Rumusan Masalah Resolusi konflik dan gerakan separatisme GAM di Aceh study kasus peran CMI sebagai mediator konflik antara pemerintahan RI dan GAM di Aceh

teman angkatan akademika dapat menambah informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian penelitian.

E. Kerangka Teori

1. Teori Konflik

Konflik merupakan gejala serba hadir dalam masyarakat atau istilah lain dikenal dengan “everyday to life”, artinya seperti tidak ada individu atau masyarakat tanpa konflik. Konflik sudah menjadi bagian keseharian hidup manusia. 13 Ralf Dahrendorf, menyatakan bahwa, konflik merupakan suatu akibat dari proses integrasi di dalam masyarakat tang tidak tuntas tidak terselesaikan. Dalam konteks ini Dahrenrorf mengatakan bahwa, konflik merupakan sebuah gejala penyakit sosial yang dapat merusak persatuan dan kesatuan masyarakat. Konflik semacam inilah yang dapat merusak dan meluluhlantakan sebuah negara kesatuan hancur berkeping-keping. 14 Konflik separatis di Indonesia muncul akibat dari adanya pertentangan antara pemerintah Indonesia dan kelompok separatis GAM. Sikap saling bermusuhan antara kedua belah pihak tersebut terlihat dalam berbagai aksi-aksi teror dan kekerasan yang di lancarkan oleh kelompok GAM yang di tanggapi oleh pemerintah Indonesia melalui tindakan-tindakan militer. Penyebab konflik tersebut karena munculnya rasa kekecewaan mendalam karena tidak diperlakukan secara adil, adanya diskriminasi 13 Budi, Sosiologi Politik, h.76. 14 Rusadi Kantaprawira dan Leo, Perihal Ilmu Politik: Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007, h. 49. dalam bidang politik dan ekonomi oleh pemerintah Indonesia, maka dari itu GAM ingin melepaskan diri dari negara kesatuan republik Indonesia. Sebab sudah lebih tiga puluh tahun konflik yang tiada henti terjadi di Aceh antara pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka GAM. Tidak ada tanda-tanda konflik tersebut akan terhenti. Pada tahun 2000, HDC telah mengambil prakarsa sebagai mediator untuk membangun dialog antara Pemerintah dengan GAM. 15 Prakarsa itu sempat membuat kesepakatan mendinginkan keadaan dengan ditandatanganinya Cessation of Hostilities Agreemant CoHA pada 9 Desember 2002 oleh pihak pemerintah RI-GAM, dan pihak mediator HDC dan juga di buat kesepakatan zona damai, tentara Indonesia maupun GAM dilarang menggunakan senjatanya di zona tersebut kecuali saat berada di pos masing-masing. Separatisme menurut Alexis Heraclides seperti dikutip oleh Rajat Ganguly dan Ian Macduff “Separatism, by contras, covers all aspecs of political alienation that include a desire for reduction of control by central authority ” Separatisme merupakan semua aspek pengasingan politik termaksud di dalamnya adalah adanya keinginan untuk mengurangi kontrol atau otoritas pusat. Semua konflik yang bertujuan memisahkan diri dari negara induk memualainya dengan gerakan separatisme. Meskipun sebagian dari maksud atau tujuan gerakan separatisme bisa jadi adalah untuk menggabungkan diri dengan negara lain dibandingkan dengan mendirikan negara baru. 16 15 Farid, To See The Unseen, h.22. 16 Ganguly dan Macduff, Ethic Conflict and Secessionism in South and Southeast Asia: Causes, Dynamich, Solution New Delhi: Sage Publication, 2003, h. 26-28. Menurut Heraclides ada tiga ciri karakteristik konflik separatisme yakni : 1. Konflik separatisme terjadi ketika pengaturan kekuasaan sangat terpusat dan tidak adanya atau lemahnya demokrasi. 2. Adanya faktor pendukung dari luar yang kuat sehingga memperhebataksi kekerasan. 3. Konflik separatism melibatkan etnik minoritas yang berhadapan dengan pemerintah pusat sebagai akibat dari diskriminasi politik, ekonomi dan atau penindasan militer oleh pusat. Separatisme di Aceh merupakan akibat dari adanya diskriminasi dalam bidang ekonomi dan politik yang di lakukan pemerintah pusat terhadap rakyat Aceh. Ketidakadilan yang selama ini dirasakan telah memunculkan niat untuk memisahkan diri dari Indonesia maka dari itu muncul gerakan separatis GAM. 17

2. Teori Konsensus

Konsensus adalah sebuah frase untuk menghasilkan atau menjadikan sebuah kesepakatan yang disetujui secara bersama-sama antarkelompok atau individu setelah adanya perdebatan dan penelitian yang dilakukan dalam kolektif intelijen untuk mendapatkan konsensus pengambilan keputusan. konsensus yang dilakukan dalam gagasan abstrak, tidak mempunyai implikasi terhadap konsensus politik praktis akan tetapi tindak lanjut pelaksanaan agenda akan lebih mudah dilakukan dalam memengaruhi konsensus politik. konsensus bisa pula berawal hanya merupakan sebuah pendapat atau gagasan yang kemudian diadopsi oleh sebuah kelompok kepada 17 Ibid, h. 29.