Putaran Perundingan Helsinki Tahap II

sistem audit buat pendapatan provinsi, persentase pajak untuk pusat dan daerah, fasilitas untuk integarasi GAM, amnesti definisi dan jangkauannya, masalah- masalah legal, pengaturan keamanan pengurangan personil TNI dan polisi setelah penyelesaian terjadi, penyerahan senjata GAM, monitoring dari pihak luar elemen militer dan sipil serta peranan ASEAN dan Uni Eropa, dan dialog dalam masyarakat Aceh sendiri untuk menghindari adanya kesalahpahaman. CMI sebagai mediator menyatakan tetap tidak akan membuka agenda perundingan kepada pers, untuk menjaga tidak ada kesimpangsiuran berita oleh media dan tanggapan dari pihak luar yang tidak diinginkan selama masa perundingan. Dalam putaran kedua ini, CMI memberikan kesempatan untuk kedua belah pihak melakukan pertemuan-pertemuan sendiri tanpa perantara. Dan juga menggunakan kesempatan untuk mempunyai pertemuan tersendiri baik dengan pihak Indonesia saja, atau dengan pihak GAM saja.

3. Putaran Perundingan Helsinki Tahap III

Selama putaran demi putaran dalam perundingan yang telah berlangsung itu, hampir dalam setiap putaran terdapat isu yang berat dengan pembahasan yang alot. Maka sebelum perundingan putaran ketiga berlangsung, CMI menugaskan Juha Cristensen untuk kembali melakukan lobi dengan pihak GAM dan pemerintah Indonesia.yang bertujuan untuk usaha mengatasi tekanan kelompok garis keras baik dari pemerintah Indonesia maupun GAM yang melihat masalah Aceh ini hanya secara hitam-putih saja. Pada kesempatan ini CMI lebih banyak berperan sebagai fasilitator pertemuan kedua belah pihak dan menyediakan berbagai macam kebutuhan agar perundingan berjalan dengan kondusif dan maksimal, CMI juga menyediakan ahli hukum untuk pihak GAM sebagai fasilitas perundingan dengan pihak Indonesia. . Putaran ketiga ini terjadi selama lima hari. Pada putaran ketiga ini, lebih banyak pertemuan langsung delegasi Pemerintah dan GAM tanpa diperantarai CMI. Selain itu, lobi antara para ketua delegasi dan CMI juga lebih banyak digelar. Jika GAM di awal perundingan masih berkutat dan menuntut pembicaraan pada agenda self-government, namun hari-hari berikutnya mereka justru sangat produktif dan konstruktif. Pembicaraan telah menyentuh dan menbicarakan substansi persoalan. Ahtisaari juga menekankan pembatasan topik pembicaraan dalam perundingan. Pertama, self-government di dalam kerangka otonomi khusus dalam Republik Indonesia. Kedua, partisipasi politik, yang berarti adanya pemilihan lokal yang dimonitor. Ketiga, adanya dialog dalam masyarakat Aceh sendiri. Ahtisaari juga meminta izin kepada pemerintah Indonesia untuk memperkenan pihak GAM membawa tim ahlinya ke dalam ruangan pertemuan. Dalam hal ini, mediator menghormati kedua belah pihak dan tidak mengambil keputusan sendiri membiarkan pihak lain untuk berada dalam lokasi perundingan tanpa persetujuan keduabelah pihak. Ahtisaari mengambil kesempatan untuk pembicaraan tersendiri dengan pihak GAM selama dua jam lebih. CMI juga mengagendakan pembahasan ekonomi facilitation of integration. Mengangkat isu mengenai menjaga keamanan agar rakyat Aceh bebas dari tekanan. Mengevaluasi bagaimana perilaku polisi dan TNI. Juga untuk dibahas bagaimana fungsi anggota polisi dan TNI yang organik dalam menjaga keamanan. Ahatisaari mengajukan agenda selanjutnya untuk membahas masalah dekomisi. 22 Pada putaran perundingan Helsinki babak ketiga ini akan membahas Otonomi Khusus dan Self Government untuk Aceh, yakni sebuah bentuk pemerintahan sendiri untuk Aceh. Seperti pengaturan ekonomi dan pengaturan politik. Hal lain yang dibicarakan adalah masalah amnesti, pengaturan keamanan, tim monitoring asing dan isu-isu lain. Dari proposal yang di ajukan GAM, dibidang ekonomi, pihak GAM setidaknya mengajukan lima hal penting, yaitu: a. Kewenangan pemerintahan Aceh mengelola SDA misalnya, minyak, gas, dan bahkan air bersih. b. Kewenangan dalam bidang perdagangan, termaksud perdagangan luar negeri, c. Masalah penanganan pariwisata, d. Kewenangan mengelola pelabuhan udara dan laut, e. Masalah kewenangan mengelola pendidikan di Aceh termasuk pengiriman pelajar ke luar negeri. 23 Pembicaraan mengenai masalah amnesti menyangkut kriteria anggota GAM yang berhak mendapatkan amnesti, baik semua anggota GAM maupun yang masih ada di penjara akan diberikan amnesti. Numun amnesti tidak diberikan kepada anggota GAM yang terlibat perbuatan tindak pidana. Pendirian yang paling sensitif adalah menyangkut pendirian partai lokal dan partisipasi GAM dalam politik. 22 Hamid Awaludin, Damai di Aceh: Catatan Perdamaian RI-GAM di Helsinki, h. 65. 23 Farhan Hamid, Jalan Damai Nanggroe Endatu, h. 190. Adapun hal lain mengenai tuntutan Pemerintahan Indonesia terhadap GAM, adalah: a. Menjalankan secara konsisten semua produk hukum terkait Otonomi Khusus b. Menyerahkan minimal 900 pucuk senjata, c. Menyerahkan pengamanan Aceh kepada TNI dan Polri. Karena lancarnya persidangan maka perundingan putaran ketiga berakhir lebih cepat, hal tersebut terjadi berkat adanya lobi-lobi CMI dan dukungan dari masyarakat sipil. Berkat lobi dan kepiawaian mediatorisasi yang dilakukan oleh CMI akhirnya tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak telah membahas dan menyepakati sejumlah isu krusial sebagai berikut: a. Kedua belah pihak memandang bahwa penyelesaian secara permanen dan komprehensif konflik Aceh Both parties seek a permanen and comprehensive solution with dignity for all b. Menegosiasikan definisi kerangka dari struktur administratif Aceh The negotiations will seek to define the framework for the local administrative structure of Aceh c. Eksplorasi atas partisipasi local dalam pemilu The negotiations will explore the form of participation in local elections d. Mendefinisikan secara rinci mengenai amnesty The negotiations will define the details of providing amnesty e. Transparansi dalam hal pendapatan dan alokasi dana antara pemerintah pusat dan pemerintah Aceh Transparency will be