Teks hadis ke empat belas Teks hadis ke lima belas

Hadis diatas juga menjelaskan bahwa orang kafir dan orang munafik juga mendapat pertanyaan dalam kubur dan juga mendapat siksa kubur seperti dipukul dengan martil dan badannya menjadi hancur.

9. Teks hadis ke empat belas

نإ ْ آﺪﺣأ اذإ تﺎ ضﺮ ْ ﺪ ْ ةاﺪﻐْﺎﺑ ْاو , ْنإ نﺎآ ْ ْهأ ﺔ ْا ْ ْهأ ﺔ ْا , ْنإو آ نﺎ ْ ْهأ رﺎ ا لﺎ : اﺬه كﺪ ْ ﻰ ﺣ ﻚ ْ ﷲا ﻰ إ مْﻮ ﺔ ﺎ ْا . Artinya : ”Jika salah seorang di antara kalian meninggal dunia, maka tempat duduknya diperlihatkan kepadanya setiap pagi dan petang. Jika dia termasuk penghuni surga, maka dia pun termasuk penghuni surga, dan jika dia termasuk penghuni neraka, maka dia pun termasuk penghini neraka. Dikatakan kepadanya ,’Ini tempat dudukmu hingga Allah membangkitkanmu pada hari kiamat.” 45 a Penelitian kualitas hadis Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab Mausûah Atraf al-Hadîts, 46 Penulis menemukan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i , Ibnu Majjah dari Ibnu Umar. Penulis menilai kualitas hadis ini adalah hasan. 47 b Fiqhul hadis Menurut al-Qurthubi, bahwa di atas menjelaskan bahwa ada kemungkinan ditampakkan surga dan neraka ketika di alam barzakh kepada ruh bersama sebagian badan. Dia juga berkata maksud pagi dan sore hari adalah waktu bagi kedua, sebab orang yang telah meninggal dunia tidak ada waktu bagi keduanya siang dan petang. Ibnu Abdul Barr berpendapat bahwa hadis ini dapat dijadikan dalil bahwa ruh- 45 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 123 46 Abû Hâjir Muhammad al-Saîd bin Basyûnî Zaghlûl, Mausûah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî Beirût: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, tth. j.2, h.254 47 Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Juz 5 hal 26 48 49 ruh berada di tepi kuburan, namun pendapat ini sangatlah lemah, makna Al-Quran mengindikasikan bahwa ruh-ruh itu ditahan di sisi Allah SWT.

10. Teks hadis ke lima belas

اذإ تﺎ نﺎ ْﻷْا ْإ إ ْ ث ﺛ : ﺔ ﺪ ﺎﺟ ﺔ ر , ْوأ ْ ْ ﺑ , ْوأ ﺪ و ﺎ ْﻮ ْﺪ Artinya : ”Apabila manusia telah meninggal dunia, maka terputus segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara : Shadaqoh Jariyah, Ilmu bermanfaat, atau anak yang shaleh yang selalu mendoakannya.” 48 a Penelitian kualitas hadis Setelah ditelusuri oleh penulis, penulis menemukan kualitas hadis ini menurut Abu Isa dalam Kitab Tuhfatul Ahwadz adalah hasanun shahihun. 49 b Fiqhul hadis Hadis diatas menjelaskan bahwa orang sudah meninggal dunia dapat mengambil manfaat dari selain sebab yang berasal dirinya, seperti shadaqoh jariyah, ilmu bermanfaat dan anak yang sholeh yang selalu mendoakannya. Hal ini seperti dalil yang difirmankan Allah SWT : ْﺬ او وءﺎﺟ ْ ْ هﺪْ ﺑ نْﻮ ْﻮ ﺎ ﺑر ﺎ ْﺮ ْ ا ﺎ اﻮْ ﻹو ْﺬ ا ْﻮ ن نﺎ ْﻹْﺎﺑ ﺮ ا . : ا Dan, orang-orang yang datang sesudah mereka Muhajirin dan Anshor, berdoa, ‘Ya Allah, beri ampunlah kami dan saudara-saudara dari kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami. Al-Hasyr : 10. 48 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 153. 49 Tuhfatul Ahwadz, Juz 3 hal 651

BAB IV ANALISA HADIS DAN PEMAHAMAN TENTANG KONSEP RUH

DALAM KITAB RUH KARYA IBNUL QAYYIM AL-JAUZIYAH

A. Hakekat jiwa dan ruh

Al-r ȗh dan al-rawh berasal dari huruf yang sama yaitu ra’, waw dan ha. Tetapi, penggunaan al-ruh lebih banyak merujuk kepada nafas dan juga istilah bagi sesuatu yang menyebabkan hidup, bergerak, memperoleh manfaat dan juga mengelak daripada kemudharatan. 1 Kalimat al-r ȗh mempunyai pelbagai makna. Al-rȗh boleh diartikan dengan makna nyawa, malaikat Jibril, satu malaikat yang besar yang apabila berdiri bersamaan dengan satu saf malaikat yang lain, hembusan angin, Nabi Isa al-Masih, kalam Allah dan rahmat Allah. Di dalam Bahasa Melayu, al-r ȗh diungkapkan sebagai ruh. Ruh ialah bahagian dalam manusia yang mempunyai daya berfikir berperasaan, berkemauan, jiwa dan juga benda hidup tidak berjasad yang berfikiran dan berperasaan malaikat, jin, syaitan dan lain-lain dan kiasan kepada semangat dan jiwa. 2 Dalam konteks al-r ȗh sebagai sesuatu yang menyebabkan jasad hidup, bergerak, memperolehi manfaat dan juga mengelak daripada kemudharatan, al- ruh dapat dibagi kepada ruh insani dan ruh hayawani. Ruh insani ditakrifkan dengan suatu unsur halus yang dapat mengetahui dan memperolehi ilmu, dimiliki 1 Al-Asfahani, Abu al-Qasim al-Husayn bin Muhammad al-Raghib t.t, al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, Beirut: Dar al-Ma’rifah, h.205 2 Hajah Noresah bt. Baharom et al. , Kamus Dewan, Dewan Bahasa dan Pustaka Edisi Ketiga, : Kuala Lumpur, 2002 h. 1146 51