dan bergabung dengan inti polisakarida. Antigen O merupakan rantai polisakarida .
Lipopolisakarida LPS memiliki beberapa fungsi yaitu : 1.
Berkontribusi terhadap gangguan pada permukaan bakteri karena memiliki inti polisakarida yang terdiri dari gula dan phospat,
2. Membantu stabilisasi pada struktur permukaan membran karena
lipid A sebagai pemegang peranan terbesar dalam hal ini, 3.
Proses pertahanan dalam mekanisme pembuatan biofilm, 4.
Bertanggungjawab terhadap permeabilitas dinding sel dari faktor-faktor gangguan seperti antibiotik dan toksik bagi bakteri.
Lapisan membran terluar lebih permeabel daripada membran plasma sehingga nutrisi dapat mudah masuk melalui protein porin seperti
glukosa dan jenis monosakarida lainnya, 5.
Mempertahankan sifat patogen bakteri terhadap serangan imun tubuh,
6. Lipid A pada LPS merupakan toksik bagi tubuh, sehingga jika
memasuki pembuluh darah manusia dapat menimbulkan gejala gejala toksik seperti shok septik.
2.1.9 Jenis-jenis Bakteri
Escherichia coli
1. Enteropathogenic Escherichia coli EPEC
EPEC merupakan penyebab tersering diare pada neonatus di negara berkembang. Pada awalnya EPEC menempel pada sel
mukosa di usus kecil. Manifestasi klinis berupa diare yang sangat Gambar 2.4 Dinding Bakteri Gram Negatif
Sumber : Hanna-Lenna, 2007
cair. Hal ini dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan namun bisa juga menjadi kronis sehingga harus menggunakan antibiotik.
2. Enterotoxigenic Escherichia coli ETEC
ETEC merupakan penyebab tersering diare pada neonatus di negara berkembang yang sering berpergi-pergian ke suatu daerah
yang baru traveler’s diarrhea dan gastroenteritis. Jalur transmisi
melalui fecal-oral; sanitasi dan kebersihan yang buruk, serta makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi.
Pada awalnya ETEC menempel pada sel epitel pada usus kecil. Beberapa strain jenis ETEC memproduksi heat-labile exotoxin
LT. Toksik ini mempengaruhi aktivitas adenilat siklase. Sehingga meningkatkan konsentrasi
cyclic adenosine monophosphate cAMP. Hal ini menyebabkan hipersekresi cairan dan clorin dan
menghambat reabsorbsi sodium. Lumen usus mejadi terenggang akibat hipersekresi cairan dan hipermotilitas. Beberapa jenis ETEC
lainnya ada yang menghasilkan heat-stable enterotoxin ST. Toksik ini dapat mengaktifkan guanilat siklase pada epitel sel enterik
sehingga dapat menyebabkan diare yang lebih berat. Masa inkubasinya sekitar 24-72 jam. Gejala-gejala yang dapat
muncul pada seseorang yang terinfeksi yaitu demam rendah, diare akan cair tanpa disertainya darah maupun mukus, muntah, asidosis,
terasa keram pada perut, dan dehidrasi.
3. Shiga Toxin Producing Escherichia coli STEC
Bakteri ini memiliki 2 jenis sitotoksik yaitu Shiga-like toksik 1 dan Shiga-like toksik 2. STEC dapat menyebabkan perdarahan
kolon, diare berat, hemolisis uremi sindrom, gagal ginjal akut, mikroangiopati hemolitik anemia, dan trombositopenia. The
Shiga-like toxins memiliki struktur yang mirip dengan toksik yang dihasilkan shigella yaitu Shigella dysenteriae type 1. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan adalah uji sitotoksik sel kultur