Kebijakan Publik TINJAUAN TEORITIS

7. memberi ancaman coertion untuk memperoleh kepatuhan sebelum alat paksa digunakan, sekaligus hal ini juga memberikan batasan-batasan mengenai hal-hal yang ditabukan. 6

B. Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan. 7 Melalui definisi ini mendapat pemahaman bahwa terdapat perbedaan antara apa yang akan dikerjakan pemerintah dan apa yang sesungguhnya harus dikerjakan oleh pemerintah. Dalam Ilmu Komunikasi Politik, kebijakan publik Public Policy, adalah kumpulan keputusan yang diambil oleh seseorang pelaku atau kelompok politik dalam memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Pada prinsipnya pihak-pihak yang membuat kebijakan itu mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya. Kebijakan publik menitikberatkan pada apa yang Dewey katakan sebagai “publik dan problem-problemnya,” dan kebijakan publik membahas soal bagaimana isu-isu dan persoalan-persoalan tersebut disusun constructed dan didefinisikan serta bagaimana kesemuanya itu diletakkan dalam agenda kebijakan dan agenda politik. 8 6 Gun Gun Heryanto, Handout Perkuliahan Mata Kuliah Komunikasi Politik: Materi 2, h. 7-8. 7 Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik: Sebuah Bahasan Mengenai Ilmu Politik Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007, h. 165-166. 8 Wayne Parson, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan Jakarta: Kencana, 2006, h. 11. Kebijakan publik adalah tentang apa yang dilakukan pemerintah, mengapa pemerintah mengambil tindakan tersebut, dan apa akibat dari tindakan tersebut. 9 Sebuah analisis kebijakan merupakan kajian terhadap kebijakan publik yang bertujuan untuk mengintegrasikan dan mengontekstualisasikan model dan riset dari disiplin-disiplin tersebut yang mengandung orientasi problem dan kebijakan. Harold D. Laswell menyebutkan bahwa orientasi kebijakan meliputi hal-hal berikut, yaitu: a. multi method, tidak cukup jika hanya menggunakan satu pendekatan tetapi melalui beberapa faktor untuk mengetahui proses suatu kebijakan publik, b. multi disciplinary, kebijakan publik terdiri dari berbagai disiplin ilmu sosial, c. berfokus pada problem problem focused, d. berkaitan dengan pemetaan kontekstualitas proses kebijakan, opsi kebijakan, dan hasil kebijakan, dan e. bertujuan untuk mengintegrasikan pengetahuan ke dalam suatu disiplin yang menyeluruh overarching untuk menganalisis pilihan publik dan pengambilan keputusan dan karenanya ia ikut berperan dalam demokratisasi masyarakat. 10 Dari definisi yang sudah berkembang, maka dapat disimpulkan beberapa karakteristik utama dari suatu definisi kebijakan publik, yaitu: 9 Wayne Parson, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. 10 Wayne Parson, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, h. 12 a. Pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu dari pada perilaku yang berubah atau acak. b. Kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah. c. Kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur sebuah negara. d. Kebijakan publik dapat berbentuk negatif maupun positif. e. Kebijakan publik didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah. Adapun sifat-sifat dari kebijakan publik, dapat dimengerti secara baik dengan melihat kategorinya. Leo Agustino dalam bukunya Perihal Ilmu Politik membaginya dalam beberapa kategori yaitu: 1. Policy Demand Permintaan Kebijakan Merupakan klaim yang dibuat oleh warga masyarakat secara pribadi atau kelompok dengan resmi dalam sistem politik oleh karena adanya masalah yang mereka rasakan. 2. Policy Decision Putusan Kebijakan Putusan yang dibuat oleh pejabat publik yang memerintahkan untuk memberi arahan pada kegiatan-kegiatan kebijakan, biasanya mengumumkan perintah eksekutif. 3. Policy Statements Pernyataan Kebijakan Pernyataan secara formal atau artikulasi dari keputusan politik yang telah ditetapkan. Dalam hal ini merupakan ketetapan legislatif. 4. Policy Output Hasil Kebijakan Output kebijakan adalah apa yang dikerjakan pemerintah, yang merupakan kebijakan yang dititikberatkan pada masalah-masalah seperti pembangunan jalan, pedagang kaki lima, dan lain lain. 5. Policy Outcomes Akibat dari Kebijakan Akibat dari kebijakan adalah konsekuensi kebijakan yang diterima masyarakat, baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan, yang berasal dari apa yang dikerjakan atau yang tidak dikerjakan oleh pemerintah. 