reversible berdasarkan percobaan. 3 Membedakan kesetimbangan homogen dan heterogen. 4 Menentukan tetapan kesetimbangan
dalam suatu reaksi. 5 Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan. 6 Mendeskripsikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesetimbangan berdasarkan percobaan. Kegiatan eksperimen yang dilakukan adalah mendeskripsikan reaksi reversible
berdasarkan percobaan dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempngaruhi pergeseran kesetimbangan.
b. Tindakan
Pada tahap ini, guru berusaha menerapkan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL Problem Based Learning yang telah disusun dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran RPP. Langkah-langkah tindakan pada siklus 1 dapat disajikan pada lampiran 34.
c. Pengamatan
1 Lembar Observasi Siswa
Dari hasil observasi yang dilaksanakan selama tindakan pembelajaran kimia dengan menerapkan model pembelajaran PBL
Problem Based Learning, diperoleh persentase jumlah siswa yang memunculkan indikator PBL Problem Based Learning selama
proses pembelajaran sebagai berikut: Tabel 4.1. Data Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus I
No Langkah-langkah PBL
Rata-rata Tiap Langkah
Kategori 1.
Menyadari Masalah 71,82
Baik 2.
Merumuskan Masalah 63,16
Cukup 3.
Merumuskan Hipotesis 68,98
Cukup 4.
Menyimpulkan data 73,61
Baik
5. Menguji Hipotesis
74,54 Cukup
6. Menentukan Pilihan
Penyelesaian 71,91
Baik Rata-rata Keseluruhan
70,67 Baik
Tabel di atas menunjukkan persentase tiap langkah-langkah PBL, pencapaian langkah PBL siswa yang berkategorikan cukup
yaitu pada langkah merumuskan masalah, dan merumuskan hipotesis. Dengan persentasenya yaitu 63,16, dan 68,98.
Sedangkan pencapaian persentase pada langkah PBL yang berkategorikan baik yaitu menyadari masalah, menyimpulkan data,
menguji hipotesis, dan menentukan pilihan penyelesaian dengan persentase yaitu 71,82, 73,16, 74,54 dan 71,91. Jadi,
beberapa siswa sudah memunculkan langkah-langkah PBL yang menghasilkan kategori baik dengan rata-rata persentasenya
70,67. Hal ini berarti siswa kelas XI.IPA1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh telah sedikit mengalami peningkatan dari sebelum
tindakan, pada tingkat kemampuan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lampiran 38
2 Lembar Observasi Guru
Kegiatan guru selama proses pembelajaran di amati dengan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi kegiatan guru pada
siklus I di muat pada lampiran 39. Pada lampiran 39, menunjukkan kesesuaian cara mengajar
guru dalam menerapkan Rencana Proses Pembelajaran RPP berkategori sangat baik. Terjadi penurunan persentase dari
pertemuan pertama ke pertemuan kedua. Akan tetapi terjadi peningkatan persentase dari pertemuan 2 ke pertemuan ketiga.
Peningkatan ini terlihat dari diskusi ke praktikum. Pada tahap pendahuluan baik dalam hal menggali ide awal siswa. Pada tahap
proses, guru berinteraksi dengan baik dan memfasilitasi siswa
dalam melakukan praktikumeksperimen. Peran guru pada saat pembelajaran tidak mendominasi kelas tetapi memberikan banyak
waktu untuk siswa terlibat langsung selama pembelajaran. Dalam hal ini guru sudah menerapkan tahapan-tahapan model
pembelajaran PBL Problem Based Learning dengan baik. Pada bagian penutup, guru membantu siswa dalam menyimpulkan materi
yang di pelajarinya. 3
Catatan Lapangan Pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung
dimuat dalam catatan lapangan. Hasil catatan lapangan pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil Catatan Lapangan pada Siklus I Hal-hal yang teramati dalam pelaksanaan PBL Problem Based Learning
Indikator Uraian
Kegiatan siswa Siswa masih kurang memahami dalam menjelaskan
persepsi tentang suatu masalah yang harus berkaitan dengan data-data yang dikumpulkan.
Kegiatan guru Guru berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan
praktikum dan diskusi dengan cara berkeliling kelas dan memantau proses pembelajaran yang sedang
berlangsung dan menyajikan hasil karya.
