22
mereka senantiasa shalat berjama’ah di rumah atau di masjid, kemungkinan anak akan menjadi manusia yang agamis.
3. Faktor keturunan dan lingkungan atau disebut juga faktor Konvergensi Adalah suatu faktor terjadinya pertumbuhan dan perkembangan
manusia ditentukan oleh pembawaan atau keturunan dan lingkungan. Misalnya seorang anak yang lahir dari keluarga kiai’ulama dan
berlingkungan agamis, maka kelak ia akan menjadi ahli agama.
31
1. Perkembangan Jiwa Agama Anak Usia Pra Sekolah
Menurut penelitian Ermest Harms perkembangan agama pada anak-anak itu melalui beberapa fase tingkatan. Dalam bukunya The
Development of Religious on Children ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu melalui tingkatan-tingkatan,
yaitu: a. The Fairy Stage Tingkat Dongeng
Tingkatan ini dimulai pada anak yang berusia 3-6 tahun. Pada tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh
fantasi dan emosi. b. The Realistic Stage Tingkat Kenyataan
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk Sekolah Dasar hingga sampai ke usia adolescence. Pada masa ini ide keTuhanan anak sudah
mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kenyataan realis. c. The Individual Stage Tingkat Individu
Pada tingkat ini anak telah memperoleh kepekaan emosi yang paling tinggi. Sejalan dengan perkembangan keagamaan individualistis
ini terbagi atas tiga golongan, yaitu:
31
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, 2006, Cet. 1, h. 45
23
1. Konsep keTuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut disebabkan oleh
pengaruh luar.
2. Konsep keTuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dalam pandangan yang bersifat personal perorangan
3. Konsep keTuhanan yang bersifat humanistic. Agama telah menjadi etos humanis pada diri mereka dalam menghayati ajaran agama.
32
Perkembangan jiwa agama anak itu dimulai sejak anak lahir dan akan terus berkembang dimulai dengan anak bisa bicara dan menyebut
nama Tuhan. Sampai pada akhirnya melihat orang di sekitarnya mengerjakan segala macam peribadatan sebagai perintah Tuhan yang
akhirnya jiwa agama pada anak terus berkembang seiring dengan perilaku orang tua yang agamis dan mengarahkan anaknya dengan pendidikan
agama yang benar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan jiwa
agama pada anak usia pra sekolah dapat dilakukan melalui pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan dari sejak lahir melalui bahasa, melalui
penglihatan dan pendengaran, misalnya melihat orang berdoa dengan menengadahkan tangannya dengan mengucapkan kata-kata Allah, bisa
juga melalui jawaban-jawaban atas pertanyaan yang ditunjukan kepada orang tua tentang Tuhan, juga bisa melalui cerita-cerita kitab suci.
2. Arah Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 202003 ayat 1, disebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini adalah
anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun.
33
32
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1997, h. 66-67
33
M. Fadlillah Lilif M.K, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2013, cet. 1, h. 47