Deskripsi data HASIL PENELITIAN

56 Tabel 4.3 Guru menasehati siswa yang melanggar aturan No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 4 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 18 12 4 52,94 35,29 11,77 Jumlah 34 100 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 52,94 siswa menjawab guru mereka selalu memberikan nasehat kepada siswa yang melanggar aturan. Nasehat tersebut bahkan tidak hanya diberikan kepada siswa yang melanggar aturan saja, akan tetapi guru memberikan nasihat kepada semua siswa agar siswa dapat termotivasi baik dalam belajar maupun dalam berakhlakul karimah. Kemudian 35,29 siswa menyatakan sering diberikan nasehat, 11,77 menyatakan kadang-kadang dan 0 menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, mayoritas anak didik yakni 52,94 menyatakan guru mereka selalu memberikan nasehat ketika mereka melanggar peraturan. Doa merupakan hal yang sangat penting baik sebelum maupun sesudah melakukan pekerjaan, begitu pula dengan belajar, aktifitas belajar sebaiknya diawali dengan berdoa. Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan adalah “Apakah Saya mengawali pelajaran dengan membaca do’a”. hasil dari pertanyaan ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: 57 Tabel 4.4 Mengawali pelajaran dengan membaca do’a No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 27 7 79,41 20,59 Jumlah 34 100 Berdasarkan keterangan tabel di atas, maka dapat diambil informasi bahwasanya siswa yang selalu mengikuti aktifitas mengawali pelajaran dengan membaca doa sebesar 79,41, sedangkan 20,59 yang menyatakan sering dan tidak ada yang menyatakan kadang-kadang atau tidak pernah. Dengan demikian, mayoritas anak didik, yakni 79,41 selalu membaca do’a ketika mangawali pelajaran. Soal angket berikutnya adalah tentang keperdulian terhadap sesama manusia. Dalam hal ini yang ditanyakan adalah “saya menolong teman yang membutuhkan pertolongan”. Hasil dari pertanyaan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.5 Menolong teman yang membutuhkan pertolongan No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 5 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 11 14 8 1 32,35 41,18 23,53 2,94 Jumlah 34 100 58 Dari data di atas dapat dilihat bahwa kurang dari setengah siswa menyatakan mereka selalu menolong teman yang membutuhkan pertolongan yaitu sebanyak 32,35, kemudian 41,18 menyatakan sering menolong temannya yang membutuhkan pertolongan, dan 23,53 menyatakan kadang-kadang menolong teman yang membutuhkaqn pertolongan, serta 2,94 menyatakan tidak pernah menolong teman yang membutuhkan pertolongan. Dengan demikian mayoritas jawaban anak didik ada pada pilihan jawaban sering menolong teman yang membutuhkan pertolongan, bukan pada selalu. Berkata bohong merupakan salah satu dari akhlak tidak terpuji, karena itu sudah seharusnya seorang anak ditanamkan sejak dini untuk selalu berkata jujur. Kejujuran juga merupakan modal utama bagi seorang anak untuk menjalani hidupnya di masa depan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pertanyaan yang diajukan adalah “Saya malu dan takut berkata bohong”. Hasil dari pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.6 Takut dan malu berkata bohong No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 6 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 11 16 6 1 32,35 47,05 17,66 2,94 Jumlah 34 100 Berdasarkan data di atas, terdapat 32,35 siswa yang menyatakan bahwa mereka selalu takut dan malu jika berkata bohong, 47,05 menyatakan sering takut dan malu berkata bohong, 17,66 menyatakan kadang-kadang dan 2,94 menyatakan tidak pernah takut dan malu jika berkata bohong. Dengan demikian yang menjadi mayoritas dari jawaban siswa adalah alternatif sering malu dan takut berkata bohong yakni 47,05. 59 Berpamitan dan mencium tangan kedua orang tua merupakan salah satu bentuk bakti dan sopan santun seorang anak terhadap orang tuanya. Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan adalah “Saya berpamitan dan mencium tangan kedua orang tua ketika hendak berangkat sekolah”. Hasil dari pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Berpamitan dan mencium tangan kedua orang tua ketika hendak berangkat sekolah No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 7 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 23 8 3 67,65 23,53 8,82 Jumlah 34 100 Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar atau sebesar 67,65 siswa selalu berpamitan dan mencium tangan kedua orang tua ketika hendak berangkat sekolah, 23,53 menyatakan sering 8,82 menyatakan kadang-kadang, dan tidak ada yang tidak pernah sama sekali berpamitan dan mencium tangan kedua orang tua ketika berangkat sekolah. Berdasarkan data diatas maka mayoritas siswa yakni 67,65 selalu berpamitan dan mencium tangan orang tua ketika hendak berangkat sekolah. Pertanyaan berikutnya adalah mengenai bertegur sapa ketika berpapasan dengan guru, karena sikap ramah dan sopan kepada guru tidak hanya harus ditunjukkan ketika di dalam lingkungan sekolah saja tetapi juga di luar sekolah. Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan adalah “Saya menyapa guru yang berpapasan di luar sekolah”. Hasil dari pertanyaan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini: 60 Tabel 4.8 Menyapa guru yang berpapasan di luar sekolah Dari data di atas dapat terlihat bahwasanya perilaku siswa menyapa guru ketika berpapasan di luar sekolah masih sangatlah kurang. Hal ini diperjelas denga persentase yang menyatakan selalu menyapa guru yang berpapasan di luar sekolah hanyalah sebesar 14,71, kemudian yang sering menyapa guru yang berpapasan di luar sekolah sebesar 35,29, lalu yang kadang-kadang sebesar 32,35 dan yang tidak pernah menyapa guru yang berpapasan di luar sekolah sebesar 17,65. Salah satu bentuk contoh dari keperdulian anak pada lingkungannya dapat terlihat dari kebiasaan anak tersebut untuk membuang sampah pada tempatnya. Dengan membuang sampah pada tempatnya, maka anak tersebut sudah ikut serta untuk menjaga lingkungannya agar tetap bersih dan sehat juga terlihat rapih. Berkenaan dengan hal tersebut, maka pertanyaan yang diajukan adalah “Saya membuang sampah pada tempatnya”. Hasil jawaban dari para siswa dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.9 Membuang sampah pada tempatnya No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 9 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 16 12 4 2 47,05 35,29 11,77 5,88 Jumlah 34 100 No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 8 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 5 12 11 6 14,71 35,29 32,35 17,65 Jumlah 34 100 61 Data di atas menunjukkan bahwa 47,05 siswa selalu membuang sampah pada tempatnya, 35,29 menyatakan sering membuang sampah pada tempatnya, 11,77 menyatakan kadang-kadang membuang sampah pada tempatnya, dan 5,88 menyatakan tidak pernah membuang sampah pada tempatnya. Dengan demikian, mayoritas anak didik yakni 47,05 selalu membuang sampah pada tempatnya. Doa merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari seorang muslim, karena doa merupakan hal yang menghubungkan muslim tersebut dengan Allah SWT dan juga agar selalu dekat dengan Allah SWT baik dalam situasi dan kondisi apapun. Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan adalah “saya membaca doa sebelum dan bangun tidur”. Hasil jawaban dari pertanyaan tersebut dapat dilihat dlam tabel berikut: Tabel 4.10 Membaca doa sebelum dan bangun tidur No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 10 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 17 11 4 2 50 32,35 11,77 5,88 Jumlah 34 100 Tabel di atas menunjukkan bahawa sebesar 50 siswa menyatakan selalu membaca doa baik sebelum dan bangun tidur, 32,35 sering berdoa sebelum dan bangun tidur, 11,77 menyatakan kadang-kadang dan sebanyak 5,88 menyatakan tidak pernah membaca doa sebelum dan bangun tidur. Dengan demikian, mayoritas siswa yakni 50 selalu membaca doa baik sebelum dan bangun tidur. 