Pemberlakuan Darurat Militer Periode Paska Daerah Operasi Militer

menurunkan status Aceh menjadi darurat sipil, tetap mempertahankan operasi militer dan tidak akan ada pengurangan pasukan di Aceh. Artinya TNI maupun polisi akan tetap melanjutkan operasi pemulihan keamanan. 39 BAB IV PERAN MEDIASI CMI DALAM MENENGAHI PERTENTANGAN GAM DAN INDONESIA UNTUK MENCAPAI PENYELESAIAN KONFLIK DI INDONESIA Upaya menyelesaikan konflik melalui perundingan perdamaian pada hakekatnya adalah sesuatu yang selalu diinginkan oleh semua pihak. Terutama bagi masyarakat Aceh yang terdiri dari kelompok negara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, TNI dan Polri, Kelompok Masyarakat, dan Tokoh AdatUlama sebagai pihak yang berkepentingan dalam penyelesaian konflik Aceh tersebut. Karena mereka telah sangat lama merasakan betapa pahit getirnya hidup dalam kondisi konflik yang panjang. Mulai dari tahap membangun dialog dengan pihak RI hingga kemudian dicapainya sebuah perdamaian berkat CMI Crisis Management Initiative sebagai mediator terakhir. Oleh karena itu pada bab inilah, maka akan dipaparkan proses perundingan yang dicapai CMI untuk mendamaikan Pemerintah RI dan GAM yang kemudian melahirkan empat tahap perundingan sekaligus yang dikenal dengan Perundingan Helsinki. Dan juga sedikit memaparkan mengenai organisasi CMI.

A. Situasi Aceh Paska Kegagalan CoHA

Pemerintahan pada masa paska Orde Baru yang dijalankan oleh Presiden BJ. Habibie menunjukan niat serius untuk menciptakan penyelesaian perdamaian di Aceh. Dimana pada saat itu pemerintah Indonesia mengizinkan untuk Lembaga Swadaya Masyarakat LSM internasional untuk memulai proses perdamaian dan juga sebagai mediator pihak ketiga dari permasalahan antara GAM dan Indonesia. Dimulai pada 2000, LSM di Swiss yaitu HDC The Center for Humanitarian Dialogue menghasilkan sebuah kesepakatan yang diberi nama Jeda Kemanusiaan antara pemerintah RI dan GAM, kesepakatan ini berlaku pada 2 Juni 2000. Tujuan dari Jeda Kemanusiaan ini adalah untuk: 1 1. Mengirimkan bantuan kemanusian kepada masyarakat Aceh akibat konflik melalui Komite Bersama Kemanusian, 2. Menyediakan bantuan keamanan guna mendukung pengiriman bantuan kemanusiaan dan untuk mengurangi ketegangan serta kekerasan yang dapat menyebabkan penderitaan selanjutnya melalui Komite Bersama Bantuan Keamanan, dan 3. Meningkatkan langkah-langkah untuk membangun kepercayaan untuk mendapatkan solusi damai terhadap situasi konflik di Aceh. Namun upaya Jeda Kemanusiaan ini gagal. Karena realitasnya terjadi banyak pelanggaran terhadap perjanjian ini, baik dalam bidang keamanan seperti, ruang untuk ekspresi kebebasan masyarakat sipil dibatasi dan kebijakan untuk situasi aman di Aceh belum memberikan jaminan. Tidak hanya itu saja dalam bidang kemanusiaan pun, kerja-kerja komite tidak berjalan lancar akibat kelambanan dalam menyikapi kebutuhan masyarakat. 2 Dari sinilah akhirnya kemudian kembali diadakannya dialog yang kedua yang menghasilkan Perjanjian Penghentian Permusuhan Cessatio of Hostilities 1 Kontras, Aceh Damai Dengan Keadila : Mengungkap Kekerasan Masa Lalu, Jakarta: Kontras, 2006, h. 93. 2 Ibid, h.94.