Detik.com Tanggal 22 Maret 2012

pencabulan Habib Hasan adalah korban. Para korban kerap diancam dibunuh dan salah seorang korban pernah diserempet motor yang diduga dilakukan jamaah Habib Hasan. Moral Evaluation. Frame Habib Hasan sebagai aktor penyebab masalah dan para korban dugaan pencabulan Habib Hasan sebagai korban didukung dengan banyaknya pernyataan yang ditulis Detik.com mengenai ancaman yang dialami korban. Sebagaimana disebutkan dalam berita: Guntur mengatakan ancaman yang diterima kliennya terjadi berkali-kali. Karena itu, kata dia, pihaknya meminta bantuan dari LPSK untuk perlindungan kliennya. Dari berita tersebut menjelaskan bahwa banyaknya ancaman yang diterima pihak korban pencabulan yang diduga dilakukan Habib Hasan secara berkali-kali. Treatment Recommendation. Atas semua tindakan yang diduga dilakukan oleh Habib Hasan, Detik.com dalam berita ini merekomendasikan agar korban dilindungi agar memperlancar proses hukum kasus pencabulan ini. Perlindungan yang diberikan akan menjaga mental dan psikologis para korban untuk menjalani pemeriksaan dan memberikan keterangan terkait kasus ini. C. Analisis Perbandingan Framing Republika.co.id dan Detik.com Dari hasil temuan penulis menggunakan perangkat Framing Robert Entman, penulis melihat adanya sudut pandang yang berbeda antara Republika.co.id dan Detik.com pada kasus dugaan pencabulan Habib Hasan. Dalam kasus dugaan pencabulan Habib Hasan ini, antara Republika.co.id dengan Detik.com mempunyai definisi yang berbeda dalam menilai kasus ini. Republika.co.id mengidentifikasi kasus ini sebagai masalah hukum. Segala hal yang berhubungan dengan kasus dugaan pencabulan ini selalu disoroti dari aspek hukum. Ada beberapa alasan kenapa penulis mengatakan bingkai hukum sebagai bingkai yang dominan dalam pemberitaan Republika.co.id pada kasus ini. Pertama , semua masalah ditarik ke wilayah hukum. Kasus ini dilihat Republika.co.id sarat dengan muatan dan nuansa hukum, baik itu dianggap sebagai pencabulan atau pencemaran nama baik. Ini adalah masalah hukum. Karena, ada laporan dari salah satu santri yang merasa dilecehkan. Ini masuk ke ranah hukum, tidak masuk ke ranah-ranah yang lain karena memang konteks-konteks hukum. Makanya, kami berbicara masalah hukum saja, tidak masuk ke masalah lain. 2 Kedua , penulis menemukan Republika.co.id dalam setiap pemberitaan kasus dugaan pencabulan Habib Hasan selalu menempatkannya di rubrik hukum. Dengan menempatkan berita ini di rubrik hukum, secara tidak langsung Republika.co.id memandang dan melihat kasus ini sebagai masalah hukum bukan masalah lain. Ketiga, sumber berita yang diwawancarai selalu sumber berita yang berlatar belakang hukum, seperti kuasa hukum korban atau terlapor dan pihak kepolisian. Bahasan pembicaraannya pun masih dalam kerangka hukum. Sebaliknya, Detik.com mendefinisikan berita ini tidak hanya sebagai masalah hukum tetapi juga masalah moral. Detik.com melihat kasus dugaan pencabulan Habib Hasan bukan hanya permasalahan adanya dugaan pencabulan yang dilakukan sang Habib tetapi kasus ini menurut Detik.com juga terkait dengan 2 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Republika.co.id, M. Irwan Ariefyanto, Jakarta, 24 Oktober 2012. persoalan moral yang tidak kecil, karena Habib Hasan adalah seseorang yang bergelar Habib yang hanya dimiliki oleh seseorang yang bergaris keturunan langsung dengan Nabi Muhammad, Habib juga merupakan seorang ulama yang mempunyai jamaah yang banyak di Indonesia. Habib Hasan adalah seorang dai atau tokoh agama, sebagai seorang yang mengajarkan nilai-nilai keislaman seharusnya Habib Hasan terbebas dari masalah moral seperti ini. Perbuatan amoral semacam pencabulan merupakan persoalan moral. Perbuatan semacam itu tidak pantas dilakukan oleh seseorang yang mengajarkan norma-norma agama apalagi dia sendiri diduga melanggarnya. Penulis menemukan berita di Detik.com yang menonjolkan bahwa kasus Habib Hasan ini merupakan masalah moral. Detik.com menegaskannya dengan mengutip pernyataan Kuasa Hukum