Pada tahun 1999 muncul kembali konflik baru yang pada saat itu dimotori oleh mahasiswa, yang tujuannya untuk menuntut kemerdekaan. Tuntutan merdeka
ini sebenarnya hanya sebagai strategi agar pemerintah pusat memperhatikan korban-korban Operasi Militer. Akan tetapi tuntutan mereka pun tidak direspon
dengan baik oleh pemerintah. Maka dari sinilah kemudian gerakan yang diberi nama Operasi Militer Jaringan Merang semakin meluas, sehingga akhirnya
mengangkat dua isu penting yaitu merdeka atau referendum.
7
Sejarah mencatat bahwa pendekatan militer tidak pernah berhasil menyelesaikan masalah Aceh. Kekerasan yang dilawan dengan kekerasan justru
akan menimbulkan kekerasan baru yang lebih kompleks.
8
Keseriusan pemerintah untuk melakukan rehabilitasi korban Operasi Militer, memperbaiki ekonomi
rakyat Aceh dan membangun kembali Aceh, akan menjadi pintu gerbang untuk menciptakan Aceh yang damai. Selain itu, itikad baik dan serius dari pemerintah
pusat juga menjadi kunci pokok bagi penyelesaian konflik Aceh. Satu hal yang perlu mendapat perhatian serius adalah perbaikan terhadap sistem di Aceh, baik
sistem pendidikan, hukum, dan ekonomi.
1. Penandatanganan Kesepakatan Penghentian Permusuhan
Upaya dialog antara Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka GAM memulai babak baru di Aceh. Pemerintah dan GAM yang berada di Jenewa,
Swiss, pada 9 Desember 2002, akhirnya secara resmi menandatangani Kesepakatan Penghentian Permusuhan The Cessation of Hostilities Agreement
CoHA. Salah satu poin dalam perjanjian CoHA ini adalah pembentukan Joint
7
Nurhasim, Konflik Aceh, h. 28.
8
Ibid, h. 31.
Security Committee yang bertugas untuk memantau pelaksanaan kesepakatan CoHA.
9
Kesepakatan CoHA
ini menunjukkan
suatu kemajuan
dengan diberikannya kesempatan kepada masyarakat sipil untuk mengekspresikan
kebebasan politiknya tanpa diganggu oleh kedua belah pihak. Untuk itu, pemerintah RI menjamin dan GAM akan mendukung pelaksanaan proses
pemilihan yang bebas yang adil dengan partisipasi seluruh elemen masyarakat Aceh yang seluas-luasnya.
10
Untuk mendapatkan dukungan itu maka antara pemerintah dan GAM mempunyai tujuan yang sama untuk memenuhi aspirasi
rakyat Aceh untuk hidup secara damai, aman, bermatabat, makmur dan adil. Sebagai persoalan dalam negeri, Pemerintah Indonesia sebenarnya sangat
berhati-hati untuk melibatkan pihak luar. Meskipun dukungan internasional sangat kuat peranannya, akan tetapi untuk menentukan tetaplah berada dalam tangan
negara dan bangsa Indonesia sendiri, apalagi kekuatan luar tidak dapat terus menerus dijadikan sandaran untuk mendapat bantuan, atau sebaliknya dijadikan
kambing hitam untuk melepas tanggung jawab.
2. Kegagalan Pelaksanaan CoHA
Kesepakatan penghentian permusuahan CoHA antara pemerintah Indonesia dan GAM pada 9 Desember 2002, ternyata akhirnya hanya mampu
bertahan selama 3 tiga bulan. Ini dikarenakan pihak GAM telah melanggar, mengingkari, dan menghianati perrjanjian yang telah ditanda tangani. Pelanggaran
yang dilakukan oleh GAM, yakni, melakukan propaganda kemerdekaan tidak
9
Kontras, Aceh Damai dengan Kedilan, h. 109.
10
Ibid, h. 110.