Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN
peningkatan nilai rata-rata dari pretes yaitu sebesar 23,67 menjadi 67,33 nilai rata-rata dari postes. Hal ini mungkin disebabkan siswa masih belum
mengerti bagaimana langkah-langkah pembelajaran PBL yang baru mereka dapatkan, selama proses pembelajaran guru bidang studinya belum pernah
menerapkan model pembelajaran seperti ini. Sehingga siswa merasa kebingungan dan sulit untuk beradaptasi dengan proses pembelajaran baru.
Pada hasil belajar berupa kognitif pada siklus I, Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM yaitu 65 sebanyak 23 siswa, sedangkan jumlah siswa yang tidak
mencapai nilai KKM sebanyak 13 orang. Ada kemungkinan siswa yang belum mencapai nilai KKM ini disebabkan belum bisa menangkap atau
menerima dengan baik model atau metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Skor N-gain yang didapatkan pada siklus I sebesar 0,61 dengan kategori
sedang. Pada siklus II, nilai rata-rata pretes 32,39 dan 77,56 dari nilai rata-rata postes. Siswa yang mencapai nilai KKM 65 pada siklus II ada 31
siswa, sedangkan yang belum mencapai KKM ada 5 siswa. Skor N-gain dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
dengan skor N-gain pada siklus I sebesar 0,61 menjadi 0,71 pada siklus II. Pencapaian hasil belajar siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran
yang diterapkan selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL Problem Based Learning dengan metode praktikum dan
pemecahan masalah baik secara individu maupun kelompok. Proses pembelajaran ini dapat berinteraksi dengan siswa lainnya, guru dan dan
sumber belajar. Sumber belajar yang digunakan pada pembelajaran berupa LKS dan buku paket kimia kelas XI dan buku-buku kimia yang lain yang
berkaitan dengan konsep kesetimbangan kimia. Kegiatan siswa pada siklus I telah menunjukkan rata-rata
keterlaksanaannya langkah-langkah model PBL dengan kategori baik sebesar 70,67. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tindakan dengan
menerapkan model pembelajaran PBL Problem Based Learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung selama proses
pembelajaran. Akan tetapi, siswa masih kurang memunculkan langkah
merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis. Pengungkapan pertanyaan siswa pada suatu masalah masih bersifat konsep dasar dan bukan merupakan
pengembangan konsep. Siswa belum terlatih dalam kemandirian belajar atau selalu mengandalkan guru untuk mengungkapkan suatu konsep dari suatu
permasalahan. Kegiatan guru telah konsisten dalam menerapkan RPP selama
pembelajaran. Dari data pengamatan, sebagian besar siswa telah berperan aktif selama proses belajar mengajar berlangsung, terutama pada saat
kegiatan praktikum. Setiap kelompok selalu memperhatikan prosedur- prosedur yang ada di LKS. Hasil dari siklus I menunjukkan jumlah siswa
yang mencapai nilai KKM 65 belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu 75 hanya mencapai 63,89, sehingga penelitian ini akan dilanjutkan ke
siklus II. Setelah dilanjutkan ke siklus II yaitu dengan berbagai tindakan
perbaikan yang dilaksanakan pada siklus II ternyata hasil belajarnya mengalami peningkatan. Nilai rata-rata pretes 32,39 dan 77,56 dari nilai
rata-rata postes. Siswa yang mencapai nilai KKM 65 pada siklus II ada 31 siswa, sedangkan yang belum mencapai KKM ada 5 siswa. Skor N-gain dari
siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dengan skor N-gain pada siklus I sebesar 0,61 menjadi 0,71 pada siklus II.
Hal ini membuktikan bahwa siswa mampu mengembangkan proses berfikir kritis mereka sehingga mereka bisa berkreasi dan dapat memecahkan masalah
secara sistematis, dan logis. Peningkatan pada siklus II ditunjukan pula dengan data observasi
siswa yang menunjukan telah keterlaksanakannya langlah-langkah PBL diantaranya yaitu menyadari masalah, merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, menyimpulkan data, menguji hipotesis, dan menentukan pilihan penyelesaian. sehingga dihasilkan rata-rata siswa yang memunculkan semua
langkah-langkah PBL dari siklus I dan siklus II yaitu dari kategori baik 70,67 menjadi sangat baik 81,31. Pada siklus II, jumlah siswa yang
memiliki nilai diatas nilai KKM 65 adalah 86,11. Persentase tersebut telah
memadai nilai indikator keberhasilan yaitu 75, sehingga pemberian tindakan pada proses pembelajaran siklus II bisa dihentikan.
Penerapan model pembelajaran PBL Problem based Learning yang berkelanjutan dalam dua siklus telah menunjukkan peningkatan pada setiap
aspek langkah-langkah PBL. Bila dianalisis setiap aspeknya, maka tiap-tiap aspek telah menunjukan peningkatan dari siklus pertama ke siklus kedua, dan
pada siklus kedua semua aspek telah menunjukan kategorikan baik. Hal ini berarti siswa telah mengalami perubahan dalam belajar dan memahami suatu
konsep dengan baik pula. Selain itu, berdasarkan dari hasil wawancara siswa telah memberikan
tanggapan-tanggapan yang positif terhadap pembelajaran yang diterapkan karena siswa diberikan pembelajaran secara langsung dan aktif serta diberi
kesempatan untuk mengungkapkan gagasan-gagasan baru dalam menyajikan hasil karya penyelesaian masalah selama proses belajar mengajar yang
berlangsung di kelas. Sehingga pembelajaran pun terasa menyenangkan dan tidak membosankan. Siswa juga tidak merasa penasaran dengan apa yang
mereka lihat, mereka dengar, dan mereka pelajari tentang konsep kimia, terutama tentang konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa
merasa lebih menyukai model pembelajaran ini dan lebih mudah memahami konsep kesetimbangan kimia dengan pemakaian penyelesaian masalah
menggunakan praktikum atau eksperimen. Hal ini terjadi karena dengan bereksperimen maka siswa dapat membuktikan dan menjawab suatu
permasalahan yang ada pada konsep kesetimbangan kimia. Hal penting yang harus diketahui dalam proses pembelajaran
berdasarkan masalah adalah bahwa guru perlu memiliki seperangkat aturan yang jelas agar supaya pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa
gangguan, dapat mengenai perilaku siswa yang menyimpang secara tepat dan tepat, juga perlu memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja
kelompok. Dari penjelasan-penjelasan di atas, menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran PBL Problem Based Learning memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung, aktif, mandiri, kreatif dan berpikir kritis selama pembelajaran serta pembentukan suatu konsep yang real
dan sistematis. Sehingga pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan dan meningkatkan hasil belajar siswa yaitu berpikir kritis ilmiah
dalam menemukan suatu konsep pada kesetimbangan kimia. Oleh karena itu, melalui model pembelajaran berdasarkan masalah atau PBL Problem Based
Learning dapat meningkatkan hasil belajar pada konsep kesetimbangan kimia.