Interaksi antar siswa Pada
saat memecahkan
masalah secara
berkelompok diskusi
jumlah siswa
yang mengungkapkan pendapat dan mengkritisi jawaban
dari kelompok lain masih sangat sedikit Interaksi siswa dengan
guru Pada saat pemecahan masalah secara berkelompok
untuk menafsirkan grafik kesetimbangan kimia, di sini banyak siswa yang menanyakan kepada guru
bagaimana mencari sumber data informasinya.
Jenis permasalahan
dan penugasan yang akan dipecahkan oleh
siswa Jenis permasalahan yang dikerjakan oleh siswa
adalah mencari solusi untuk memecahkan masalah yang ada di pendahuluan LKS.
Sumber belajar yang Sumber belajar yang digunakan berupa LKS, buku
digunakan kimia kelas XI, dan buku-buku kimia yang lainnya.
Waktu Penggunaan waktu pada proses pembelajaran masih
kurang.
Berdasarkan hasil catatan lapangan, pada indikator kegiatan siswa, interaksi antar siswa dan waktu pembelajaran didapatkan
hasil yang masih kurang efektif. Hal ini karena siswa merasa kaget dengan model pembelajaran yang baru mereka kenal. Sedangkan
pada indikator kegiatan guru, interaksi siswa dengan guru dan jenis penugasana di dapatkan hasil yang cukup baik dan sesuai dengan
apa yang di inginkan oleh model pembelajaran PBL. Uraian lengkap hasil catatan lapangan pada lembar catatan lapangan siklus
I dapat dilihat pada lampiran 42. 4
Wawancara Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa dari
perwakilan kelompok yang berbeda pada siklus I, didapatkan hasil wawancara yang dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3. Hasil Wawancara pada Siklus I No.
Indikator Uraian Hasil Wawancara
1. Kesenangan siswa
Siswa mulai merasa senang dengan model pembelajaran PBL, karena model atau metode
ini tidak monoton satu arah melainkan dua arah antar siswa dengan guru dan antar siswa
dengan siswa.
2. Motivasi siswa
Pertama kalinya siswa mengikuti proses pembelajaran PBL agak sedikit kesulitan dan
membingungkan, karena
mereka belum
terbiasa dengan model pembelajaran seperti ini sehingga motivasi siswa masih kurang.
3. Keaktifan siswa
Beberapa siswa sudah mulai aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran
PBL meskipun ada beberapa siswa yang masih
pasif. 4.
Kekurangan dan Kekurangannya: terlalu banyak masalah, guru
kelebihan model pembelajaran PBL
kurang menerangkan tentang materi, memerlukan waktu yang lebih lama
Kelebihan: metode pembelajaran yang dapat melatih kita untuk belajar mandiri dan
berpikir lebih mendalam lagi, dan lebih mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.
5. Kemandirian siswa
Siswa belum merasa mandiri dalam mengerjakan solusi permasalahan karena
mereka hanya mengandalkan teman kelompok satu sama lain.
Berdasarkan hasil wawancara pada siklus I, dari beberapa indikator sudah menunjukkan peningkatan siswa dari sebelum
dilakukannya tindakan sampai sesudah dilakukannya tindakan. Pada intinya siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02
Cipondoh telah merasa senang dengan adanya model pembelajaran baru di sekolah tersebut meskipun terkadang mereka kesulitan
untuk menyesuaikannya. Uraian lengkap wawancara dari hal yang ditanyakan sampai hasil wawancara siswa pada siklus I dapat di
lihat pada lampiran 47.
d. Hasil Belajar
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dari aspek kognitif siswa pada siklus I dilakukan tes hasil belajar siswa. Adapun
hasil dari tes hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: Tabel 4.4. Hasil Tes Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Pretest Postest
N-gain Rata-rata
23,67 67,33
0,61 SD
5,64 11,63
Pada siklus pertama, sebelum dilakukannya tindakan mendapatkan rata-rata skor pretes 24. Tetapi setelah mengalami
tindakan rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 67,33. Untuk mengetahui tingkat efektifitas dilakukannya tindakan pada penelitian
tindakan kelas pada siklus I maka data skor siswa dianalisis dengan N-
gain terhadap skor rata-rata pretest dan postest hasil belajar siswa. Dari selisih skor pretest dan postest didapatkan nilai N-gain sebesar
0,61 yang berkategorikan sedang nilai 0,7 g 0,3. Namun hasil tes akhir postest siklus I hanya mencapai keberhasilan sebanyak 63,89
siswa yang mencapai nilai KKM 65 dan belum memenuhi indikator keberhasilannya yaitu 75 siswa yang harus memenuhi nilai KKM
Lampiran 32-33. Sedangkan nilai daya serap siswa pada siklus I dari setiap siswa dapat di lihat pada lampiran 28-29.
