Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4 Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Anak dalam Islam, menuturkan berikut ini merupakan sebab-sebab kenakalan pada anak, yaitu: 1. Ketidakharmonisan keluarga. 2. Pergaulan negatif dengan teman yang jahat. 3. Film-film sadis dan porno. 4. Keteledoran orang tua terhadap pendidikan anak. 6 Sejalan dengan hal tersebut, diperlukan pembinaan atau pembelajaran nilai-nilai moral islam yang dilakukan pendidik, dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan jasmani dan rohani dengan tujuan agar anak menjadi insan yang shaleh, berilmu pengetahuan, dan berbudi pekerti sesuai dengan nilai-nilai agama. Raudlatul Athfal Taman Kanak-kanak Islam terpadu merupakan lembaga pendidikan anak usia pra sekolah dengan konsep terpadu yaitu memadukan agama dengan ilmu pengetahuan yang berbasis nilai-nilai al-Qur’an dan Sunnah. Pembelajaran nilai-nilai moral islami bisa diterapkan melalui bermain dengan nuansa islami seperti: bermain puzzle hijaiyah, cerita tauladan nabi dan rasul, menyanyikan lagu islami dan shalawat. Nilai-nilai yang diajarkan kepada siswa RATKIT seperti berbakti kepada kedua orang tua dan guru, mengucap salam seraya berjabat tangan ketika pergi dan pulang sekolah, tidak berkata kotor, jujur, sayang kepada teman, menghormati orang yang lebih tua, dan sebagainya. Kegiatan belajar di RATKIT dalam pembentukan perilaku nilai moral islam dapat dilakukan dengan pendekatan pembiasaan dan keteladanan guna untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang anak yang mempunyai akhlak Al-karimah akan terpancar dari sikap dan tingkah lakunya sehari-hari. Akhlak yang mulia akan terlahir dari orang tua yang memberikan pendidikan akhlak kepada anaknya sejak dini. Penanaman akhlak haruslah sesuai dengan usia perkembangannya. Oleh karena itu, pada usia 6 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, ter:Abdullah Miri, jilid I, Jakarta: Pustaka Amani,1995, Cet. II, h. 140 5 dini lebih cepat bila menggunakan metode bermain sambil belajar sebagai sarana belajar akhlak untuk mereka. Akhlak dalam hal ini bukan saja terhadap manusia, namun bagaimana harus berakhlak terhadap sang pencipta. Dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan habluminallah dan habluminannas. Sebab sebelum kita berhubungan baik dengan manusia maka hubungan dengan Allah Swt harus terlebih dahulu baik. Kebiasaan dan latihan terhadap akhlak dapat ditanamkan pada masa kanak-kanak.Pada masa kanak-kanak ditanamkan nilai-nilai agama serta perbuatan yang baik dari orang tua. Dikarenakan pada masa ini mereka sangat peka untuk meniru apa yang mereka dapatkan dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Seorang yang pada masa kecilnya tidak pernah mendapatkan didikan agama, maka pada masa dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang diwaktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama, misalnya ibu bapaknya orang yang tahu beragama, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula dengan pendidikan agama secara sengaja di rumah, sekolah dan masyarakat. Maka orang-orang itu akan dengan sendirinya mempunyai kecendrungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, takut melangkahi larangan-larangan agama dan dapat merasakan nikmatnya hidup beragama. 7 Masa usia dini merupakan periode emas golden age bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Untuk itu pendidikan untuk usia dini 7 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama,Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1978, h. 35 6 dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan stimulasi dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak. Masa kanak-kanak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak usia dini dengan rentang usia 0-6 tahun, yaitu anak-anak yang sedang bersekolah pada taman kanak-kanak TK. Pada periode-periode tersebut kepribadian anak mulai terbentuk dan kecendrungan-kecendrungannya semakin tampak. Pada masa ini merupakan kesempatan yang sangat tepat untuk penanaman nilai-nilai agama, sehingga anak dapat mengetahui mana hal-hal yang diperbolehkan agama dan mana hal yang dilarang agama. Pada masa kanak-kanak ditanamkan nilai-nilai agama serta perbuatan yang baik dari orang tua. 8 Taman Kanak-kanak bertugas untuk menghindarkan seorang anak dari lingkungan yang tidak baik dan berdampak pada jiwa raga, akhlak, serta budi pekerti. Sebagaimana Allah berfirman :                 ءﺎﺴﻨﻟا 9: 4 Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.” QS. An-Nisaa’: 9 9 Pada masa kanak-kanak sangat identik dengan bermain. Oleh karena itu, dunia anak tidak dapat dipisahkan dengan bermain, sehingga bermain menjadi kebutuhannya setiap hari. Dari sebuah kebutuhan akan bermain, kemudian anak 8 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1978, h. 71 9 Departemen Agama, Al-’Aliyy Al-Qur’an dan Terjemahnya Bandung: CV. Diponegoro, 1996, hal. 62 7 akan meniru dari apa yang sudah ia lakukan dalam bermain. Oleh karena itu, belajar sambil bermain hendaknya disediakan dengan baik sehingga menjadi permainan yang berkualitas dan berpengaruh terhadap akhlak anak. Berkaitan dengan pembinaan akhlak pada anak usia dini, hendaknya disampaikan dengan cara yang mudah dipahami oleh anak. Oleh karena itu, di dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya memiliki cara dan strategi yang efektif dan efisien agar tujuan dapat tercapai. Maka dari itu, metode yang tepat untuk pembinaan anak pada usia dini adalah dengan metode belajar sambil bermain, karena pada anak usia dini penuh dengan daya khayal dan kesenangan yang semuanya itu bisa didapatkan dalam suatu permainan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan masih kurangnya penelitian tentang pembinaan akhlak pada anak usia dini, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pendidikan Akhlak melalui Metode Belajar sambil Bermain Di TK. IslamAr-Rizqy Bekasi”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi berbagai macam masalah diantaranya: 1. Ketidaktepatan metode pendidik dalam proses pendidikan akhlak terhadap anak didik. 2. Bermain dijadikan satu metode belajar dalam menanamkan nilai akhlak pada anak. 3. Penerapan metode belajar sambil bermain pada pambinaan akhlak di TK Islam Ar Rizqy 4. Respon anak didik melalui metode belajar sambil bermain dalam pendidikan akhlak. 5. Kendala penerapan metode belajar sambil bermain dalam pendidikan akhlak. 8

