D. Perkembangan dan Penerapan Undang-undang Pornografi
Setelah bergulir selama tiga tahun, Undang-Undang Pornografi ini tetap saja menjadi persoalan yang kontroversi dan jika dilihat dari realitasnya, Undang-
Undang Pornografi belum mampu menjadi peraturan yang mengikat, bahkan cenderung diabaikan. Mengapa? Hal itu dapat terlihat dalam kasus-kasus yang
terjadi di Indonesia, seperti semakin maraknya bisnis pornografi, tindakan- tindakan asusila di berbagai wilayah.
Bukankah seharusnya Undang-Undang Pornografi yang sudah ada ini mampu menjadi senjata untuk menindak berbagai pelanggaran pornografi. Di
bidang perfilman saja masih bermunculan film-film yang menampilkan adegan- adegan yang tidak pantas, kemudian video porno yang masih bebas diakses di
internet. Kalau kita mau belajar dari negara lain seperti Cina mungkin hal-hal semacam itu bisa diminimalisir bahkan dihilangkan.
Pemerintah Cina pada tahun 2007 secara serius mengambil tindakan tegas dengan memberantas penyebarluasan pornografi di Internet. Pemerintah Cina
mengganggap masalah Pornografi merupakan masalah sosial yang perlu ditangani secara serius karena memicu berbagai tindak kriminal yang marak terjadi. Sikap
Pemerintah Cina bukan hanya isapan jempol, sekitar 44.000 situs porno berhasil ditutup, menahan sekitar 868 orang dan memproses 524 kasus krimimal berkaitan
pornografi di Internet. Dengan dibantu tenaga ahli komputer, Cina mampu menyensor isi situs di internet, dan memblokir akses situs porno dari luar negeri.
18
Demikian pula, Pemerintah Singapura tidak ingin bermain-main dengan soal pornografi dengan keras menindak para pelaku penyebaran pornografi
18
Wordpress, Undang-Undang Pornografi di Luar Negeri, artikel diakses pada tanggal 28 April 2011 pukul 19.30 WIB dari
http:wordpress.comundang-undang_di-luar-negerihtml .
terutama foto-foto bugil dan memblokir akses situs porno. Bahkan, produk pornografi dalam kemasan VCD termasuk majalah Play Boy tidak akan dijumpai
pada toko-toko di Singapura. Terkait belum maksimalnya Undang-Undang Pornografi di Indonesia,
tampaknya hal tersebut tergambar dari beberapa hal yang dirasakan setelah Undang-Undang Pornografi disahkan, diantaranya:
1. Pelaksanaan Judicial Review Undang-Undang Pornografi ke Mahkamah Konstitusi
Pada tanggal 25 Maret 2010 Mahkamah konstitusi menolak pengajuan uji materiil judicial review yang diajukan oleh Komnas
Perempuan. Komnas Perempuan menganggap Undang-Undang Pornografi No. 44 Tahun 2008 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Undang-Undang Pornografi tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Justru Undang-
Undang Pornografi melindungi hak-hak perempuan agar jangan menjadi komoditi dari praktek pornografi.
Dalam prosesnya dari sembilan hakim MK, hanya satu yang berbeda pendapat dissenting opinion dan menilai meski Undang-Undang
Pornografi itu telah disahkan dan diundangkan, tapi efektivitas dan implementasinya susah dilasanakan. Menurut dia, Masih ada kerancuan
dalam pasal-pasalnya. Karena itu, dia berpendapat, permohonan pemohon seharusnya dikabulkan.
19
19
Yustina Rostiawati, UU Pornografi Diskriminasi Perempuan dan Anak-anak, artikel diakses pada tanggal 4 Mei 2011 pukul 13.25 WIB dari
http:komnasperempuan.com .
2. Tidak adanya Peraturan Pemerintah PP sebagai pendukung Undang- Undang Pornografi
Herlini Amran, Anggota Komisi VIII Tahun 2004-2009 dalam situs resmi DPR jurnalparlemen.com mengatakan bahwa dari segi regulasi,
DPR sudah mengesahkan Undang-Undang Pornografi, namun Pemerintah belum serius membuat Peraturan Pemerintah PP yang terkait dan turunan
dari Undang-Undang Pornografi ini. Herlini menambahkan Undang-Undang Pornografi No. 442008
tentang pornografi belum optimal untuk diimplementasikan. Salah satu penyebabnya, tak didukung adanya Peraturan Pemerintah PP. Padahal,
PP ini merupakan bentuk keseriusan pemerintah dalam memberantas pornografi. Pada dasarnya PP memberikan penjelasan peraturan
perundang-undangan secara lebih detil. 3. Kasus video porno Ariel dijerat Undang-Undang Pornografi
Terdakwa kasus video porno Nazriel Irham alias Ariel divonis 3,5 tahun penjara atas dakwaannya dalam pasal 29 UU No 42008 tentang
Pornografi yang merupakan sanksi pidana terhadap perbuatan seperti pada pasal 4 ayat 1 dengan tuduhan yang digunakan adalah memproduksi
materi pornografi. Menurut beberapa pakar IT video itu jelas dikategorikan sebagai pornografi menurut Undang-Undang Pornografi ini.