e. Refleksi
Pada siklus I, terdiri dari tiga pertemuan yang dilakukan secara keseluruhan siswa telah berperan aktif selama proses
pembelajaran. Akan tetapi ada sedikit siswa yang kelihatan pasif khususnya dalam proses penyelesaian masalah dengan menggunakan
metode praktikum. Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran PBL
Problem Based Learning pada konsep kesetimbangan kimia ini masih terdapat kekurangannya. Sehingga perlu dilakukannya
perbaikan. Adapun kekurangan dan perbaikan yang terdapat pada siklus I ini dapat di uraikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5. Kekurangan dan Tindakan Perbaikan Siklus I
No Tindakan
Kekurangan Perbaikan
1. Orientasi siswa pada
masalah -
Terkadang terlihat ada beberapa anak yang tidak serius dalam
pembelajaran bercanda dan memainkan handphone ketika
proses pembelajaran berlangsung, sehingga siswa
tidak fokus dalam menentukan atau menangkap masalah yang
ada.
- Siswa belum terbiasa belajar
mandiri dengan belajar yang berbasiskan masalah
- Siswa kurang menangkap
adanya suatu masalah -
Guru harus lebih aktif memantau siswa agar tidak
ada kesempatan siswa untuk beraktivitas lain selain proses
belajar.
- Mengarahkan dan
membimbing siswa untuk bisa belajar dengan masalah
secara bertahap -
Guru harus lebih kreatif dan
secara perlahan bagaimana siswa dapat menangkap
masalah dari pertanyaan yang diajukan oleh guru.
2. Mengorganisasi
siswa untuk belajar -
Siswa kurang memahami dalam menjelaskan persepsi tentang
masalah yang berkaitan dengan data-data yang harus
dikumpulkan
- Masih sangat sedikit siswa yang
berani mengungkapkan pendapatnya untuk menentukan
kemungkinan-kemungkinan penyelesaian masalah
- Rendahnya tingkat berpikir
kritis siswa -
Guru harus lebih membimbing siswa pada
kesadaran adanya masalah yang dirasakan oleh siswa
yang terkait dengan materi yang dipelajarinya
- Memotivasi siswa agar
terbentuk sikap percaya diri dalam mengungkapkan
pendapat
- Selalu memotivasi siswa
untuk berpikir dengan berbagai pertanyaan
3. Membimbing
penyelidikan individual maupun
kelompok -
Siswa merasa kesulitan dalam menggunakan alat dan
memahami prosedur kerja praktikum seperti bagaimana
memegang erlenmayer pada saat mengocok larutan dan
pemakaian kaki tiga kompor spirtus.
- Siswa merasa bosan dengan
proses pemecahan masalah secara berkelompok
- Siswa merasa tertekan dengan
belajar yang berbasiskan masalah terus menerus.
- Membimbing siswa yang
mengalami kesulitan dalam menggunakan alat dan
memahami prosedur kerja praktikum yang ada di LKS.
- Diadakannya proses
pemecahan masalah secara individu agar siswa tidak
jenuh
- Dalam langkah-langkah PBL
diselipkannya suatu permainan yaitu dengan
memberi reward atau hadiah pada siswa yang berani
mengemukakan hasil karya pemecahan masalah dengan
baik dan benar
4. Mengembengkan dan
menyajikan hasil karya
- Kurangnya tingkat kreativitas
siswa dalam menemukan ide atau kemampuan merancang sesuatu
yang baru dan unik -
Guru harus Lebih menggali lagi pengetahuan siswa
dengan berbagai sumber informasi agar siswa lebih
kreatif dan inovatif.