Korban, Guntur pada berita tanggal 21 Maret 2012 dengan judul “Pengacara Korban: Akun FB Habib Hasan Dikelola Muridnya ,” sebagai berikut: Guntur menambahkan pihaknya tidak ingin menambah berpolemik mengenai kesaksian Hasan. Mereka hanya ingin membuktikan ini merupakan masalah individu yang yang sudah tidak baik dan melenceng dari norma-norma yang berlaku. “Tugas orang yang lebih tua adalah mengajarkan hal yang positif dan tidak bertentangan dengan norma kepatutan. Tidak melawan hukum dan tidak bertentangan dengan syariat,” jelasnya. Hal ini juga dipertegas dengan hasil wawancara penulis dengan Redaktur Pelaksana Detik.com, Irwan Nugroho: Terus terang kita melihatnya dua masalah, masalah moral dan masalah hukum. Tapi lebih berat ke hukum. Ini sebuah perbuatan hukum diluar status dia, yang menjadi menarik itu adalah dia adalah seorang Habib yang mempunyai banyak atau yang disini namanya tokoh ulama yang mengajari yang baik-baik sesuai dengan tuntutan agama tapi ternyata dia di duga juga melakukan perbuatan yang melanggar norma agama, melanggar apa yang diucapkannya sendiri, melanggar apa yang diajarkannya sendiri kepada jamaahnya. Ini kontras sekali dia melarang begini tapi dia melakukannya sendiri, apalagi ini berhubungan dengan agama, ya norma-norma agama itu sendiri yang dilanggar sendiri oleh seorang yang jadi panutan agama yang menjadi pemimpin umat tapi justru dia melakukan hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai agama. Dari segi norma kita bicara sudah stop disitu. Kita juga masuk ke persoalan hukumnya, bahwa dia sebagaimana orang-orang lain yang melakukan tindakan kejahatan. Ada saksi melapor, ada korban, ada pemeriksaan oleh polisi, ada proses hukum disitu, maka kita angkat. Dari keseluruhan berita di Republika.co.id terkait kasus dugaan pencabulan Habib Hasan, Republika.co.id menilai laporan sejumlah remaja putra terkait tindakan pelecehan seksual yang diduga dilakukan Habib Hasan sebagai penyebab masalah. Ketika masalah Habib Hasan ini dilihat Republika.co.id sebagai masalah hukum, maka adanya laporan dugaan pencabulan ini yang mengakibatkan Habib Hasan mendapat pemanggilan dan pemeriksaan oleh kepolisian. Habib Hasan diperiksa sebagai saksi dan dimintai keterangannya guna mengkonfirmasi kebenaran dengan keterangan dan bukti yang diberikan oleh para korban dugaan pencabulan Habib Hasan. Redaktur Pelaksana Republika.co.id mengatakan: Penyebab masalahnya adalah tentunya tersangka, karena dia yang melakukan perbuatan. Tetapi, tersangka ini kan ada karena adanya laporan. Jadi, penyebabnya dari segi laporan. 3 Sebaliknya dalam keseluruhan berita Detik.com terkait kasus dugaan pencabulan, Detik.com memposisikan Habib Hasan sebagai penyebab masalah. Misalnya di teks salah satu pemberitaan yang penulis teliti menceritakan berbagai teror yang dialami para korban. Dalam pemberitaan Detik.com terkait kasus Habib Hasan ini diungkapkan bagaimana teror setelah pengungkapan kasus tersebut. Seperti dalam kutipan teks berita berikut: 3 Wawancara Pribadi dengan Redaktur Pelaksana Republika.co.id, M. Irwan Ariefyanto, Jakarta, 24 Oktober 2012. Dicontohkan dia, identitas jelas pelaku yang dimaksudkannya seperti yang dialami salah seorang korban, Maryam. Maryam mengaku dua kali diserempet pengendara motor yang menggunakan atribut yang biasa dipakai jamaah pengajian Habib Hasan. Para korban juga kerap menerima surat kaleng berisi ancaman pembunuhan. Dari pengisahan semacam ini, hendak dikatakan para korban pencabulan adalah korban. Ia korban dari pencabulan yang diduga dilakukan Habib Hasan. Begitu kasus ini dilaporkan, ia menjadi korban serangkaian teror dari pendukung Habib Hasan. Sehingga penulis memposisikan Habib Hasan sebagai penyebab masalah dalam pemberitaan Detik.com terkait kasus dugaan pencabulan. Redaktur Pelaksana Detik.com, Irwan Nugroho mengatakan: Ya Habib Hasan. Kemudian banyak sekali aktor-aktor masalahnya entah itu yang dia bersalah, korban, keluarga korban. Tapi tetap penyebab masalah utamanya Habib Hasan yang diduga