Teks hadis ke Delapan Teks hadis Ke Sembilan

menemukan riwayat hadis ini dari Muawiyah bin Yahya, dari Abdullah bin Salmah, dari Abu Rahmi Al-Musma’i, dari Abu Ayyub Al-Anshary. 23 b Fiqhul hadis Dari uraian hadis di atas ruh diklasifikasikan dalam dua macam. Ruh yang mendapat siksaan dan ruh yang mendapat kenikmatan. Ruh yang yang mendapat siksaan disibukkan oleh siksaan yang menimpanya, sehinggga ia tidak bisa saling bertemu. Sedangkan ruh-ruh yang mendapat kenikmatan mendapat kebebasan dan tidak dibelenggu, sehingga mereka bisa saling bertemu dan berkunjung serta mengingatkan apa yang pernah terjadi di dunia dan apa yang akan dialami dialami para penghuni dunia lainnya. Disunnahkan untuk mengucapkan kalimat إ ﺎ وإ ﺎ إ ْ ر ﺟا ْﻮ ن apabila seseorang mendengar kabar berita duka cita atau musibah.

3. Teks hadis ke Delapan

ﺎ أ ﺪ ﺪ و مدأ مْﻮ ﺔ ﺎ ْا و ﺮْ , و يﺪ ﺑ ءاﻮ ﺪْ ْا و ﺮْ و ﺎ ْ ﺬﺌ ْﻮ مدا ْ اﻮ إ ْ اﻮ , ﺎ أو لوأ ْ ْ ْ ضْرﻷْا و ﺮْ . Artinya : “Aku pemimpin anak Adam pada hari kiamat dan ini bukan suatu kebanggaan. Tidaklah ada seorang nabi pada hari itu, Adam dan lainnya berada dibawah benderaku, aku adalah orang yang pertama kali dikeluarkan dari bumi dan ini bukan suatu kebanggaan.” 24 a Penelitian Hadis 23 Al- Haitsami, Mujma’ Zawaaid, kitabul janaaiz, bab fii mautil mu’mini wa ghairihi, hadis 3941. At-Tabrani, al- Mujma’ al-Kabiir hadis, hadis 4887-4888. Al-Hakim, al-Mustadrak, fii kitabi at- tafsiir : at-tafsiir tafsiiru surah al-Qaria’h, hadis 3986. 24 bnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 51. 41 Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mujam al-Mufahraz, 25 hadis ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, al-Tirmîdzî, al-, ibn Mâjah, dan Ahmad bin Hanbal dan menurut at-Tirmidzi bahwa kualitas hadis ini adalah hadis hasan shahih. 26 b Fiqhul hadis Hadis di atas menerangkan bahwa, kematian itu bukan berarti ketiadaan sama sekali, tapi kematian merupakan perpindahan dari keadaan ke keadaaan yang lain. Sekiranya makna pingsan maksudnya adalah mati, maka itu merupakan kematian dalam bentuk yang lain. Dalam hal ini telah dijelaskan para ulama terkemuka, Abu Abdullah Al-Qurthuby berpendapat, pingsan yang terjadi pada hari kiamat bukanlah pingsan yang berarti mati karena tiupan sangkakala, tetapi pingsan ini terjadi setelah tiupan yang kedua, yaitu tiupan saat kebangkitan.

4. Teks hadis Ke Sembilan

أ ن حاوْرأ ءاﺪﻬ ا ﺮْﻀ ﺮْﻃ ْ ﺮ ﺛ ﺔ ْا Artinya : “Sesunguhnya bahwa ruh para syuhada berada di dalam seekor burung yang berwarna hijau, bergantung pada buah surga. 27 a Penelitian Hadis Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mujam al-Mufahraz, 28 hadis ini terdapat pada at-Tirmidzi hadis no 1641, Ahmad hadis no 27236, Kanzul ‘Ummal hadis no 11171. Ibnu Abbas berpendapat bahwa kualitas hadis ini adalah Sahih. 29 25 A.J Wensink, al-Mujam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabawî an al-Kutub al-Sittah wa an Sunan al-Dârimî wa Muwatâ Malik wa Musnad Ahmad bin Hanbal Leiden: Maktabah Brîl, 1936 j.3, h.318 26 At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Lebanon ; Maktabah Salafiah, 1978 j. 5 hal 308 27 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 54 28 A.J Wensink, al-Mujam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabawî an al-Kutub al-Sittah wa an Sunan al-Dârimî wa Muwatâ Malik wa Musnad Ahmad bin Hanbal Leiden: Maktabah Brîl, 1936 j.3, h.318 29 Tuhfatul Ahwaadz, j, 2 hal 218. 42 b Fiqhul hadis Dari sini diketahui bahwa ruh membentuk rupa tertentu di badan, yang membedakannya dengan yang lain. Ia berpengaruh dan berpindah dari badan sebagaimana badan yang juga bisa mempengaruhi dan beralih pada ruh itu. Badan yang baik dan buruk memperoleh hasil kebaikan dan keburukannya, dan ruh yang baik dan yang buruk memperoleh hasil dari kebaikkan atau keburukkan badan. Hadis ini menerangkan bahwa ruh para syuhada itu setelah meninggal berada dalam seekor burung mendapatkan kenikmatan surga terus menenerus hingga akhir kiamat.

5. Teks Hadis Ke Sepuluh