62 Doa dapat juga dijadikan sebagai suatu ungkapan rasa syukur seorang hamba kepada Allah SWT. Membaca doa ketika hendak makan merupakan salah satu bukti syukur atas karunia yang telah diberikan Allah SWT berupa makanan yang bisa dinikmati saat itu. Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan adalah “saya membaca doa ketika hendak makan”. Tabel 4.11 Membaca doa ketika hendak makan No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 11 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 21 10 2 1 61,76 29,41 5,88 2,95 Jumlah 34 100 Data di atas terlihat bahwa sebesar 61,76 siswa selalu membaca doa ketika hendak makan, 29,41 siswa yang menyatakan sering, 5,88 siswa menyatakan kadang-kadang, dan 2,95 siswa menyatakan tidak pernah berdoa ketika hendak makan. Dengan demikian, mayirotas siswa yakni 61,76 siswa selalu membaca do’a ketika hendak makan. Menjahili teman sekelas merupakan salah satu perbuatan yang tidak terpuji atau akhlakul madzmumah. Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan adalah “saya menjahili teman sekelas”. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.12 Menjahili teman sekelas No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 12 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 2 4 12 16 5,88 11,77 35,29 47,05 Jumlah 34 100 63 Dari data di atas sebesar 5,88 siswa selalu menjahili teman sekelas mereka, 11,77 menyatakan jarang, 35,29 menyatakan kadang-kadang, dan hamper setengah siswa atau sebesar 47,05 menyatakan tidak pernah menjahili teman sekelas mereka. Dengan demikian, mayoritas anak didik yakni 47,05 tidak pernah menjahili teman sekelas. Sholat merupakan rekun kedua dalam rukun islam. Melaksanakan sholat juga merupakan kewajiban bagi seluruh umat muslim, dan dengan sholat juga dapat diharapkan untuk menjauhkan manusia dari perbuatan keji dan munkar. Pembiasaan untuk mendirikan sholat 5 waktu harus ditanamkan sejak dini, agar nantinya melaksanakan sholat tidak lah menjadi suatu beban akan tetapi justru menjadi suatu kebutuhan bagi anak tersebut. Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan adalah “saya melaksanakan sholat lima waktu”. Hasilnya dapat dilihat dalam tebel berikut: Tabel 4.13 Melaksanakan Sholat lima waktu No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 13 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 5 13 14 2 14,71 38,23 41,18 5,88 Jumlah 34 100 Dari data di atas dapat dilihat masih kurangnya pembiasaan untuk sholat lima waktu. Hal ini diperjelas dengan persentase siswa yang menyatakan selalu melaksanakan sholat lima waktu hanya sebesar 14,71, yang menyatakan sering melaksanakan sholat lima waktu sebesar 38,23, yang menyatakan kadang-kadang hampir setengah atau sebesar 41,18, dan yang menyatakan tidak pernak melaksanakan sholat lima waktu sebesar 5,88. Dengan demikian, mayoritas siswa 64 yakni 41,18 berada pada intensitas kadang-kadang melaksanakan sholat lima waktu. Pertanyaan selajutnya pada angket adalah mengenai kebiasan yang kurang baik yaitu makan sambil berjalan. Pertanyaan yang diajukan adalah “ Saya makan sambil berjalan”. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.14 Makan sambil berjalan No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 14 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 3 7 13 11 8,82 20,59 38,23 32,35 Jumlah 34 100 Data di atas menunjukkan sebesar 8,82 siswa selalu makan sambil berjalan, 20,59 siswa sering makan sambil berjalan, prosentase terbesar ada pada siswa yang menyatakan kadang-kadang makan sambil berjalan yaitu sebesar 38,23, dan kemudian siswa yang menyatakan tidak pernah makan sambil berjalan yaitu sebesar 32,35. Dengan demikian mayoritas siswa yakni 38,23 berada pada intensitas kadang-kadang makan sambil berjalan. Dengan demikian, mayoritas siswa yakni 38,23 kadang-kadang makan sambil berjalan. Tolong menolong merupakan keharusan bagi sesama manusia sebagai makhluk sosial, karena manusia tidak akan pernah bisa hidup sendiri dan tidak selalu bisa memenuhi kebutuhannya seorang diri. Seorang anak harus dibiasakan sejak dini untuk mau saling membantu sesamanya. Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan adalah “saya membantah ketika dimintai tolong oleh guru”. Hasilnya adalah sebagai berikut: 65 Tabel 4.15 Membantah ketika dimintai tolong oleh guru No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 15 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 3 7 10 14 8,82 20,59 29,41 41,18 Jumlah 34 100 Data di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang selalu membantah ketika dimintai tolong oleh guru sebesar 8,82, kemudian 20,59 menyatakan sering membantah ketika dimintai pertolongan, 29,41 menyatakan kadang-kadang membantah ketika dimintai tolong oleh guru,dan prosentase terbesar ada pada siswa yang menyatakan tidak pernah membantah ketika dimintai tolong oleh guru yaitu sebesar 41,18. Dengan demikian, mayoritas siswa yakni 41,18 tidak pernak membantah ketika dimintai tolong oleh guru. Pertanyaan angket selanjutnya mengenai kebioasaan anak untuk mengucapkan terimakasih setiap kali diberikan sesuatu. Pertanyaan yang diajukan adalah “Saya mengucapkan terima kasih setiap diberikan sesuatu”. Hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.16 Mengucapkan terima kasih setiap diberikan sesuatu No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 16 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 14 16 4 41,18 47,05 11,77 Jumlah 34 100 66 Berdasarkan data di atas dapat dilihat 41,18 siswa menyatakan selalu mengucapkan terima kasih setiap diberikan sesuatu, 47,05 siswa menyatakan sering mengucapkan terima kasih setiap diberikan sesuatu, 11,77 siswa menyatakan kadang-kadang dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak pernah mengucapkan terima kasih setiap diberikan sesuatu. Dengan demikian, mayoritas siswa yakni 47,05 sering mengucapkan terima kasih setiap diberikan sesuatu. Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai perilaku buruk, yaitu bertengkar dengan teman. Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan adalah “Saya bertengkar dengan teman”. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.17 Bertengkar dengan teman No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 17 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 3 17 10 4 8,82 50

29,41 11,77

Jumlah 34 100 Data diatas menunjukkan bahwa pembinaan akhlak di TK Islam ArRizqy belum memberikan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari tabel bahwa sebesar 8,82 siswa menyatakan selalu bertengkar dengan teman, 50 siswa menyatakan sering bertengkar dengan teman, 29,41 siswa menyatakan kadang- kadang bertengkar dengan teman sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebesar 11,77. Dengan demikian, mayoritas siswa yakni 50 sering bertengkar dengan teman. Salam tidak hanya sekedar ucapan, salam juga merupakan doa. Mengucapkan salam bagi seorang muslim memang sunnah,tetapi menjawab salam merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Hal ini sesuai dengan pertanyaan yang 67 diajukan, yaitu “Saya mengucapkan salam saat datang dan pergi”. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.18 Mengucapkan salam saat datang dan pergi No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 18 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 13 16 5 38,23 47,05 14,71 Jumlah 34 100 Data di atas dapat terlihat perilaku siswa yang selalu mengucapkan salam saat datang dan pergi hanya sebesar 38,23,sedangkan yang sering sebesar 47,05 dan yang kadang-kadang mengucapkan salam saat dating dan pergi sebesar 14,71. Dengan demikian, mayoritas siswa yakni 47,05 sering mengucapkan salam saat dating dan pergi. Sedekah adalah suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap ridho Allah SWT. Dan pahala semata. Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan adalah “Saya bersedekah ketika melihat pengemis”. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.19 Bersedekah ketika melihat pengemis No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 19 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 10 19 5 29,41 55,88 14,71 Jumlah 34 100 68 Data di atas menunjukkan 29,41 siswa menjawab selalu bersedekah ketika melihat pengemis, 55,88 yang menjawab sering, dan 14,71 siswa yang menjawab kadang-kadang bersedekah ketika melihat pengemis, ini menunjukkan bahwa kesadaran siswa untuk bersedekah sudah cukup baik, tetapi ssangat baik sekali bila lebih di tingkatkan lagi. Dengan demikian, mayoritas siswa yakni 55,88 siswa sering bersedekah ketika melihat pengemis. Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai adab dan sopan santun terhadap sesame manusia, yaitu berbicara dengan sopan. Dalam hal ii pertanyaan yang diajukan adalah “Saya berbicara dengan sopan”. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.20 Berbicara dengan sopan No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 20 a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 16 17 1 47,05 50 2,94 Jumlah 34 100 Data di atas menjelaskan sebesar 47,05 siswa menyatakan selalu berbicara dengan sopan, 50 menyatakan sering, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebesar 2,94. Dengan demikian, mayoritas siswa yakni 50 serinbg berbicara dengan sopan. 69 Pembahasan Hasil Data Berdasarkan data-data pada tabel di atas penerapan pembinaan akhlak di TK Islam Ar Rizqy dilakukan dengan cara memberikan pendidikan agama dan pembinaan pembiasaan dan latihan. Dalam memberikan pendidikan agama, guru menanamkan ajaran agama dengan baik kepada siswanya di sekolah. Guru selalu menerangkan kepada siswa dalam pelajaran agama mengenai contoh akhlak terpuji dan akhlak tidak terpuji untuk dilakukan agar siswa dapat menghindarinya dan yang terpuji dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membina atau melatih siswa agar berakhlakul karimah, guru memberikan beberapa upaya atau cara seperti memberikan keteladanan, nasehat, pembiasaan dan hukuman. Segala perkataan, perbuatan, maupun sikap seorang guru pasti akan diperhatikan siswanya. Oleh karena itu di sekolah guru harus menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya agar siswanya dapat bersikap atau bertingkah laku sesuai dengan yang orang tua dan guru harapkan. Mulai dari hal kecil guru harus memperhatikan dirinya seperti kerapihan dan kesopanan berbusana, berkata sopan kepada siswa dan lain-lain. Hal ini dapat dibuktikan dengan jawaban responden sebesar 64,71 yang menyatakan guru selalu memberikan teladan yang baik di sekolah. Upaya selanjutnya adalah dengan pembiasaan yang diterapkan kepada siswanya. Pembiasaan tersebut dimaksudkan agar melekat dalam diri siswa dan dapat dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu akhlak. Tentunya yang diharapkan adalah pembiasaan yang baik dan timbul akhlakul karimah. Pembiasaan tersebut meliputi membaca doa sebelum belajar atau sebelum dan sesudah melaksanakan suatu pekerjaan, mengucap dan menjawab salam saat bertemu dengan guru, membuang sampah pada tempatnya, dan lain-lain. Sebesar 52,94 siswa menyatakan bahwa guru selalu memberikan nasehat kepada seluruh siswanya. Nasehat tersebut berupa nasehat yang membangun serta mampu memotivasi siswa 70 baik dalam belajar maupun dalam berakhlakul karimah. Selain itu, upaya lainnya adalah dengan memberikan hukuman kepada siswa yang telahy melakukan kesalahan, hukuman ytang dimaksud bukanlah hukuman fisik, tetapi hukuman yang bersifat mendidik seperti menghapal surat-surat pendek dalam al Qur’an, memungut