yang terjadi antara pemerintah Indonesia dan GAM di selesaikan dengan cara damai dan tidak menggunakan cara-cara kekerasan.
Akhirnya kedua belah pihak kemudian sepakat untuk memilih HDC, alasan di pilihnya HDC karena lembaga ini tidak partisan, professional, dan tidak memihak.
Keterlibatan HDC pertama kali di Indonesia mulai pada Januari 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid meminta HDC untuk memfasilitasi dialog kemanusiaan guna
menyelesaikan konflik Aceh.
6
Permintaan ini kemudian di tanggapi positif oleh HDC. Aksi pertama yang di lakukan HDC adalah membawa RI-GAM secara bersama-sama
ke meja perundingan yang kemudian disusul dengan serangkaian dialog yang dihadiri kedua belah pihak. Berbagai dialog telah membawa kedua belah pihak
menandatangani sebuah akhir kesepakatan penghentian permusuhan Cessation of Hostilities Agrement CoHA pada Desember 2002.
7
Akan tetapi pada Mei 2003, perundingan benar-benar menemukan jalan buntu. Pembicaraan tidak dilanjutkan lagi.
8
Ini disebabkan karena mereka tidak pernah berhasil menemukan titik kompromi mengenai isu fundamental mengenai
keberadaan Aceh tetap bagian integral dari NKRI atau menjadi merdeka. Para pemimpin Indonesia selalu mengedepankan menjaga integritas wilayah dan
sebaliknya, mencegah disintegrasi. Sedangkan pemimpin GAM bersikukuh mengenai hak untuk kemerdekaan diri, ini yang menjadikan proses damai gagal. Rasa saling
percaya yang telah terbangun melalui dialog interaktif kemudian mulai menyusut.
6
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer Jakarta: Kencana 2009, h.143.
7
Kontras, Aceh Damai Dengan Keadilan, h.109.
8
Farid Husain, ed., To See The Unseen: Kisah di Balik Damai di Aceh Jakarta: Health and Hospital, 2007, h. 22.
Tiap hari bertambah orang Aceh yang hilang atau meninggal. Dan di kalangan tentara kita dan masyarakat sipil juga jatuh korban. Akhirnya pada tahap inilah, maka CoHA
menjadi diabaikan dan resolusi konflik yang dimediasi oleh HDC terhenti, pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri.
9
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya antara GAM dan Indonesia telah terjadi kontak senjata yang menimbulkan kekerasan. Dalam bidang ilmu politik
konflik yang berwujud kekerasan disebut konflik separatis.
10
Dengan demikian konflik antara GAM dan Indonesia adalah konflik antar kelompok yang disebut
konflik separatis. Adapun separatis seperti di definisikan oleh Walter S. Jones, adalah gerakan
yang ingin dan menuntut pemisahan secara formal antara wilayah, dengan tujuan membentuk negara yang terpisah.
11
Dalam hal, GAM adalah gerakan yang ingin memisahkan Aceh sebagai wilayah dengan Indonesia, seperti yang telah di jelaskan
pada awal tulisan ini.
B. Rumusan Masalah
Penyelesaian konflik separatis di suatu negara memang tidak mudah diwujudkan, apalagi konflik tersebut berlangsung cukup lama dan menelan banyak
korban jiwa. Selama ini berbagai kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia
9
Novri, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, h.144.
10
Budi Suryadi, Sosiologi Politik: Sejarah Definisi dan Perkembangan Konsep Yogyakarta: IRCiSoD, 2007, h. 77.
11
Walter S. Jones, Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan Ekonomi, Politik Internasional, dan Tatanan Dunia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993, h.183.
belum berhasil membawa pihak GAM untuk mau melakukan perundingan damai dengan sungguh-sungguh. Sampai pada saat pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
pada tahun 2004, yang dimenangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan wakil Presiden Yusuf Kalla bermaksud melanjutkan kembali perundingan
perdamaian dengan Gerakan Aceh Merdeka GAM. Inisiatif perundingan ini menandai babak penting dalam perkembangan konflik politik antara RI dan GAM,
setelah kegagalan perundingan yang diplopori Presiden Megawati Soekarno Putri 2000-2003.
