Teori Komunikasi Kebijakan Model Rasional Komprehensif

Pada dasarnya, memang tidak ada kebijakan yang akan mencapai kesempurnaan dan kepuasan sesuai dengan apa yang menjadi tuntutan yang masuk input. Namun, baiknya sebuah kebijakan dibuat harus memperhatikan segala faktor, mau mendengarkan dari manapun aspirasi yang datang.

C. Teori Komunikasi Kebijakan Model Rasional Komprehensif

Menskemakan garis-garis komunikasi dua arah menghubungkan warga negara dan pejabat, yakni apa yang disebut dalam komunikasi politik. Pertama bisa dilihat hubungan opini kebijakan sebagai proses penggambaran penyajian cara-cara alternatif dari opini rakyat, massa, dan kelompok yang diperhitungkan oleh pemegang jabatan dalam membentuk kebijakan pemerintah. Hal yang kedua, dapat diteliti komplikasi-komplikasi yang berkaitan dengan tipe-tipe utama komunikasi kebijakan. Langkah yang terakhir adalah dengan meninjau masalah- masalah dalam mempertaruhkan proses kebijakan dalam demokrasi. Model rasional komprehensif bermaksud melukiskan suatu cara mengorganisasi komunikasi kebijakan untuk memperoleh keputusan. Langkah- langkah yang ditempuh antara lain: 1. Pembuat kebijakan memperhitungkan masalah yang memerlukan tindakan, masalah yang terpisah dari bidang masalah yang lain. 2. Pembuat kebijakan menjelaskan tujuan, nilai, dan sasaran yang harus dicapai dalam menangani masalah tersebut. 3. Pembuat kebijakan mengidentifikasi pemecahan dan meneliti masing- masing. Penelitian ini mempertimbangkan seluruh informasi mengenai konsekuensi yang diharapkan dari penerimaan pemecahan manapun. 4. Pembuat kebijakan mempertimbangkan pengorbanan dan keuntungan relatif dari setiap alternatif, membandingkan pilihan, dan memilih alternatif yang memaksimalkan tujuan, nilai, dan sasaran yang telah disepakati. 15 Langkah- langkah tersebut “rasional” dalam memilih alat yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dinyatakan. Ia “komprehensif” dalam mempertimbangkan setiap faktor yang relevan dengan setiap pilihan. Setelah membuat kebijakan memilih suatu pilihan, mereka mengumpulkan dukungan dari lembaga-lembaga utama dan publik melalui propaganda, pemimpin kelompok, prosedur pemaksaan dan sebagainya. Jadi, prosedur rasional komprehensif untuk merumuskan kebijakan mengandung hubungan yang erat dengan pendekatan kontrol sosial untuk mencapai tatanan. Dalam buku Dan Nimmo dikatakan, orang berkumpul untuk membahas arah tindakan bagi kesejahteraan mereka bersama, untuk berbagi gagasan, dan untuk membuat konsensus sehingga setelah cukup dipertimbangkan, mereka bisa bertindak secara kolektif. Tujuannya adalah mencapai konsensus yang sebagian besar disepakati oleh setiap orang. 16 Akhirnya, dengan berasumsi bahwa kebijakan yang disepakati itu merefleksikan pemecahan yang “terbaik,” cukup mengetahui persuasi untuk menyadari bahwa meyakinkan penduduk terhadapnya sehingga mereka akan memberikan suara kepadanya dalam plebisit atau sekadar diam-diam 15 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, h. 224. 16 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek, h. 224. menyetujuinya melalui perilaku patuh melibatkan lebih daripada instruksi pemerintah atas kebaikan kebijakan dan keburukkan pilihan lainnya. 17 Dalam membuat sebuah keputusan yang akhirnya disahkan menjadi sebuah kebijakan tidaklah mudah, banyak faktor yang harus diperhatikan meskipun sudah dianalisis melalui cara, metode, dan model komunikasi yang dilakukan. Faktor luar external dari komunikasi kebijakan antara lain: a. Dukungan massa kepada lembaga pembuat kebijakan Para pembuat kebijakan tidak hanya mengkhawatirkan popularitas mereka, tetapi juga mengkhawatirkan berapa banyaknya dukungan yang diberikan oleh rakyat kepada lembaga pembuat kebijakan. Konsensus massa yang dikomunikasikan kepada pembuat kebijakan itu menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya dalam arti abstrak dan tergeneralisir, rakyat memberikan dukungan yang cukup kepada lembaga-lembaga politik untuk pejabat pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya sehari-hari. b. Peran media massa dalam komunikasi kebijakan Sekurang-kurangnya disebutkan ada dua hal yang dilakukan media massa sebagaisumber pesan bagi pembuat kebijakan dalam menaksir opini publik, yaitu: 1. kecendrungan beberapa pejabat kebijakan untuk melakukan kesalahan jurnalistik dengan menganggap bahwa isi berita dan isi editorial pers sinonim dengan opini publik, 17 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek, h. 225. 2. tindakan media massa sebagai sumber pesan politik ialah melalui penetapan agenda dan pembuatan fungsi media, yakni memperbesar kontroversi politik, mengajukannya agar mendapat perhatian pembuat kebijakan, dan mengumpulkannya agar mendapat perhatian pembuat kebijakan serta mengumpulkan dukungan melalui kelompok kepentingan maupun kawan dan lawan. c. Pesan dalam gerakan massa Gerakan massa mengkomunikasikan tiga jenis tuntutan kepada pembuat kebijakan: 1. Gerakan yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan material seketika bagi penganutnya. Contoh: gerakan mendukung rencana peredistribusian kekayaan Amerika bagi golongan tua. 2. Tuntutan tentang status. Contoh: gerakan yang mendukung untuk mempertahankan status penguasa dari kelas kulit putih. 3. Menyajikan jalan keluar bagi pengungkapan perasaan. Contoh: gerakan kebebasan wanita d. Pesan dari yang terorganisasi: mendengarkan partai politik Pandangan politik dari partai politik merupakan riwayat pemberian suara dari pemegang jabatan. Partai politik biasa digunakan untuk mengirimkan pesan kepada pejabat pembuat kebijakan. Dengan bertindak sebagai garis utama komunikasi antara warga negara dan pejabat. e. Pesan dari yang terorganisasi: mendengarkan kelompok kepentingan Orang yang berpartisipasi dalam kelompok kepentingan politik jarang merupakan wakil opini rakyat ataupun opini massa rata-rata. Schttchneider menuduh sistem tekanan istilah yang dipakainya untuk kelompok kepentingan khusus yang terorganisasi memobilisasi orang- orang dalam kelompok kepentingan dan mengorkanisasi prasangka bias untuk kelompok kepentingan yang berusaha memperoleh hak-hak istimewa. Kemungkinan komunikasi lobbyists dalam kelompok kepentingan, lobbying yaitu komunikasi dengan pembuat kebijakan oleh orang yang mengklaim berbicara atas nama kepentingan dengan tujuan mempengaruhi keputusan pemerintah. f. Pesan dari yang terorganisasi: mendengarkan sesama pejabat Penting untuk diingat bahwa pembuat kebijakan biasanya memiliki jauh lebih banyak kesamaan satu sama lain sebagai sesama politikus dan pejabat ketimbang dengan para pemilih mereka, loyalitas partai, atau anggota golonga yang berpengaruh. Tidak mengherankan jika mereka berbalik satu sama lain untuk meminta tolong dalam menyusun citra tentang opini publik dan bagaimana bertindak sesuai dengan hal itu. 18 Jika berbicara sesuai prosedural maupun idealis, sebenarnya banyak sekali faktor yang harus diperhatikan oleh pejabat pembuat kebijakan untuk mencapai sebuah kebijakan yang tepat sasaran. Memang tidak mudah, sehingga tidak jarang 18 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek, h. 209-221. kebijakan yang telah dibuat justru menjadi boomerang sendiri baik bagi si pembuat kebijakan maupun rakyat yang menjadi target dari kebijakan. Kebijakan baiknya diciptakan untuk dipatuhi karena dalam prosesnya sudah harus melalui pertimbangkan dari berbagai pihak. Dan tidak sedikit pula aspirasi yang ditampung. Pada akhirnya, kebijakan yang dibuat bisa menjadi baik atau tidak tergantung bagaimana para pejabat pembuat kebijakan mampu mengakomodir berbagai kepentingan dalam sebuah kebijakan.

D. Opini Publik dan Kebijakan Publik