melakukan pelecehan seksual itu. Dalam pemberitaan ini penilaian moral yang diberikan Republika.co.id dan Detik.com adalah pelecehan seksual yang dilakukan Habib Hasan. Dengan bingkai hukum Republika.co.id melihat adanya pelanggaran hukum yang dilakukan Habib Hasan karena adanya laporan sejumlah remaja ke Polda Metro Jaya terkait pencabulan yang dilakukan Habib Hasan. Sementara Detik.com bukan hanya melihat adanya pelanggaran hukum berupa tindakan pencabulan yang dilakukan oleh Habib Hasan tetapi juga pelanggaran norma-norma agama dan masyarakat. Perbuatan yang diduga dilakukannya tidak pantas dilakukan oleh seorang yang mengajarkan agama apalagi ia seseorang yang bergelar Habib. Menurut Redaktur Pelaksana Detik.com yang penulis wawancarai mengatakan: Dia melanggar aturan agama kalau dilihat dari sisi moral. Biasanya perbuatan cabul di masyarakat itu sangat tabu lalu kemudian dilarang oleh agama dan nilai-nilai yang ada masyarakat. 4 Pada akhirnya, dari semua berita yang disajikan berimbas pada bagaimana peristiwa ini direkomendasikan penyelesaiannya oleh masing-masing media. Republika.co.id , sesuai dengan bingkai hukum yang dikembangkannya, mengusulkan agar masalah ini diproses secara hukum dan diungkapkan kebenarannya sehingga diketahui apakah Habib Hasan bersalah atau tidak. Hal ini diungkapkan oleh Redaktur Pelaksana Republika.co.id sebagai berikut: Kami sebagai media berharap kasus ini tuntas, kalo memang habib Hasan tidak bersalah ya dinyatakan tidak bersalah kalau bersalah hasilnya prosesi hukum. 5 Berdasarkan hasil analisis penulis, penulis juga menemukan teks pada pemberitaan Republika.co.id yang berupaya menggiring pembaca bahwa kasus ini harus diproses secara hukum dengan diambilnya perkataan Habib Hasan oleh Republika.co.id sebagai berikut: Sementara itu, terkait pemeriksaan hari ini, pemimpin Majelis Nurul Musthofa, Habib Hasan bin Ja‟far Assegaf, mengatakan, pemeriksaan hari ini berjalan lancar. Habib Hasan mengatakan, dirinya menyerahkan semua prosesnya kepada penyidik kepolisian. Sebaliknya, Detik.com merekomendasikan agar kasus ini untuk diproses hukum sampai ke pengadilan karena kasus ini merupakan kasus pidana dan para korban dugaan pencabulan Habib Hasan dilindungi agar jalannya proses hukum berjalan lancar dari adanya potensi ancaman dari pihak Habib Hasan. Sesuai dengan bingkai hukum dan moral yang dikembangkan, Detik.com mengusulkan 4 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detik.com, Irwan Nugroho, Jakarta, 26 November 2012. 5 Wawancara Pribadi dengan Redaktur Pelaksana Republika.co.id, M. Irwan Ariefyanto, Jakarta, 24 Oktober 2012. agar kasus ini ditindak secara hukum agar tidak ada lagi tokoh agama yang melakukan perbuatan tidak bermoral. Redaktur Pelaksana Detik.com mengatakan: Solusi kita proses hukum, biar kasus ini selesai ya proses hukum. Kita juga tidak berhenti untuk mengawal kasus ini, teman-teman kita di media lain juga tidak berhenti untuk mengawal kasus ini. Sampai kemudian Habib ini diperiksa, dijadikan tersangka kemudian di adili, dan disidang. Damai juga tidak bisa, apa yang mau didamai? karena ini tindak pidana dan korban sudah merasa benar-benar dirugikan, mendapatkan perlakuan-perlakuan yang tidak baik sama Habib maka dia melapor. Solusinya ya hukum, tindakan-tindakan hukum. 6 Elemen Republika.co.id Detik.com Problem Identification Masalah Hukum Masalah Hukum dan Masalah Moral Causal Identification Laporan sejumlah remaja putra terkait dugaan pencabulan oleh Habib Hasan Habib Hasan Moral Evaluation Pelecehan seksual merupakan pelanggaran hukum Pelecehan seksual merupakan pelanggaran hukum dan norma agama Treatment Recommendation Diproses secara hukum, diungkap kebenarannya Diproses secara hukum, korban harus dilindungi sebagai dukungan penegakkan proses hukum

D. Analisis Proses Produksi Teks pada Republika.co.id dan Detik.com