Salah satu institusi penting untuk menopang perundingan damai itu adalah Crisis Management Initiative CMI. Crisis Management Initiative CMI di dirikan
pada tahun 2000 oleh mantan Presiden Finlandia dan juga sekaligus menjabat sebagai ketua CMI yaitu Marttin Ahtisaari. Organisasi CMI ini adalah organisasi non-laba
yang secara inovativ mempromosikan dan berkerja untuk pertahanan dan keamanan. CMI berkerja untuk memperkuat kapasitas masyarakat internasional di dalam
manajemen krisis dan resolusi konflik yang menyeluruh.
12
Berbeda dengan HDC yang secara internasional kurang diperhitungkan, CMI lebih berpengaruh. Berkat kepemimpinan Martti Ahtisaari dalam menyelesaikan
konflik, CMI mempunyai posisi tawar yang tinggi dikarenakan mendapatkan dukungan dana dari para donatur di Uni Eropa.
Berdasarkan latar belakang dan gambaran di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini:
12
http:en.wikipedia.org . “Crisis_Management_Initiative”, Artikel diakses pada tanggal 7
Juni 2011, Pukul 19.30.
Mengapa Crisis Management Initiative CMI dapat sebagai mediator dalam menangani konflik GAM dengan pemerintah Indonesia untuk mencari penyelesaian
konflik separatis?
C. Pembatasan Masalah
Untuk mendapat pemahaman yang lebih mendalam dan tidak melebar ke topik lain, maka penulis memfokuskan batasan masalah yang akan dibahas pada
skripsi ini yaitu masalah dimulai dari tahun 2004 ketika CMI secara resmi di terima sebagai mediator dalam membantu menyelesaikan masalah separatis GAM oleh
pemerintah Indonesia dan sampai pada tahun 2005 saat CMI telah berhasil mengupayakan pertemuan antara pemerintah Indonesia dan pihak separatis GAM
dalam berbagai perundingan damai.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkann rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan keberhasilan CMI sebagai mediator dalam
menangani penyelesaian masalah separatis GAM di Indonesia secara damai.
2. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini penulis mengharapkan agar dapat memberikan manfaat akademis khususnya bagi penulis sendiri untuk mendapatkan pengembangan dan
melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang di perolah. Dan bagi teman-
teman angkatan akademika dapat menambah informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian penelitian.
E. Kerangka Teori
1. Teori Konflik
Konflik merupakan gejala serba hadir dalam masyarakat atau istilah lain dikenal dengan “everyday to life”, artinya seperti tidak ada individu atau masyarakat
tanpa konflik. Konflik sudah menjadi bagian keseharian hidup manusia.
13
Ralf Dahrendorf, menyatakan bahwa, konflik merupakan suatu akibat dari proses integrasi di dalam masyarakat tang tidak tuntas tidak terselesaikan. Dalam
konteks ini Dahrenrorf mengatakan bahwa, konflik merupakan sebuah gejala penyakit sosial yang dapat merusak persatuan dan kesatuan masyarakat. Konflik
semacam inilah yang dapat merusak dan meluluhlantakan sebuah negara kesatuan hancur berkeping-keping.
14
Konflik separatis di Indonesia muncul akibat dari adanya pertentangan antara pemerintah Indonesia dan kelompok separatis GAM. Sikap saling bermusuhan antara
kedua belah pihak tersebut terlihat dalam berbagai aksi-aksi teror dan kekerasan yang di lancarkan oleh kelompok GAM yang di tanggapi oleh pemerintah Indonesia
melalui tindakan-tindakan militer. Penyebab konflik tersebut karena munculnya rasa kekecewaan mendalam karena tidak diperlakukan secara adil, adanya diskriminasi
13
Budi, Sosiologi Politik, h.76.
14
Rusadi Kantaprawira dan Leo, Perihal Ilmu Politik: Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007, h. 49.