kebijakan yang telah dibuat justru menjadi boomerang sendiri baik bagi si pembuat kebijakan maupun rakyat yang menjadi target dari kebijakan.
Kebijakan baiknya diciptakan untuk dipatuhi karena dalam prosesnya sudah harus melalui pertimbangkan dari berbagai pihak. Dan tidak sedikit pula aspirasi
yang ditampung. Pada akhirnya, kebijakan yang dibuat bisa menjadi baik atau tidak tergantung bagaimana para pejabat pembuat kebijakan mampu
mengakomodir berbagai kepentingan dalam sebuah kebijakan.
D. Opini Publik dan Kebijakan Publik
Opini publik merupakan pendapat sebagian besar rakyat dalam mengkritisi masalah publik. Dalam pengertiannya opini adalah suatu respon aktif terhadap
stimulus, suatu respon yang dikonstruksi melalui interpretasi pribadi yang berkembang dari dan menyumbang imej. Sedangkan, publik merupakan kumpulan
orang-orang yang sama minat dan kepentingannya terhadap suatu isu. Jadi,opini publik adalah suatu opini yang menyangkut isu, atau kejadian yang mengandung
keprihatinan concern publik.
19
Bagi sebuah negara demokrasi, seperti Indonesia, opini publik merupakan hal yang sangat mendasar. Karena, sebuah negara demokrasi merupakan
pemerintahan yang berdasarkan oleh kehendak rakyat, dimana suara rakyat merupakan dasar dari sebuah pemerintah demokrasi yang dijalankan. Kekuasan
terbesar berada ditangan rakyat, maka jika suara rakyat diabaikan tidak mungkin pula kekuasan akan dijatuhkan pula oleh rakyat.
19
Gun Gun Heryanto, Handout Perkuliahan Mata Kuliah Komunikasi Politik:Materi-6, h. 1-2.
Hubungan antara opini publik dan kebijakan publik sangatlah erat, hal ini bisa dilihat dari siapa yang mengeluarkan pendapat dan struktur dari pendapat
tersebut. Umumnya kebijakan publik berkaitan erat dengan pendapat-pendapat yang disampaikan oleh orang-orang yang memiliki perhatian yang tinggi dan juga
yang aktif secara langsung dalam aktifitas politik dibanding dengan orang-orang yang tidak punya perhatian atau bersikap pasif.
20
Pada umumnya, opini publik yang menjadi perhatian dari pembuat kebijakan terdapat dalam wawancara atau talk show di acara televisi, maupun di
media-media yang memuat suara pembaca, suara pemirsa, artikel surat kabar, tulisan kolom, SMS, media online, dan sebagainya. Selain dari media, pendapat
umum opini publik lain yang menjadi perhatian adalah pendapat umum yang diwadahi oleh organisasi kemasyarakatan seperti LSM yang biasa datang atau
melakukan orasi dengan berdemo untuk menyuarakan pendapatnya, atau datang langsung ke lembaga pembuat kebijakan seperti DPR yang menyediakan Rapat
Dengar Pendapat RDP dengan mengundang atau datang sendiri untuk menyatakan pendapat.
Kebijakan publik menunjuk pada keinginan penguasa atau pemerintah yang idealnya dalam masyarakat demokratis merupakan cerminan pendapat umum
opini publik. Untuk mewujudkan keinginan tersebut dan menjadikan kebijakan tersebut efektif maka diperlukan beberapa hal, yaitu:
1. Adanya seperangkat hukum berupa peraturan dan perundang-undangan sehingga dapat diketahui publik apa yang telah diputuskan.
2. Kebijakan juga harus jelas struktur pelaksanaan dan pembiayaannya.
20
Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi Jakarta: Rajawali Press, 2009, h. 159-162
3. Diperlukan adanya kontrol publik yakni mekanisme yang memungkinkan publik mengetahui apakah kebijakan ini dalam pelaksanaannya
mengalami penyimpangan atau tidak.