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
- Guru kurang menerangkan atau
menjelaskan tentang materi -
Guru harus lebih berinteraksi lagi dengan siswa dan
menjelaskan semua materi
- Kurangnya waktu yang tersedia
dalam menerapkan model pembelajaran PBL
- Siswa kurang teliti dalam
memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan
penyelesaian masalah yang dipilihnya
yang belum jelas bagi siswa -
Guru harus berusaha mampu mengatur waktu yang tersedia
sehingga efektif selama proses pembelajaran
- Guru harus lebih melatih
siswa untuk teliti dalam menyelesaikan masalah
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dalam tiap tahapan PBL masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Hal ini
menunjukkan kegiatan siswa pada siklus I ini kurang optimal dalam melaksanakan tahapan-tahapan PBL, mulai dari tahapan orientasi
siswa pada masalah sampai tahapan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Proses perbaikan akan dilaksanakan pada
siklus II guna mengoptimalkan kegiatan siswa pada setiap tahapan PBL Problem Based Learning.
f. Keputusan
Pada pelaksanaan siklus I berdasarkan tes hasil belajar siswa yang telah dilaksanakan selama proses pembelajaran siklus I, bahwa
hasil belajar siswa pada konsep kesetimbangan kimia belum memenuhi indikator yang peneliti harapkan. Indikator yang
ditetapkan oleh peneliti yaitu sebesar 75 siswa memliki nilai di atas KKM sekolah tetapi pada siklus I ini hanya mencapai 63,89. Dalam
hal ini perlu dilakukan tindak lanjut proses pembelajaran untuk perbaikkan tindakan dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti
memutuskan untuk melanjutkan penelitian tindakan kelas ini ke siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan yang akan dilaksanakan pada siklus II berdasarkan refleksi dari siklus I yang akan merubah desain pembelajaran untuk
lebih baik lagi. Perencanaa pada siklus II ini dimulai dengan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, lembar
observasi, catatan lapangan, pedoman wawancara, dan tes. Pembelajaran pada siklus II dilakukan dalam dua kali pertemuan,
setiap pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit. Indikator- indikator pembelajaran dari konsep kesetimbangan kimia yang
ditetapkan pada siklus II diantaranya: 1 Menafsirkan data percobaan mengenai kosentrasi pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang
untuk menentukan derajat disosiasi dan tetapan kesetimbangan. 2 Menghitung
harga Kc
berdasarkan kosentrasi
zat dalam
kesetimbangan. 3 Menghitung harga Kp berdasarkan tekanan parsial gas pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan kesetimbangan. 4
Menghitung harga Kc berdasarkan harga Kp atau sebaliknya. 5 Menganalisis penerapan prinsip kesetimbangan dalam industri. 6
Menerapkan prinsip reaksi kesetimbangan dalam tubuh manusia. Target yang ingin dicapai pada siklus II adalah agar terjadi
peningkatan terhadap hasil belajar pada konsep kesetimbangan kimia dengan menggunakan model pembelajaran PBL Problem Based
Learning. Apabila pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu sebesar 75, maka penelitian ini akan dihentikan.
b. Tindakan
Pada tahap ini, guru berusaha menerapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL
Problem Based Learning yang diselipkan dengan memakai media kartu soal. Penyusunan tindakan kegiatan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran RPP siklus II dapat dilihat pada lampiran 35.
c. Pengamatan
1 Lembar Observasi Siswa
Kegiatan siswa selama proses pembelajaran diamati dengan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi kegiatan
siswa di uraikan pada tabel 4.3. Tabel 4.6. Data Hasil Observasi Kegitan Siswa pada Siklus II
No Langkah-langkah PBL
Rata-rata Tiap Langkah
Kategori 1.
Menyadari Masalah 94,44
Sangat Baik 2.
Merumuskan Masalah 71,65
Baik 3.
Merumuskan Hipotesis 79,86
Baik 4.
Menyimpulkan data 77,08
Baik 5.
Menguji Hipotesis 87,50
Sangat Baik 6.
Menentukan Pilihan Penyelesaian
77,31 Baik
Rata-rata Keseluruhan 81,31
Sangat Baik
Tabel 4.6. menunjukkan hasil observasi kegiatan siswa ketika pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
PBL Problem Based Learning. Persentase tiap langkah menghasilkan rata-rata keseluruhan persentase sebesar 81,31
dengan kategori sangat baik. Langkah pertama yaitu menyadari masalah dan menguji hipotesis didapatkan rata-rata persentasenya
94,44 dan 87,50 yang berkategorikan sangat baik. Sedangkan langkah-langkah lainnya berkategorikan baik. Lampiran 38.
2 Lembar Observasi Guru
Kegiatan guru selama proses pembelajaran diamati dengan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi kegiatan guru di
uraikan pada lampiran 39.
