Teori Konflik Kerangka Teori
kelompok yang lebih besar karena bedasarkan kepentingan seringkali dengan melalui sebuah fasilitasi hingga dapat mencapai pada tingkat konvergen keputusan
yang akan dikembangkan.
18
Adapun cara penyelesaian konflik, yaitu dengan kolaborasi kerja sama, mengikuti kemauan orang lain, mendominasi, menghindari, kompromi.
19
Sadangkan Dahrendorf menyebutkan tiga bentuk pengaturan konflik, yaitu:
20
1. Bentuk konsiliasi seperti parlemen atau kuasi-parlemen dalam mana semua
pihak berdiskusi dan berdebat secara terbuka dan mendalam untuk mencapai kesepakatan tanpa ada pihak-pihak yang memonopoli pembicaraan atau
memaksakan kehendak. 2.
Bentuk mediasi dalam mana kedua pihak sepakat mencari nasihat dari pihak ketiga, seorang yang disebut mediator. Tetapi nasihat yang diberikan oleh
mediator ini tidak mengikat mereka. 3.
Bentuk arbitrasi, di mana pada bentuk ini kedua pihak sepakat untuk mendapatkan keputusan akhir yang bersifat legal sebagai jalan keluar
konflik pada pihak ketiga sebagai arbitrator. Penyelesaian konflik separatis GAM di Indonesia ditempuh dengan cara
mediasi. Menurut Saadia Touval dan William Zartman mediasi adalah sebuah bentuk intervensi pihak ke tiga dalam konflik yang bertujuan untuk mengurangi atau
18
http:id.wikipedia.orgwikikonsensus
19
Masri Maris, How Manage Conflict: Kiat Menangani Konflik Jakarta: Erlangga, 2001, h.41-47.
20
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik Jakarta: Widiasarana, 1992, h. 160.
memecahkan konflik melalui negosiasi.
21
Pada dasarnya mediasi adalah sebuah proses politik, mediasi adalah fungsi pelaksanaan dari mediator. Dalam sebuah
konflik sering terjadi kebuntuan di antara pihak-pihak yang bertikai sehingga konflik tidak dapat di selesaikan oleh mereka sendiri. Oleh karena itu diperlukan mediator
dalam membantu mengatasi kebutuhan tersebut. Dalam konflik separatis di Indonesia, CMI adalah pihak ke tiga yang berperan
sebagai mediator dalam membantu menyelesaikan konflik tersebut. Kehadiran CMI dapat di terima oleh pemerintah Indonesia dan kelompok separatis GAM. CMI
berusaha meyakinkan pemerintah Indonesia bahwa perundingan damai akan dapat dilaksanakan dengan pihak GAM, demikian juga kepada pihak GAM, CMI berusaha
membujuk mereka untuk tidak lagi menuntut kemerdekaan pada pemerintah Indonesia. Surat perdamaian juga diajukan oleh CMI kepada pemerintah Indonesia
dan GAM untuk mempertemukan pihak yang berkonflik dalam sebuah perundingan untuk suatu kesepakatan damai. Disamping upaya negosiasi terhadap kedua belah
pihak, CMI juga membuat rumusan yang akan dibahas dalam perundingan yang berisikan berbagai hal mengenai permasalahan yang di hadapi oleh pemerintah
Indonesia maupun pihak GAM. Hal ini terbukti dari keberhasilan CMI membawa kedua belah pihak yang
bertikai duduk bersama untuk merumuskan Nota Kesepahaman untuk mengakhiri konflik yang telah terjadi selama puluhan tahun, di lakukannya penyerahan senjata
21
Saadi Touval dan William Zartman, Internasional Meedition in theory and Practice, Westview Press Foreign Policy Institute Scool of Advanced Internasional Studies, The John Hopkins
University, USA: 1985, h. 180.
dan pembubaran sayap militer GAM. Faktor gempa bumi dan tsunami juga membuat pihak bertikai tidak lagi ingin memperpanjang konflik yang telah terjadi. Akhirnya
pada situasi inilah dipatuhinya Nota Kesepahaman yang telah ditandatangani pada tanggal 15 Agustus 2005 di Helsinki oleh GAM dan Indonesia menjadi indikasi
keberhasilan CMI sebagai mediator dalam mendamaikan kedua pihak yang bertikai.