Alur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN

Tabel 4.2 Hasil pengukuran Sampel Uji Rata-rata Zona Hambat mm 20 25 50 100 Madu Karet 21,03 29,88 Residucairan Madu Karet + Aseton Sedimen Madu Karet + Aseton 21,18 28,58 Residucairan Madu Karet + n-Heksan Sedimen Madu Karet + n-Heksan 14,70 18,08 26,18 Kontrol Negatif Aseton maupun n-heksan - - - Kontrol Positif Amoksisilin 25 ug - - - 22,10 Berdasarkan tabel diatas, zona hambat tertinggi ditunjukkan oleh madu murni dengan konsentrasi 100 sebesar 29,88 mm. Madu karet tanpa proses ekstraksi memiliki daya hambat yang paling besar dibandingkan dengan parameter lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa tanpa memisahkan molekul-molekul agen antimikroba aktif berdasarkan kepolaritasannya menggunakan pelarut aseton maupun n-heksan, madu karet murni sudah banyak mengandung agen antimikroba aktif. Gabungan antara agen antimikroba aktif yang bersifat polar, non polar, dan semi polar pada madu karet murni menyebabkan pada penelitian ini memiliki zona hambat yang paling besar sehingga madu karet tanpa proses ekstraksi menjadi kelompok yang paling sensitif. Senyawa yang memiliki tingkat kepolaran rendah yaitu isoflavones, flavones, methylated flavones, dan flavonols. Sedangkan senyawa yang memiliki tingkat kepolaran lebih tinggi yaitu flavonoid glycosides dan aglycones 25 . Peneliti memilih kontrol positif dari golongan antibiotik beta-laktam yaitu amoksisilin dengan dosis 25 ug. Secara keseluruhan mekanisme kerja antibiotik golongan beta-laktam yaitu merusak dinding sel bakteri 24 . Data peneliti terlihat bahwa pada saat madu karet dengan ekstraksi menggunakan pelarut aseton maupun n-heksan yang menghasilkan zona hambat pada pertumbuhan bakteri Escherichia coli yaitu hanya kelompok sedimen sedangkan kelompok residu tidak menghasilkan zona hambat. Pelarut aseton menarik senyawa yang bersifat polar pada madu karet, sehingga pelarut aseton akan bercampur dengan senyawa polar pada madu karet dan senyawa-senyawa lainnya yang dicurigai memiliki efek antimikroba akan tertinggal pada sedimenendapan hasil ekstrasi. Sedangkan pada pelarut n-heksan akan menarik senyawa-senyawa yang bersifat non-polar pada madu karet sehingga pelarut akan bercampur dengan senyawa non-polar madu karet 21 dan meninggalkan sisa berupa endapansedimen yang memiliki efek antimikroba. Hal ini diduga karena banyaknya dan tingginya efek antimikroba yang terdapat pada madu karet. Efek antibakteri pada madu karet berasal dari flavonoid. Jenis-jenis flavonoid yaitu apigenin, galangin, pinocembrin, ponciretin, genkwanin, sophoraflavanone G dan derivatnya, naringin, naringenin, epigallocatechin gallate dan derivatnya, luteolin, luteolin 7-glucoside, quercetin, 3-O-methylquercetin, quercetin glycosides, kaempferol dan derivatnya. Jenis flavonoid lainnya adalah flavone glycosides, isoflavones, flavanones, isoflavanones, isoflavans, flavonols, flavonol glycosides, dan chalcones 21 . Flavonoid dapat merusak membran sel dengan cara menghambat sintesis makromolekul 20 . Flavonoid juga dapat mendepolarisasi membran sel dan menghambat sistesis DNA, RNA, maupun protein yang sudah diobservasi pada S.aureus 20 . Selain itu flavonoid juga dapat menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sitoplasma, dan menghambat metabolisme energi pada bakteri 21 .