sampah yang terdapat di bawah meja atau kursi, mengucapkan istigfar, dan lain sebagainya, lalu guru menasehati agar anak tersebut tidak mengulangi kesalahannya. Hal tersebut dibuktikan dengan data sebesar 61,76 siswa menjawab guru selalu memberikan hukuman terhadap siswa yang melanggar aturan. Kemudian, dalam hal akhlak kepada sesama siswa pun selalu di bimbing untuk senantisa berbuat baik dan tolong menolong kepada sesama yang membutuhkan pertolongan, baik itu teman, guru, orang tua, atau siapapun orang yang mereka lihat sedang dalam kesulitan. Hal ini dapat dibuktikan dengan persentase siswa yang menjawab selalu menolong teman yang membutuhkan pertolongan sebesar 52,35, kemudian 41,18 untuk tidak pernah membantah ketika dimintai tolong oleh guru, dan 29,41 untuk selalu bersedekah ketika melihat fakir miskin. Begitu pula dengan akhlak kepada linkungan, keperdulian siswa terhadap lingkungannya dapat dilihat dari kebiasaan siswa yang selalu berusaha menjaga lingkungannya agar tetap bersih dan sehat, hal ini dapat dibuktikan dengan 47,05 siswa yang menjawab selalu membuang sampah pada tempatnya. 71 Interpretasi Data Setelah angket dianalisis, langkah selanjutnya adalah menginterpretasikan data tesebut dengan mencari jumlah rata-rata prosentase yang terdapat dalam tabel. Langkah ini digunakan untuk mengetahui Berikut ini adalah tabel interpretasi data jawaban secara keseluruhan dari pertanyaan yg bersifat negative dan positif: Tabel 4.21 Interpretasi pembinaan ahklak positif di TK. Islam Ar Rizqy Bekasi No. Pilihan Jawaban Jumlah Pertanyaan Positif Prosentase Keseluruhan Rata-rata Prosentase 1 Selalu 16 734,73 45,92 2 Sering 605,83 37,86 3 Kadang-kadang 214,74 13,42 4 Tidak Pernah 44,13 2,76 Dari tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa akhlak siswa dapat dikategorikan sangat baik. Hal tersebut dapat dilihat dari prosentase rata-rata yang mencapai 83,78, hasil penjumlahan dari jumlah prosentase jawaban siswa yang menyatakan selalu dan sering. Tabel 4.22 Interpretasi pembinaan ahklak negatif di TK. Islam Ar Rizqy Bekasi No. Pilihan Jawaban Jumlah Pertanyaan Negatif Prosentase Keseluruhan Rata-rata Prosentase 72 1 Selalu 4 32,34 8,08 2 Sering 102,95 25,74 3 Kadang-kadang 132,34 33,09 4 Tidak Pernah 132,35 33,09 Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa pembinaan akhlak di TK. Islam Ar Rizqy termasuk ke dalam kategori cukup baik, karena mencapai nilai rata-rata 66,18. Hal ini terlihat dari sikap mereka yang tidak pernah menjahili teman sekelas, membantah ketika dimintai tolong oleh guru, membuang sampah sembarangan, dan lain-lain. Dari uraian di atas telah jelas bahwasanya pelaksanaan pembinaan akhlak siswa sudah baik, walaupun masih ada siswa yang harus diperbaiki lagi akhlaknya. Hal tersebut adakalanya menemui hambatan. Adapun dalam pembentukan akhlak faktor pendukungnya adalah melalui media, penghambatnya adalah kurang adanya media yang mendukung pembentukan akhlakul karimah. 1 Sedangkan dalam pembentukan akhlakul karimah bebrapa hal yang dilakukan oleh guru adalah membiasakan pada anak untuk berlaku baik pada sesama, bertutur kata yang baik dan sopan, dan tidak boleh berteriak-teriak, diadakan kegiatan agama khusus untuk pembacaan doa, iqro, dan juga setiap hari jum’at adalah hari khusus untuk kegiatan agama seperti cerita-cerita sejarah nabi dan rasul atau keislaman, praktek solat dan lain-lain. 2 1 Sulfiani Muzdalifah, Wawancara dengan salah satu guru, tanggal 23 Febreuari 2013 2 Sulfiani Muzdalifah, Wawancara dengan salah satu guru, tanggal 23 Febreuari 2013 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Metode pembinaan akhlak di TK. Islam Ar Rizqy dapat dikatakan sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata prosentase butir-butir item pertanyaan mengenai pelaksanaan pembinaan akhlak sebesar 85,05. Pelaksanaan pembinaan akhlak tersebut meliputi pendidikan agama seperti: ibadah dan akhlak, juga pembinaan seperti: keteladanan dari para guru, pembiasaan untuk selaku berbuat baik atau berakhlakul karimah, nasihat kepada seluruh siswa agar menjauhi perbuatan-perbuatan tercela, serta hukuman yang diberikan kepada anak-anak yang melanggar peraturan yg berupa menghapal surat-surat pendek juz ‘amma atau doa-doa harian. 