militer, bersamaan dengan itu GAM menyerahkan seluruh senjatanya dan membubarkan 3.000 pasukan.
Ada beberapa faktor, baik internal maupun eksternal yang mendukung berhasilnya CMI mendamaikan pemerintah Indonesia dan GAM. Faktor internal
keberhasilan dalam perundingan damai dengan GAM adalah kebijakan yang di ambil pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang lebih
menekankan dialog dan lebih banyak mengikuti keinginan pihak GAM dari pada menggunakan cara-cara kekerasan, lalu gempa bumi dan tshunami telah
membawa berkah tersendiri kepada pihak GAM dan pemerintah Indonesia untuk duduk bersama membangun kembali Aceh yang telah luluh lantah.
Faktor eksternal yang mendukung keberhasilan tersebut adalah adanya perhatian masyarakat internasional untuk mendamaikan GAM dan pemerintah
Indonesia, kesediaan CMI sebagai mediator telah membuktikan bahwa masyarakat internasional peduli atas masalah yang di hadapi pemerintah
Indonesia dalam menangani masalah GAM. Pada Agustus 2005, kedua pihak sepakat untuk menandatangani Nota Kesepakatan di Helsinki, Filandia. Yang
telah membawa harapan bagi pihak-pihak yang bertikai untuk mewujudkan suatu perdamaian sampai saat ini.
5
Ini terbukti dengan kesepakatan yang telah di buat dan ditandatangani antara pemerintah Indonesia dan GAM. Adapun kesepakatan
perjanjian itu adalah Memorandum of Understanding MoU.
5
Novri, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, h.145.
B. Tinjauan Mengenai CMI
CMI adalah sebuah organisasi non-laba yang secara inovatif mempromosikan dan berkerja untuk pertahanan dan keaman. CMI bekerja untuk
memperkuat kapasitas masyarakat internasional didalam manajemen krisis dan resolusi konflik yang menyeluruh. CMI bekerja untuk memperluas jaringan
donatur atau pemilik saham. Organisasi CMI ini didirikan pada tahun 2000 oleh mantan Presiden Finlandia dan juga sekaligus menjabat sebagai ketua CMI yaitu
Marttin Ahtisaari. CMI memiliki markas di Helsinki, Finlandia.
6
Pada tahun 1999 Marttin Ahtisaari kemudian memainkan peranan penting untuk mewakili Uni Eropa UE dalam perundingan dengan Presiden Serbia,
Slobodan Milosevic yang telah berhasil mengakhiri konflik Kosovo. Marttin Ahtisaari juga memiliki karir diplomat yang panjang dan kredibilitasnya sebagai
mediator untuk mencari solusi krisis di Afrika, Irak, Irlandia Utara, dan Asia Tengah.
7
Berbeda dengan HDC yang secara internasional kurang diperhitungkan, CMI lebih berpengaruh berkat kredibilitas Marttin Ahtisaari dalam menyelesaikan
konflik, CMI mempunyai posisi tawar yang tinggi dikarenakan mendapatkan dukungan dana dari para donatur di UE, ia dengan mudah mendapat akses dengan
pejabat tingkat tinggi badan internasional seperti dengan sekretaris jenderal PBB, Koffi Annan dan kepala perwakilan tinggi PBB untuk urusan luar negeri dan
keamanan Javier Solana.
6
http:en.w ikipedia.org. “Crisis Management Initiative”, diakses pada tanggal 24 Juli
2011, Pukul.19.00.
7
Farid Husain, To see The Unseen: Kisah di Balik Damai di Aceh, Jakarta: Health and Hospital, 2007, h. 55.
Organisasi internasional CMI memiliki aturan atau pernyataan bersama dalam menggerakkan organisasinya yaitu:
1. Pembelaan solusi untuk perlindungan.
2. Menjadi pelopor dalam mempromosikan pertahanan dan
perlindungan. 3.
Mengajak para relawan untuk mencari solusi dalam menghadpi tantangan keamanan.
4. Menjamin kapasitas yang membangun diantara masyarakat
internasional didalam pencegahan konflik, resolusi dan transformasi. 5.