Lampiran 39 menunjukkan kesesuaian cara mengajar guru dalam menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
berkategori sangat baik. Terjadi peningkatan presentase dari pertemuan keempat ke pertemuan kelima. Peningkatan ini terlihat
pada menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap orientasi masalah baik dalam memotivasi siswa dalam
mendefinisikan masalah yang ada. Pada tahap proses, yaitu dalam membimbing penyelidikan individual maupun kelompok terlihat
baik. Peran guru pada saat pembelajaran tidak mendominasi kelas tetapi memberikan banyak waktu untuk siswa terlibat langsung
selama pembelajaran. Sehingga siswa bisa aktif, kreatif dan dapat berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam
pembelajaran. 3
Catatan Lapangan Pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dapat
diuraikan dalam catatan lapangan. Hasil catatan lapangan pada siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7. Hasil Catatan Lapangan pada Siklus I Hal-hal yang teramati dalam pelaksanaan PBL Problem Based Learning
Indikator Uraian
Kegiatan siswa Peningkatan berpikir kritis siswa pada setiap
individu dalam mengikuti proses pembelajaran terlihat baik, sebagian siswa sudah mulai sering
bertanya jika mengalami kesulitan dan tidak ragu lagi untuk mengemukakan hasil pemecahan
masalahnya.
Kegiatan guru Guru telah berusaha membimbing, mengarahkan,
memberi motivasi dan melatih siswa untuk selalu berfikir kritis dalam menghadapi masalah dan
berani mengkritisi hasil karya orang lain.
Interaksi antar siswa Pada saat proses pemecahan secara individu,
banyak siswa yang menanyakannya kepada siswa lain karena masih ada soal yang belum dimengerti
dan berani mengoreksi hasil pekerjaan pemecahan
soal temannya. Interaksi siswa dengan
guru Siswa
berinteraksi dengan
guru selama
pembelajaran berlangsung, dan banyak siswa yang menanyakan maksud dari lembar informasi.
Jenis permasalahan
dan penugasan yang akan dipecahkan oleh
siswa Jenis permasalahan yang dikerjakan oleh siswa
berupa kartu soal untuk pemecahan masalah secara individu, dan lembar informasi untuk pemecahan
masalah secara berkelompok.
Sumber belajar yang digunakan
Sumber belajar yang digunakan dari buku paket kimia kelas XI, LKS dari sekolah dan internet.
Waktu Penggunaan waktu pada proses pembelajaran sudah
mulai efektif pada saat proses pemecahan secara individu
Berdasarkan tabel hasil catatan lapangan, ada peningkatan tindakan siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh
dalam menerima dan melaksanakan model pembelajaran PBL Problem Based Learning. Uraian lengkap hasil catatan lapangan
siklus II dapat dilihat pada lembar catatan lapangan lampiran 43. 4
Wawancara Hasil wawancara dengan guru dan siswa pada akhir siklus II
ini menunjukkan perubahan yang positif, hasil wawancara pada siklus II ini diantaranya sebagai berikut:
Tabel 4.8. Hasil Wawancara pada Siklus II No.
Indikator Uraian Hasil Wawancara
1. Kesenangan siswa
Setelah tahu manfaat dan selalu berlatih untuk belajar dengan masalah melalui model
pembelajaran PBL terasa menyenangkan, karena model atau metode ini menuntut kita
untuk
memahami suatu
konsep dari
permasalahan sehingga kita mempunyai pengetahuan yang luas dari pembelajaran
kimia meskipun pertamanya kita merasa kesulitan.
2. Motivasi siswa
Dengan di terapkannya model pembelajaran
disekolah ini, maka belajar kita lebih bersemangat dan lebih aktif sehingga hasil
belajar kita juga meningkat karena kita termotivasi dari model tersebut.
3. Keaktifan siswa
Keaktifan siswa makin meningkat, pada siklus II siswa benar-benar melalakukan
pembelajaran secara langsung.
4. Kekurangan dan
kelebihan model pembelajaran PBL
Kekurangannya: terlalu banyak masalah, guru kurang menerangkan tentang materi,
memerlukan waktu yang lebih lama Kelebihan: metode pembelajaran yang benar-
benar melatih kita untuk mandiri terutama pada saat proses pemecahan secara individu.
5. Kemandirian siswa
Siswa terlihat bertanggung jawab pada saat proses pemecahan masalah secara individu
sehingga mereka bisa memecahkan masalah dengan mandiri.