21
Opini publik dalam sebuah kebijakan publik bisa berupa tuntutan atau dukungan, berikut ini proses bagaimana sebuah opini baik berupa tuntuan maupun
dukungan menjadi sebuah kebijakan output, yang bisa dilihat dari pendekatan analisis sistem yang diungkapan oleh David Easton
22
, yaitu:
Gambar 2.1 Proses Opini Publik Menjadi Sebuah Kebijakan
I O
N Tuntutan Keputusan
U P
T U
P T Dukungan
Kebijakan U
T Umpan Balik
Lingkungan Lingkungan
Sumber: Materi Pokok Opini Publik: 1-9 Universitas Terbuka
Penjelasan: 1. Bagi sebuah negara maju, apa yang menjadi kepentingan maupun
kebutuhan diri dan kelompok dikemukakan lewat berbagai saluran atau kelompok baik kelompok kepentingan ataupun kelompok penekan.
Kelompok yang mengartikulasikan kepentingan anggota masyarakat ini selanjutnya oleh Almond disebut dengan kelompok kepentingan.
21
Trubus Rahardiansah, Pengantar Ilmu Politik: Paradigma, Konsep Dasar, dan Relevansinya untuk Ilmu Hukum, h. 293.
22
Betty RFS. Soemirat dan Eddy Yehuda, Materi Pokok Opini Publik: 1-9: SKOM43213 SKS Jakarta: Universitas Terbuka, 2007, h. 25-26.
Konversi input
menjadi output
2. Tahapan berikutnya adalah tahapan agregasi kepentingan, dimana proses pengubahan tuntutan yang disampaikan menjadi alternatif-alternatif
kebijakan. 3. Tahapan ketiga adalah tahapan pembuatan kebijakan merupakan proses
untuk mengubah tuntutan menjadi output. Output tersebut, berupa peraturan-peraturan
maupun perundang-undangan
yang mampu
menanggapi kepentingan dan tuntutan yang masuk ke dalam agenda pemerintah.
4. Tahapan yang terakhir adalah tahapan dimana tahapan artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan dan tahapan pembuatan keputusan
dimungkinkan terjadi tumpang tindih, hal ini terjadi selain karena batasan antara ketiga aktifitas tersebut sangatlah tipis dan terjadi karena para
partisipan dalam pembuatan kebijakan sama. Selanjutnya, Gabriel A. Almond menambahkan dengan memberikan
pengantar komprehensif mengenai input artikulasi kepentingan, fungsi proses agregasi kepentingan,pembuatan kebijakan, implementasi, dan keputusan
kebijakan dan fungsi kebijakan extraction, regulasi, distribusi. Output kebijakan dikembalikan ke dalam sistem politik, yang berada dilingkungan domestik dan
internasional.
23
23
Wayne Parson, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, h. 26.
Gambar 2.2 Proses Kebijakan sebagai Input dan Output
INPUT KEBIJAKAN OUTPUT
Persepsi Regulasi
Aplikasi Organisasi
Distribusi Penguatan Enforcement
Permintaan Redistribusi
Interpretasi Dukungan
Kapitalisasi Evaluasi
Apathy Kekuasaan Etis
Legitimasi Modifikasi Penyesuaian
Penarikandiri pengingkaran
Sumber: Parson 2006
Versi ini berusaha lebih banyak menjelaskan peran institusi ketimbang di masa lalu, masa ketika ilmuwan politik cenderung mengabaikan fakta bahwa
institusi, aturan dan konstitusi adalah sesuatu yang benar-benar penting. Konseptualisasi pada keempat teori tersebut merupakan konsep-konsep
yang berkenaan dengan analisis mengenai kebijakan publik pada Undang-Undang Pornografi. Kebijakan publik yang dimaksud dalam hal ini Undang-Undang
Pornografi merupakan bagian dari kegiatan komunikasi politik, yang dalam ilmu politik sendiri sebenarnya kebijakan publik sudah menjadi salah satu wacana yang
sering diperbincangkan. Dalam komunikasi kebijakan, hal-hal yang mengenai produk kebijakan dikaitkan dengan opini publik yang berkembang, karena opini
publik merupakan opini masyarakat yang wajib diperhatikan oleh negara demokrasi seperti Indonesia. Sebagai proses analisis pada bab IV empat konsep
yang menjadi landasan berpikir adalah teori mengenai Model Rasional Komprehensif dan relevansi antara opini publik dan kebijakan publik yang akan
dibahas secara mendetail.
E. Daftar Istilah