Proses produksi berita juga mempengaruhi media dalam membingkai suatu peristiwa. Bagaimana peristiwa itu dipahami dalam kerangka tertentu, bukan hanya disebabkan oleh wartawan tetapi juga rutinitas kerja dan institusi media yang secara tidak langsung juga mempengaruhi pemaknaan peristiwa tertentu. Dari hasil analisis framing menggunakan perangkat framing Robert Entman penulis menemukan ternyata Republika.co.id dan Detik.com dalam 6 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detik.com, Irwan Nugroho, Jakarta, 26 November 2012. melihat suatu realitas tidak hanya dipengaruhi oleh wartawan tetapi juga ideologi perusahaan tersebut. Republika.co.id yang dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim dan mengedepankan komunitas muslim sebagai basis pengunjungnya terlihat mengkonstruksi kasus dugaan pencabulan ini lebih kepada persoalan bahwa Habib Hasan dilaporkan oleh polisi dan ada pemeriksaan. Sehingga Republika.co.id melihat kasus tersebut sebagai masalah hukum. Hal ini dikarenakan dalam pemilihan narasumber dan data pendukung lainnya semuanya diurus oleh newsroom. Kalau persoalan content, penyediaan content itu bukan dari kami tapi dari newsroom. Jadi, Republika itu sebagai sebuah perusahaan media yang multifaktor, semua content itu diurus oleh newsroom. Kami disini redaksi itu hanya meminta content dari mereka, nanti mereka yang urus. Cuma mungkin bedanya kami memberikan arahan-arahan bahwa berita yang kami pilih ini seperti ini, seperti ini, seperti ini. Nah, newsroom itu sebuah lembaga di Republika dulu, yang tugasnya memberikan, melayani, menyediaan content untuk koran, televisi, radio maupun online, jadi multifungsi. Sehingga kami sendiri tidak mempunyai reporter untuk mencari content itu, kami lebih banyak mengutakan content-content yang didapat dari newsroom. 7 Karena lebih mengutamakan content-content yang didapat dari newsroom maka dalam memberitakan kasus dugaan pencabulan oleh Habib Hasan, dalam proses seleksi dimana aspek mana yang akan ditampilkan serta aspek tertentu yang akan lebih dikedepankan sementara aspek lain tidak ditonjolkan dalam melihat kasus tersebut terbentuk karena rutinitas organisasi Republika.co.id itu sendiri. Hal ini mengakibatkan Republika.co.id tidak akan masuk dalam permasalahan pencabulannya Habib Hasan, tetapi lebih menyoroti kasus hukum 7 Wawancara Pribadi dengan Redaktur Pelaksana Republika.co.id, M. Irwan Ariefyanto, Jakarta, 24 Oktober 2012. yang menimpa Habib Hasan saja. Jadi, Republika.co.id hanya menyoroti permasalah utamanya saja berupa kasus hukum karena adanya laporan sejumlah remaja putra ke polisi terhadap Habib Hasan. Ini dikarenakan visi misi Republika.co.id untuk menjadi online yang bermuatan Islam serta lebih mengedepankan komunitas muslim sebagai basis pengunjungnya, Republika.co.id akan menghindari masuk ke dalam konteks pencabulan Habib Hasan. Seperti yang dikatakan Redaktur Pelaksana Republika.co.id saat di wawancarai penulis: Kami menghindari masuk ke dalam ranah pribadi, yang kami tawarkan dalam online adalah lebih kepada kasus-kasusnya saja tidak masuk ke konteks beritanya karena bagi kami itu sudah masuk ke ranah pribadi. 8 Dalam melihat kasus dugaan pencabulan Habib Hasan, Republika.co.id dalam pemberitaannya hanya ingin mencontohkan saja kepada masyarakat bahwa ada suatu kasus pencabulan yang menimpa seorang tokoh agama dan adanya laporan terkait kasus tersebut. Redaktur Pelaksana Republika.co.id, M. Irwan Ariefyanto yang penulis wawancarai juga mengatakan agar informasi ini bisa menjadi pelajaran atau gambaran bagi pembaca. Pertimbangan Detik.com konsisten memberitakan kasus ini dikarenakan kasus dugaan pencabulan oleh Habib Hasan ini dibaca banyak orang sehingga menjadi pertimbangan Detik.com untuk memberitakannya. 9 Menurut Detik.com kasus ini sangat menarik dan mempunyai nilai berita yang tinggi. Hal ini diungkapkan oleh Redaktur Pelaksana Detik.com sebagai berikut: Salah satu kasus yang menarik, kasus habib ini. Dulu kita menunda penerbitan Habib, tapi ini menjadi perhatian banyak orang karena tidak 8 Ibid. 9 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detik.com, Irwan Nugroho, Jakarta, 26 November 2012.