitas fotosintesis dari tumbuhan yang menghasilkan oksigen. Nilai oksigen terlarut dalam perairan sebaiknya berkisar antara 6-8 mgL.

f. BOD