Berdasarkan tabel hasil wawancara, ada peningkatan tindakan siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh
dari setiap indikator wawancara pada siklus I ke siklus II, hal ini terlihat pada uraian hasil wawancara yang telah dikemukakan pada
tabel 4.8. Uraian lengkap hasil wawancara dengan siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh pada siklus II dapat dilihat
pada lampiran 48.
d. Hasil Belajar
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II dilakukan tes hasil belajar siswa. Adapun hasil tes hasil
belajar siswa adalah sebagai berikut: Tabel 4.9. Hasil Tes Hasil Belajar Siswa pada
Siklus II Pretes
Postes N-gain
Rata-rata 32,39
77,56 0,71
SD 6,60
12,44
Pada siklus II, sebelum dilakukan pembelajaran mendapatkan rata-rata skor pretest 32,39. Akan tetapi setelah dilakukannya
pembelajaran rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 77,56. Untuk mengetahui tingkat efektifitas dilakukannya tindakan pada
penelitian tindakan kelas pada siklus kedua maka data skor siswa dianalisis dengan N-gain terhadap skor rata-rata pretes dan postes
kemampuan siswa. Dari selisih skor pretes dan postes didapatkan nilai N-gain sebesar 0,71. Berdasarkan kategorisasi perolehan skor
N-gain, skor N-gain 0,71 berkategori sedang nilai 0,7 g 0,3. Lampiran 33. Tes hasil akhir postes siklus kedua telah mencapai
keberhasilan sebesar 86,11 siswa yang mencapai nilai KKM 65 dan sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu 75. Lampiran
27. Sedangkan nilai daya serap siswa pada siklus II dapat di lihat pada lampiran 30-31.
e. Refleksi
Berdasarkan proses pembelajaran pada siklus II ini, tampak siswa mampu belajar mandiri, lebih kondusif, dan turut aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
Siswa yang
sulit mengembangkan
kemampuan berfikirnya dalam proses pemecahan masalah mulai dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.
Pada siklus II, yang terdiri dari 2 pertemuan pembelajaran kimia terutama materi kesetimbangan kimia di kelas XI IPA.1 sudah
bisa dikatakan efektif, hal tersebut dapat terlihat dari siswa yang sudah mulai terbiasa belajar secara berkelompok maupun individu
dengan menerapkan model pembelajaran PBL Problem Based Learning. Walaupun banyak sekali peningkatan dalam proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL Problem Based Learning dari siklus I ke siklus II, akan tetapi masih ada
sedikit kekurangan yang ada pada tahapan-tahapan PBL Problem
Based Learning. Uraian kekurangan dan perbaikan dari tahapan- tahapan PBL pada siklus II ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10. Kekurangan dan Tindakan Perbaikan Siklus II
No Tindakan
Kekurangan Perbaikan
1. Orientasi siswa pada
masalah -
Tidak ada -
Tidak ada 2.
Mengorganisasi siswa untuk belajar
- Tidak ada
- Tidak ada
3. Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
- Siswa masih kurang
mampu dalam mengungkapkan
pertukaran ide gagasan secara bebas dan
penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan
tersebut.
- Siswa masih merasa
kerepotan dalam menjalani langkah-
langkah PBL yang selalu menekankan
tingkat berfikir mereka. -
Guru harus lebih keras lagi untuk mendorong dan melatih
siswa dalam mengungkapkan pertukaran ide gagasan secara
bebas dan sepenuhnya gagasan- gagasan tersebut tanpa
mengganggu aktivitas siswa.
- Guru harus lebih sabar dan
secara pelan-pelan menanamkan kreatifitas dan
berpikir kritis siswa agar siswa tidak merasa kerepotan
menjalankan langkah-langkah PBL dan siswa bisa untuk
belajar mandiri
4. Mengembengkan dan
menyajikan hasil karya -
Masih Kurangnya tingkat kreativitas siswa dalam
menemukan ide atau kemampuan merancang
sesuatu yang baru dan unik, karena masih dalam
kategori cukup -
Guru harus Lebih menggali lagi pengetahuan siswa dan
membantu siswa mencari berbagai sumber informasi agar
siswa lebih kreatif dan inovatif.