Menggunakan pendekatan menyeluruh yang mengikat menjadi satu perlindungan dan pengembangan, penguasaan yang baik, keadilan dan
perdamaian. Aktifitas CMI dibagi menjadi dua program yaitu:
1. Program Manajemen Krisis
CMI mendukung usaha masyarakat internasional untuk memperkuat kapasitasnya dalam efisiensi manajemen krisis masyarakat warga negara
didalam lingkungan post-konflik. CMI mempromosikan suatu kebijakan yang didasarkan pada suatu pemahaman menyeluruh menyangkut dimensi manajeman
krisis masyarakat. CMI bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kualitas intervensi masyarakat didalam suatu krisis yang
mungkin membahayakan ataupun tidak membahayakan melalui pencegahan dalam meningkatkan resolusi krisis lebih lanjut.
b. Mengembangkan sebuah cara untuk mendukung manajeman krisis
masyarakat khususnya dengan menggunakan teknologi baru dengan sumber daya yang menyangkut masyarakat sipil.
c. Memainkan suatu peran yang mendukung usaha masyarakat
internasional didalam pencegahan konflik, tanggapan krisis, dan perubahan buruk konflik.
2. Program Resolusi Konflik
Pendekatan CMI dalam resolusi konflik didalam suatu hubungan antara perlindungan dan pengembangan bermasyarakat CMI bekerja dengan resolusi
konflik yang bersandar kepada jaringannya terutama terhadap masyarakat sipil dan organisasi regional, CMI bekerja dengan pedoman:
a. Mengawasi konflik sebelum terjadinya perpecahan dengan segera
menaggapi tanggapan dan campur tangan para “relawan kunci” dengan cara dan waktu yang tepat.
b. Mendukung dan menghubungkan mekanisme sehingga dapat
mendeteksi peringatan awal dan mencatat indikator spesifik yang membantu meramalkan kekerasan yang akan terjadi.
c. Menekankan kebutuhan kepada pencegahan konflik institusi lokal,
regional dan internasional. d.
Memperkuat dan memudahkan kebijaksanaan bagi para relawan dalam penyelesaian sengketa dengan cara mediasi.
8
8
http:en.wikipedia.org . “Crisis Management Initiative”, diakses pada tanggal 24 Juli
2011, Pukul.19.00.
C. Proses Perundingan Helsinki
Sebelum terjadinya bencana tsunami di Aceh, keinginan untuk melakukan negosiasi perdamaian telah ada dari pihak Indonesia yang pada saat itu diwakili
oleh M. Jusuf Kalla. Kapasitasnya sebagai Menko Kesejahteraan Rakyat dalam Kabinet Gotong Royong yang kemudian menjadi Wakil Presiden pada saat itu
Jusuf Kalla mengutus orang kepercayaanya, Farid Hussain untuk mencoba kembali merintis upaya perdamaian Aceh dengan cara mengadakan kontak
dengan para petinggi GAM di Swedia pada tahun 2003. Perintah ini dilakukan karena mendapat inspirasi pengalaman sejak membantu menangani konflik di
Poso dan Ambon.
9
Namun peluang ini pun lebih terfokus dijalankan setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono SBY.
Inisiatif perdamaian yang dilakukan M. Jusuf Kalla dalam masalah ini akhirnya mendapatkan respon positif dari Farid Hussain. Alasan Farid Hussain
tidak dapat menolak perintah Jusuf Kalla pada saat itu karena, hubungan diantara mereka sudah sangat dekat dan Jusuf Kalla pun memberikan kebanggaan bagi
Farid Hussain atas kepercayaannya dalam menjalankan berbagai tugas yang diperintahkannya.
Akhirnya pada 27 Januari 2005, Farid Hussain pun mengunjungi Helsinki, Finlandia. Dengan tujuan untuk mencapai perdamaian dengan GAM dan menarik
perhatian mantan Presiden Finlandia sekaligus Ketua Organisasi CMI, Marttin Ahtisaari yang menyetujui melibatkan organisasinya CMI sebagai mediator. Hal
ini akhirnya menunjukan bahwa negosiasi yang berlangsung lima tahap itu membuahkan sukses. Pemerintahan dan GAM menandatangani perjanjian
9
Farid Husain, To see The Unseen: Kisah di Balik Damai di Aceh, h. 3-4.