1. Teks Hadis Ke Enam
أ ن
ْا ْ
ْﺮ ع
لﺎ ْا
ْ ْ
إذ ا
ْإ ﺼ
ﺮ ْﻮا
ْ
Artinya : “Bahwa orang yang meninggal dunia dapat mendengar sandal
orang-orang yang mengiringnya, saat mereka meninggalkan kuburnya”
17
a Penelitian Hadis
Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mujam al-Mufahraz,
18
penulis
mendapatkan hadis ini dalam riwayat Sahih al-Bukhari dan Abu daud.
Hadis ini diriwayatkan juga oleh al-Bazzar dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya secara ringkas. Ibnu hibban juga meriwayatkan melalui Muhammad bin
amr dari Abu Salamah, dari Abu hurairah. Adapun kualitas hadis di atas menurut ath - Thahawi, Ibnu Hibban dan Al-Bazzar adalah Sahih dan boleh dijadikan sebagai
dalil.
19
b Fiqhul hadis
Hadis di atas menerangkan bahwa sesungguhnya orang yang sudah meninggal dapat mendengar sandal orang yang mengunjunginya maupun orang yang berjalan di
sekitarnya. Dengan ini pada dasarnya, ruh itu hidup di alam kubur, namun tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang masih hidup, dan pada hakikatnya ruh itu tidak
hancur dan mati seperti jasadnya. Menurut Ibnu al-Manayyar mengatakan, bahwa Imam al-Bukhâri
mengkhususkan hadis ini untuk dijadikan sebagai permulaan adab saat menguburkan mayat, yaitu harus bersikap tenang, tidak gaduh serta hendaknya tidak
17
Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 11
18
A.J Wensink, al-Mujam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabawî an al-Kutub al-Sittah wa an Sunan al-Dârimî wa Muwatâ Malik wa Musnad Ahmad bin Hanbal Leiden: Maktabah Brîl,
1936 j.6 hal. 490.
19
. Ibnu hajar al-Asqolani, Fathul Baari juz 7, Jakarta : Pustaka Azzam , 2007. Cet 1, hal 302-304.
39
menghentakkan tanah dengan keras, selayakya menghormati terhadap orang yang sedang tidur.
2. Teks Hadis Ke Tujuh
إ ن
ْ ْا
ْﺆ إذ
ا ﻀ
ْ هﺎ
ﺎ أ
ْه ﺮ ا
ْﺣ ﺔ
ْ ْﺪ
ﷲا آ
ﺎ ﻰ
ْا ْﺮ
ﺪ ا ْﺎ
, ْﻮ
ْﻮ ن
: اْ
ﺮ ْوا
أ آﺎ
ْ ﺣ
ﻰ ْ
ﺮ ْ
ﺈ آ
نﺎ آ
ﺮ ب
ﺪْ ﺪ
, ﺄ
ْﻮ :
ذﺎ ا
ن ؟
و ذﺎ
ا ْ
ﺔ ؟
و ه
ْ ﺰ
وا ﺟ
ْ ﺔ
؟ ﺈذ
ا ﺄ
ْﻮ ْ
ر ﺟ
تﺎ ْ
لﺎ :
إ ْﺪ
تﺎ ْ
ﻰ .
ﺎ ْﻮا
: إ
ﺎ وإ
ﺎ إ
ْ ر
ﺟا ْﻮ
ن ذ
ه ﺑ
إ ﻰ
أ ﺔ وﺎﻬ ا
ﺌ ْ
ﻷا م
و ﺑﺌ
ْ ْا ﺮ
ﺑ ﺔ.
Artinya: Apabila jiwa orang mukmin dicabut, maka dia disambut orang-orang
yang mendapat rahmat dari sisi Allah, sebagaimana orang yang akan memberitakan kabar gembira disambut di dunia, lalu mereka bertanya, “Lihatlah saudara kalian
agar dia beristirahat, karena dia dalam kesusahan. Yang lainnya bertanya, “ Apa yang dilakukan fulan dan apa yang dilakukan fulanah? Apakah fulanah itu sudah
menikah?” Jika mereka bertanya kepadanya tentang seseorang, lalu yang ditanya menjawab, “dia sudah meninggal sebelumku”, maka mereka berkata, Inna lillahi wa
inna ilaihi raji’un. Rupanya dibawa pergi ke induk neraka jahannam. Induknya menjadi buruk, begitu pula masuk kedalamnya.
20
a Penelitian Hadis
Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mujam al-Mufahraz,
21
al- Jami al-Saghîr, Mausûah Atraf al-Hadîts,
22
dan Miftâh Kunûz al-Sunnah, penulis
20
Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 30
21
A.J Wensink, al-Mujam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabawî an al-Kutub al-Sittah wa an Sunan al-Dârimî wa Muwatâ Malik wa Musnad Ahmad bin Hanbal , j.3, h.385
22
Abû Hâjir Muhammad al-Saîd bin Basyûnî Zaghlûl, Mausûah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî Beirût: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, tth. j.5, h.409
40
menemukan riwayat hadis ini dari Muawiyah bin Yahya, dari Abdullah bin Salmah, dari Abu Rahmi Al-Musma’i, dari Abu Ayyub Al-Anshary.
23
b Fiqhul hadis
Dari uraian hadis di atas ruh diklasifikasikan dalam dua macam. Ruh yang mendapat siksaan dan ruh yang mendapat kenikmatan. Ruh yang yang mendapat
siksaan disibukkan oleh siksaan yang menimpanya, sehinggga ia tidak bisa saling bertemu. Sedangkan ruh-ruh yang mendapat kenikmatan mendapat kebebasan dan
tidak dibelenggu, sehingga mereka bisa saling bertemu dan berkunjung serta mengingatkan apa yang pernah terjadi di dunia dan apa yang akan dialami dialami
para penghuni dunia lainnya. Disunnahkan untuk mengucapkan kalimat
إ ﺎ
وإ ﺎ
إ ْ
ر ﺟا
ْﻮ ن
apabila seseorang mendengar kabar berita duka cita atau musibah.
3. Teks hadis ke Delapan