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Penerapan metode belajar sambil bermain pada pambinaan akhlak di TK Islam Ar Rizqy 2. Respon anak didik melalui metode belajar sambil bermain dalam pendidikan akhlak.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan metode belajar sambil bermain pada pendidikan akhlak di TK Islam Ar Rizqy? 2. Bagaimana hasil atau respon anak terhadap pendidikan akhlak melalui metode belajar sambil bermain di TK. Islam Ar Rizqy Bekasi?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode pendidikan akhlak di TK. Islam Ar Rizqy, Bekasi. b. Untuk mengetahui bagaimana hasil atau respon anak terhadap pendidikan akhlak melalui metode belajar sambil bermain di TK. Islam Ar Rizqy, Bekasi. 9

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bersifat teoritis maupun praktis

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu pengetahuan pembinaan akhlak pada anak usia dini melalui metode belajar sambil bermain.

b. Secara Praktis

Bagi para pendidik : 1 Memberikan informasi tentang pembinaan akhlak pada anak usia dini melalui metode belajar sambil bermain. 2 Mendorong para pendidik untuk lebih meningkatkan pembinaan akhlak pada anak usia dini melalui metode belajar sambil bermain. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Pendidikan akhlak berkaitan erat dengan pendidikan agama. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam islam adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan pendidikan agama, yang baik menurut akhlak adalah yang baik menurut agama, begitu pula sebaliknya. Pengertian ahklak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangai, tabi’at, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama. 6 Menurut Ibnu Maskawih sebagaimana dikutip oleh Moh. Ardani, akhlak adalah suatu sikap mental yang mendorong untuk berbuat tanpa pemikiran dan pertimbangan. Keadaan atau sikap jiwa terbagi menjadi dua, ada yang berasal dari watak dan ada yang berasal dari kebiasaan dan latihan. 7 Sementara itu Imam Al Ghazali sebagaimana dikutip oleh Moh. Ardani, memberi definisi akhlak sebagai berikut : Akhlak adalah suatu sikap hay’ah yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pemikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk. 8 Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan akhlak adalah sifat- sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik dan perbuatan buruk, semua itu sesuai dengan pembinaan khususnya diwaktu kecil. 6 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: :Karya Mulia, 2005, h.25 7 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf …, h. 27 8 Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf…, h. 29