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
- Tidak ada
- Tidak ada
Dari tabel di atas, terlihat bahwa peran guru terhadap pembelajaran siklus II benar-benar tidak mendominasi kelas tetapi
memberikan banyak waktu untuk siswa terlibat langsung selama pembelajaran, sehingga siswa bisa aktif, kreatif, berpikir kritis dalam
menyelesaikan masalah dan pembentukan konsep yang baik pada penyelesaian masalahnya.
Siswa tampak lebih bersemangat dengan kegiatan pembelajaran, karena termotivasi dengan masalah kehidupan sehari-
hari pada materi aplikasi kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Siswa juga sudah mulai serius dan fokus
dalam menganalisis masalah mungkin karena guru sudah lebih tegas dalam membimbing proses penyelasaian masalah siswa. Pada saat
proses pemecahan masalah secara individu, banyak siswa yang mulai berani menanyakan masalah yang belum jelas baginya kepada guru.
Ketika kegiatan diskusi berlangsung, terlihat sudah banyak siswa aktif mengikuti proses pembelajaran. Siswa sangat aktif mencari
informasi dari beberapa sumber buku kimia dan LKS yang ada di sekolah.
f. Keputusan
Berdasarkan hasil refleksi siklus II diperoleh nilai rata-rata untuk tes hasil belajar siswa adalah 77,56, nilai tersebut lebih baik
dari siklus I. Hal tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai lebih dari KKM 65 sebesar 31 siswa dengan
presentase sebesar 86,11. Dari hasil belajar dan aktifitas belajar siswa, serta
tanggapan siswa yang positif tentang model pembelajaran PBL Problem Based Learning sudah meningkat. Hal ini terlihat pada
hasil belajar konsep kesetimbangan kimia sudah mencapai indikator keberhasilan 75 yaitu sebesar 86,11. Oleh karena itu dapat di
ambil keputusan bahwa siklus dapat dihentikan tidak lanjut ke siklus selanjutnya karena hasil belajar siklus II sudah mencapai indikator
keberhasilan hasil belajar siswa.
B. Pembahasan
Setelah dilakukannya penelitian tindakan kelas yaitu dengan menerapkan model pembelajaran PBL Problem Based Learning pada
konsep kesetimbangan kimia, hasil belajar kimia siswa mengalami peningkatan khusunya konsep kesetimbangan kimia. Pada siklus I, terjadi
peningkatan nilai rata-rata dari pretes yaitu sebesar 23,67 menjadi 67,33 nilai rata-rata dari postes. Hal ini mungkin disebabkan siswa masih belum
mengerti bagaimana langkah-langkah pembelajaran PBL yang baru mereka dapatkan, selama proses pembelajaran guru bidang studinya belum pernah
menerapkan model pembelajaran seperti ini. Sehingga siswa merasa kebingungan dan sulit untuk beradaptasi dengan proses pembelajaran baru.
Pada hasil belajar berupa kognitif pada siklus I, Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM yaitu 65 sebanyak 23 siswa, sedangkan jumlah siswa yang tidak
mencapai nilai KKM sebanyak 13 orang. Ada kemungkinan siswa yang belum mencapai nilai KKM ini disebabkan belum bisa menangkap atau
menerima dengan baik model atau metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Skor N-gain yang didapatkan pada siklus I sebesar 0,61 dengan kategori
sedang. Pada siklus II, nilai rata-rata pretes 32,39 dan 77,56 dari nilai rata-rata postes. Siswa yang mencapai nilai KKM 65 pada siklus II ada 31
siswa, sedangkan yang belum mencapai KKM ada 5 siswa. Skor N-gain dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
dengan skor N-gain pada siklus I sebesar 0,61 menjadi 0,71 pada siklus II. Pencapaian hasil belajar siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran
yang diterapkan selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL Problem Based Learning dengan metode praktikum dan
pemecahan masalah baik secara individu maupun kelompok. Proses pembelajaran ini dapat berinteraksi dengan siswa lainnya, guru dan dan
sumber belajar. Sumber belajar yang digunakan pada pembelajaran berupa LKS dan buku paket kimia kelas XI dan buku-buku kimia yang lain yang
berkaitan dengan konsep kesetimbangan kimia. Kegiatan siswa pada siklus I telah menunjukkan rata-rata
keterlaksanaannya langkah-langkah model PBL dengan kategori baik sebesar 70,67. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tindakan dengan
menerapkan model pembelajaran PBL Problem Based Learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung selama proses
pembelajaran. Akan tetapi, siswa masih kurang memunculkan langkah