4. Kasus Arifinto, akankah terjerat Undang-Undang Pornografi? Arifinto seorang anggota DPR Fraksi PKS tertangkap basah saat
sedang menonton video porno ketika di Gedung DPR sedang dilaksanakan rapat paripurna. Hal ini justru berbanding terbalik ketika Fraksi PKS ini
justru menggebu-gebu untuk mengesahkan Rancangan Undang-Undang Pornografi menjadi Undang-Undang Pornografi tetapi saat ini justru
kadernya yang melakukan pelanggaran tersebut. Ray Rangkuti mengatakan hal ini cukup menjadi pengingat saja
kepada PKS bahwa undang-undang tersebut bisa saja membatasi hak asasi manusia dan sangat tidak optimal.
20
Seolah-olah Undang-Undang Pornografi menjadi senjata makan tuan bagi PKS sendiri.
Apa yang dilakukan Arifinto itu pun sebenarnya belum mencukupi alat bukti jika ingin dipidanakan, penyidik masih meneliti lebih jauh
bagaimana posisi kasus sebenarnya. Dalam kasus video porno, polisi harus menggunakan undang-undang yang saling terkait.
Dijelaskan dalam Pasal 5 Undang-Undang Pornografi No. 442008 menyebutkan
”Setiap orang dilarang meminjamkan atau mengunduh pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1.”
Kemudian ditambah Pasal 6 menyebutkan,
” Setiap orang dilarang memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat 1, kecuali yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang- undangan.”
Ancaman pidana yang dikenakan adalah 4 empat tahun penjara danatau denda paling banyak Rp. 2 Miliar. Dalam kasus Arifinto,
sebenarnya bisa saja dikenakan pasal diatas dalam Undang-Undang
20
Lauriencius Simanjuntak, Kasus Arifinto Ingatkan PKS Juga Bisa “Dimakan” UU
Pornografi, artikel diakses pada tanggal 8 Mei 2011 pukul 14.00 WIB dari http:detiknews.comread20110412kasus-arifinto-ingatkan-pks-juga-bisa-dimakan-uu-
pornografi .
Pornografi namun kenyataannya, polisi menganggap kasus tersebut masih minim alat bukti sehingga masih terus diselidiki.
5. Kepentingan negara asing dalam Undang-Undang Pornografi Hal lain yang mengejutkan dalam proses pembahasan Rancangan
Undang-Undang Pornografi ini adalah ketika Ketua Pansus RUU Pornografi Balkan Kaplale mengungkapkan, meski DPR telah
menghilangkan kata ”anti” dan ”pornoaksi” dari Rancangan Undang-
Undang Pornografi negara-negara asing masih saja mengincarnya. Negara asing yang dimaksud adalah Australia dan Inggris.
Selain dua
negara yang
disebutkan diatas,
Balkan juga
mengungkapkan bahwa terdapat tujuh negara asing lain yang ikut ”bermain” dengan Undang-Undang Pornografi, yaitu Swedia,
Denmark, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Hal ini diungkapkan oleh Balkan ketika diadakan Rapat Dengar Pendapat Umum Pansus RUU
Pornografi dengan Hizbut Tahrir Indonesia pada tanggal 18 September 2008.
Dikutip dari situs resmi www.hizbuttahrir.com
Indonesia, Balkan mengatakan:
”
Menurut negara-negara tadi, Indonesia adalah pasar yang paling empuk untuk industri seks. Berbeda dengan Malaysia yang agak kental aturan.”
21
Negara-negara asing tersebut menurut Balkan, sebenarnya mereka mengkhawatirkan jika Rancangan Undang-Undang Pornografi disahkan
menjadi Undang-Undang Pornografi. Yang tentu saja, akibatnya jika
21
Abu Ziad, UU Pornografi: Islam Vs Sekularisme, artikel diakses pada tanggal 4 Mei 2011 pukul 13.18 WIB dari
http:cakdur.comindex.phparchives53 .
aturan hukum tersebut berlaku justru akan menjadi benteng bagi bangsa Indonesia dari penghancuran moral lewat industri gaya hidup destruktif
yang mereka produksi dengan kedok HAM dan kebebasan berekpresi.
22
Perjalanan Undang-Undang Pornografi yang begitu rumit, membuat berbagai pihak merasa tidak puas dan cenderung dipaksakan. Meluasnya aksi
massa dihampir seluruh wilayah Indonesia pun tidak dapat dihindarkan akibat dibentuknya Undang-Undang Pornografi. Opini masyarakat memang harus
menjadi landasan dalam membuat undang-undang, jangan sampai Undang- Undang Pornografi yang dibuat berat sebelah. Tidak berhenti pada hal tersebut
justru sampai saat ini pun Undang-Undang Pornografi masih sulit untuk diimplementasikan, Undang-Undang Pornografi yang sudah memang bertujuan
baik, tetapi harus ada formulasi lain yang lebih tepat. Saat ini saja kita sangat mudah untuk menemukan majalah porno, situswebsite porno, dan lapak
CDDVD yang bertebaran disudut-sudut kota Jakarta, sehingga setiap orang tidak mempunyai batasan untuk memperoleh hal-hal tersebut.
Yang terjadi kini adalah pornografi masih bebas berkeliaran di Indonesia, aturan prundang-undangan yang dibuat belum mampu dijadikan landasan pasti
dalam menindak kasus pornografi. Undang-Undang Pornorafi yang sudah ada harus terus melakukan perbaikan sehingga mampu diterapkan secara baik,
ditambah lagi imej yang sudah terlalu menempel pada Indonesia sebagai surganya pornografi dan negara tujuan untuk bisnis pornografi luar negeri harus segera
diberantas secara serius.
22
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Zainuddin pada tanggal 17 Januari 2011 pukul 12.10 WIB di Gedung Nusantara 1 DPR lantai 3 Ruang 308.
99
BAB V PENUTUP