11 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan a. Political Values, nilai-nilai atau standar-standar politik. Pembuat keputusan dapat mengevaluasi alternatif kebijakan untuk kepentingan partai politiknya atau kelompoknya, maka hal ini menggambarkan bagaimana nilai-nilai politis dapat merangsek masuk dalam setiap pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pengambil keputusan. b. Organization Values, nilai-nilai atau standar-standar organisasional. hal yang paling menonjol adalah bagaimana, misalnya organisasi yang berorientasi konservatif berhadapan dengan organisasi yang berpandangan revolusioner akan menghasilkan argumentasi- argumentasinya yang berbeda dalam penetapan keputusan. 11 Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik: Sebuah Bahasan Mengenai Ilmu Politik, h. 158. c. Personal Values, atau nilai-nilai personal. Hal ini berkenaan dengan teori tentang ketidaksamaan manusia. Ketidaksamaan manusia ini bisa dilihat dari dua sisi, yang pertama adalah ketidaksamaan yang disebabkan oleh ketidakberpenuhan mental. Yang kedua, ketidaksamaan kemampuan yang berbeda dari masing-masing individu. d. Policy Values, adalah nilai-nilai atau standar-standar kebijakan yang berwarna kepentingan publik. Menyimpulkan bahwa keputusan politik yang dibuat hanya dipengaruhi oleh pertimbangan politik, organisasi, atau kepentingan pribadi. Pembuat keputusan dapat bertindak dengan baik berdasarkan persepsi mereka mengenai kepentingan publik atau kepercayaan pada kebijakan publik yang secara moral benar atau pantas. e. Ideological Values, nilai-nilai atau standar-standar ideologis. Ideologis adalah sekumpulan kepercayaan dan nilai yang berhubungan secara logis yang memberikan gambaran sederhana mengenai dunia dan cara bertindak sebagai petunjuk bagi seseorang untuk berperilaku. 12 Di Indonesia, pada era reformasi para aktor kebijakan lembaga-lembaga negara dan pemerintah yang berwenang membuat perundang-undangan atau kebijakan publik itu adalah: 1. Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR 2. Dewan Perwakilan Rakyat DPR DPR memiliki kedudukan yang strategis dalam membentuk sebuah Undang-Undang. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan pada pasal 21 12 Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik: Sebuah Bahasan Mengenai Ilmu Politik, h. 163- 164. ayat 1, bahwa DPR memiliki hak legislasi, hak mengajukan dan membuat Undang-Undang Dasar. 3. Presiden Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab ada di tangan Presiden Concentration of power and responsibility upon the president. Presiden diberi wewenang mengatur sebagaimana dinyatakan dalam pasal 5 ayat 1 UUD 1945, pasal ini memberikan wewenang kepada presiden untuk membentuk undang- undang dengan persetujuan DPR. Dalam pasal lain, yaitu Pasal 22 bahkan presiden diberikan kewenangan untuk menetapkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang Perpu dalam hal negara, jika dalam suatu keadaan genting yang memaksa. 4. Pemerintah; a. Presiden sebagai kepala pemerintahan pemerintah pusat, b. Menteri, c. Lembaga Pemerintah Non-Departemen, d. Direktorat Jenderal Dirjen, e. Badan-badan Negara Lainnya, Bank Sentral, BUMN, dll, f. Pemerintah Daerah Propinsi, g. Pemerintah Daerah KabupatenKota, h. Kepala Desa, 5. Dewan Perwakilan Daerah Propinsi, 6. Dewan Perwakilan Daerah KabupatenKota, 7. Badan Perwakilan Desa BPD. 13 Dibawah ini terdapat tabel mengenai aktor kebijakan publik beserta wewenang yang dilakukan, meskipun diketahui bahwa pasca reformasi kemungkinan akan terjadinya perubahan dan pergeseran dari aktor maupun perannya, Tabel 2.1 Klasifikasi Aktor Politik beserta Wewenangnya Nama Lembaga Aktor Peran Wewenang Aktor MPR a. Menetapkan UUD. b. Menetapkan TAP MPR. c. Menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara. Presiden a. Mengesahkan Undang-Undang Dasar b. Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. DPR Membentuk Undang-Undang Dasar Pemerintah a. Menetapkan Peraturan Pemerintah PP untuk melaksanakan Undang-Undang. b. Menetapkan Keputusan Presiden Keppres. c. Menetapkan Instruksi Presiden Inpres yang berisi petunjuk-petunjuk kepada instansi dibawahnya dalam rangka melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam UUD, TAP MPR, UU, dan PP. Menteri Menetapkan Peraturan Menteri Permen atau Keputusan Menteri Kepmen sebagai peraturan pelaksanaan. Lembaga Pemerintah Non Depertemen Menetapkan peraturan-peraturan yang bersifat teknis, yaitu peraturan pelaksanaan dari perundang-undangan yang lebih tinggi derajatnya. Direktorat Jenderal Dirjen Menetapkanmengeluarkan peraturan-peraturan pelaksanaan yang bersifat teknis di bidangnya masing- masing. Badan-badan Negara Lainnya Mengeluarkanmenetapkan peraturan-peraturan pelaksanaan yang berisi perincian dari kententuan- ketentuan perundang-undangan yang mengatur dibidang tugas dan fungsinya masing-masing. Pemerintah Propinsi Menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Perda Propinsi atas persetujuan DPRD Propinsi. Pemerintah KabupatenKota Menetapkan Peraturan Daerah KabupatenKota Perda KabupatenKota atas persetujuan DPRD 13 Ulul Albab, Aktor-aktor Kebijakan Publik Surabaya: Universitas Dr. Soetomo, 2009 artikel diakses pada tanggal 12 Maret 2011, pukul 11.35 WIB dari http:www.unitomo.ac.id . KabupatenKota. Kepala Desa Menetapkan Peraturan dan Keputusan Desa dengan Persetujuan Badan Perwakilan Desa BPD. DPRD Propinsi Menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Perda Propinsi bersama dengan Pemerintah Daerah Propinsi. DPRD KabupatenKota Menetapkan Peraturan Daerah KabupatenKota bersama-sama dengan Pemerintah Daerah KabupatenKota. BPD Menetapkan Peraturan Desa atau Keputusan Desa bersama-sama dengan Kepala Desa. Sumber: http:www.unitomo.ac.id Dalam menganalisis sebuah kebijakan publik, sebenarnya cukup sulit dikarenakan dalam mencapai kesepakatan sebuah keputusan diperlukan masukan dari berbagai pihak yang mempunyai kepentingan dalam suatu permasalahan yang akan dirumuskan. Komunikasi yang dilakukan tidak cukup berhasil jika tidak adanya negosiasi, tarik ulur dari berbagai kepentingan di dalamnya, belum lagi para pemilik kekuasaan yang mempunyai otoritas terbesar dalam suatu kebijakan. Maka, diperlukan beberapa tahap untuk mengetahui proses suatu kebijakan bisa dirumuskan hingga mampu diimplementasikan di masyarakat. James Anderson sebagai pakar kebijakan publik, menetapkan proses kebijakan publiksebagai berikut: a. Formulasi masalah problem formulation Untuk dapat mengkaji sesuatu masalah publik diperlukan teori, informasi dan metodologi yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Sehingga identifikasi masalah akan tepat dan akurat, selanjutnya dikembangkan menjadi policy question yang diangkat dari policy issues tertentu. b. Formulasi kebijakan formulation Dimana formulasi untuk mengembangkan alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah. Alternatif adalah sejumlah alat atau cara-cara yang dapat dipergunakan untuk mencapai, langsung ataupun tidak langsung sejumlah tujuan yang telah ditentukan. Alternatif-alternatif kebijakan dapat muncul dalam pikiran seseorang karena beberapa hal: 1 Berdasarkan pengamatan terhadap kebijakan yang telah ada. 2 Dengan melakukan semacam analogi dari suatu kebijakan dalam sesuatu bidang dan dicoba menerapkannya dalam bidang yang tengah dikaji, 3 merupakan hasil pengkajian dari persoalan tertentu. c. Penentuan kebijakan adoption Alternatif-alternatif yang ada perlu dinilai berdasarkan kriteria sebagaimana yang dimaksud pada point sebelumnya diatas. Tujuan penilaian adalah mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai tingkat efektivitas dan fisibilitas tiap alternatif dalam pencapaian tujuan, sehingga diperoleh kesimpulan mengenai alternatif mana yang paling layak , efektif dan efisien. d. Implementasi implementation Menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan. e. Evaluasi evaluation Evaluasi yang menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan dari konsekuensi pemecahan atau pengatasan masalah. Mengetahui adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan. 14 14 Trubus Rahardiansah, Pengantar Ilmu Politik: Paradigma, Konsep Dasar, dan Relevansinya untuk Ilmu Hukum Jakarta: Universitas Trisakti, 2006, h. 296. Pada dasarnya, memang tidak ada kebijakan yang akan mencapai kesempurnaan dan kepuasan sesuai dengan apa yang menjadi tuntutan yang masuk input. Namun, baiknya sebuah kebijakan dibuat harus memperhatikan segala faktor, mau mendengarkan dari manapun aspirasi yang datang.

C. Teori Komunikasi Kebijakan Model Rasional Komprehensif