2. Kemudian mengenai respon siswa terhadap pembinaan akhlak yang dilakukan oleh para guru mereka juga sangat baik, ini terlihat dari akhlakul karimah siswa yang nampak sehari-hari . Hal ini juga dapat dibuktikan dari hasil rata- rata prosentase butir-butir item pertanyaan mengenai akhlakul karimah siswa sebesar 74,17. Akhlakul karimah tersebut meliputi akhlak kepada Allah SWT seperti melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, akhlak kepada sesama seperti: menghormati orang tua dan guru,memiliki solidaritas sosial dan membantu sesama, serta akhlak kepada alam atau lingkungan sekitar seperti perduli terhadap kebersihan dan lain sebagainya. 74

B. Saran

1. Guru-guru di TK. Islam Ar Rizqy lebih memperhatikan dan terus memperbaiki kepribadian mereka guna mewujudkan keteladanan yang baik terhadap para siswanya. 2. Langkah-langkah yang dilaksanakan oleh pihak sekolah dalam rangka pembinaan akhlakul karimah siswa hendaknya terus-menerus ditingkatkan, baik dalam berbagai kegiatan di dalam maupun di luar sekolah. 3. Hendaknya pihak sekolah atau lembaga yang menaungi TK. Islam Ar Rizqy membuat hubungan kerja sama yang baik dengan pihak keluarga siswa maupun lingkungan sekolah dan masyarakat agar dapat menciptakan lingkungan yang kondusif dalam rangka pembentukan akhlakul karimah siswa. 75 DAFTAR PUSTAKA Djumransjah Abdul Malik Karim Amrullah. 2007. Pendidikan Islam Menggali “Tradisi” Mengukuhkan Esistensi. Malang Press Ardani, Moh. 2005. Akhlak Tasawuf. Jakarta :Karya Mulia Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. 1994.Jakarta: Raja Grafindo Persada Ulwan , Abdullah Nashih. 1995. Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani, Daradjat , Zakiah. 1978. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Bulan Bintang Nata, Abudin. 2012. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Mursi, Muhammad Sain. 2006. Seni Mendidik Anak. Jakarta: Pustaka Al Kautsar Yunus, Mahmud. 1978. Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: PT. Hidakarya Agung Ilyas, Asnelly. 1997. Anak Saleh: Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam Islam. Bandung: Mizan Azhari, Akyas. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: PT. Mizan Publika Iska, Zikri Neni. 2006. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. Jakarta: Kizi Brother’s Jalaludin. 1997. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Fadlillah, M. Lilif M.K. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media Busthomi, M. Yazid. 2012. Panduan Lengkap PAUD. Jakarta: Citra Publishing Azhari, Akyas. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan,. Jakarta: PT. Mizan Publika Ramayulis.2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, Slameto. 2010. Belajar Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta 76 Subana, M. dan Sunarti. 2000, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia L. Crow dan A. Crow. 2005. Psychologi Pendidikan. Yogyakarta: Nur Cahaya Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Zarkasih, Muslichah. 1978. Child Development terjemahan. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya Fadlillah, M. Lilif M.K. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media Sabri, Alisuf. 2005. Pengantar Ilmu pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press Musfiqon, M. 2012. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta Kasiram, Moh. 2008. Metodologi Penelitian. malang: UIN Malang Press Yus, Anita. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak- Kanak. Jakarta: kencana