1. Audience Control, yaitu audiens lebih leluasa dalam memilih berita. 2. Nonlienarity, yakni tiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri
atau tidak berurutan. 3. Storage and Retrieval, adalah berita tersimpan dan diakses kembali
dengan mudah. 4. Unlimited Space, yaitu memungkinkan jumlah berita jauh lebih
lengkap ketimbang media lainnya. 5. Immediacy, yakni cepat dan langsung.
6. Multimedia Capability, yaitu bisa menyertakan teks, suara, gambar, video dan komponen lainnya di dalam berita.
7. Interactivity, yakni memungkinkan adanya peningkatan partisipasi pembaca.
Adapun perbedaan antara media online dengan media cetak dan elektronik yaitu:
27
Pertama, pada media online berita-berita yang disampaikan jauh lebih cepat, bahkan setiap beberapa menit dapat di-up date. Peristiwa-peristiwa besar
yang baru saja terjadi sudah dapat diketahui dengan membaca media online, masyarakat tidak harus menunggu esok hari lewat koran atau pekan depan lewat
majalah. Faktor kecepatan inilah yang tidak diperoleh lewat media cetak. Kedua
, dalam media online sangat mudah untuk mengakses berita-berita yang disajikan, tidak hanya dapat dilakukan lewat komputer atau laptop yang
dipasang internet, tetapi lewat ponsel atau HP pun bisa sehingga sangat mudah dan praktis. Pembaca juga bisa berbagi cerita-cerita penting dari media online itu
27
Zaenuddin HM, The Journalist, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, h. 7-9.
kepada banyak orang yang tidak bisa dilakukan di media cetak maupun elektronik.
Ketiga , pembaca media online dapat memberikan tanggapan atau
komentar secara langsung terhadap berita-berita yang disukai atau tidak disukainya dengan mengetik pada kolom komentar yang telah disediakan.
Pembaca dapat mengekspresikan pikiran dan unek-uneknya. Jadi, pembaca tidak perlu menulis surat pembaca yang pemuatannya bisa memakan waktu beberapa
hari.
C. Konstruksi Sosial
Social construction konstruksi sosial pertama kali diperkenalkan oleh
Peter L. Berger dan Thomas Luckman bahwa realitas bukan natural tapi dikonstruksi, adanya realitas karena hasil konstruksi manusia. Jadi, konstruksi
sosial adalah pengembangan pola pikir masyarakat atau khalayak melalui isi yang terdapat pada media. Dalam bukunya yang berjudul The Social Construction of
Reality, Berger dan Luckman menyatakan bahwa pengertian dan pemahaman kita
terhadap sesuatu muncul akibat komunikasi dengan orang lain. Realitas sosial sesungguhnya tidak lebih dari sekedar hasil konstruksi sosial dalam komunikasi
tertentu.
28
Kajian pokok Berger dan Luckman adalah manusia dan masyarakat. Dalam kajian ini Berger dan Luckman menjelaskan tentang pemikiran manusia
mengenai proses sosial. Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan
28
Peter L. Berger dan Thomas Luckman, The Social Construction of Reality, A Treatise in The Sociological of Knowledge
terj. Hasan Basari Jakarta: LP3ES, 1990, h. 75.
interaksi manusia, di mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.
29
Menurut Berger proses dialektis memiliki tiga tahapan:
30
1. Eksternalisasi, yaitu ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik kegiatan mental maupun fisik. Misalnya, manusia lahir dan terus berkembang.
2. Objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental muapun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Misalnya, produk yang telah
dihasilkan oleh manusia, seperti meja, kursi, ataupun bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi.
3. Internalisasi, yaitu penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur
dunia sosial. Misalnya manusia berinteraksi dan bersosialisasi. Konstruksi sosial media massa diambil dari pendekatan teori konstruksi
sosial atas realitas Peter L Berger dan Luckman dengan melihat fenomena media massa dalam proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Menurut
perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi, tahap sebaran konstruksi,
tahap pembentukan konstruksi, dan tahap konfirmasi, yang akan dijelaskan sebagai berikut:
31
29
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat,
Jakarta: Kencana, 2008, Cet. Ke-3, h. 189.
30
Geger Riyanto, Peter L. Berger: Perspektif Metateori Pemikiran Geger Riyanto, Jakarta: LP3ES Indonesia, 2009, Cet I, h. 110-111.
31
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat,
h. 203-212.
1. Tahap menyiapkan materi konstruksi: ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme,
keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.
2. Tahap sebaran konstruksi: sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi media massa. prinsip dasar dari sebaran konstruksi
sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang
penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca. 3. Tahap pembentukan konstruksi realitas. Pembentukan konstruksi
berlangsung melalui: a konstruksi realitas pembenaran; b kesediaan dikonstruksi oleh media massa; c sebagai pilihan konsumtif.
4. Tahap konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap
pilihannya untuk terlibat dalam pembentukan konstruksi. Menurut Ibnu Hamad dalam konstruksi realitas, bahasa adalah unsur
utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualitas dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita,
cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa ada bahasa. Keberadaan bahasa diungkapkan Ibnu Hamad tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan
sebuah realitas, melainkan bisa menentukan gambaran citra yang akan dimunculkan di benak khalayak, terutama dalam media massa.
32
32
Ibnu Hamad, Agus Sudibyo, Mohamad Qodari, Kabar-kabar Kebencian: Prasangka Agama di Media Massa,
Jakarta: ISAI, 2001, h. 69.