sebagai makhluk ini tidak hanya satu imam saja, seperti Muhammad Nashr Al- Marwazi, seorang imam yang terkenal dan yang paling mengetahui di antara
orang-orang sezamannya tentang ijma’ dan perpedaan pendapat. Begitu pula Abu Muhammad bin qutaibah, yang berkata di dalam kitab al-Lafzh, ketika
membicarakan masalah roh, tidak dapat diragukan siapa pun yang menyepakati kebenaran, bahwa roh itu sesuatu yang diciptakan.
C. Ruh di ketika berada di dunia
1. Teks Hadis Ketiga
ْا ْﺪ
ﷲ ْ
ﺪ و
ْ ْ
و ْ
ْﻐ ﺮ
و ْﻮ
ذ ﺑ
ﷲﺎ ْ
ﺮ ْو
ر أْ
ﺎ و
ْ ﺌﺔ
أ ْ
ﺎ ﺎ
, ْ
ْﻬ ﺪ
ي ﷲا
ﻀ ,
و ْ
ْﻀ ْ
ه دﺎ
ي
Artinya : ”Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari
kejahatan-kejahatan diri kami dan dari keburukan-keburukan amal kami. Siapa yang diberi petunjuk Allah, maka tiada seorang pun yang dapat
menyesatkannnya, dan siapa disesatkan-Nya, maka tiada seorang pun yang memberi petunjuk”
10
Ibnul Qayyim mengatakan kandungan hadis di atas bahwa jiwa adalah substansi, jisim, yang bersifat nurani, berada di tempat yang tinggi, lembut, hidup
dan dinamis nurani, ‘alâwi khafif hayy mutaharrik. Ia bukan tubuh, bukan substansi immaterial, tidak berasal dari empat unsur. Jiwa juga bukan pula
10
Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 282
58
angin halus yang masuk dan keluar melalui proses pernafasan. Ia tidak memiliki ruang, panjang, lebar, dalam, warna dan bagian. Jiwa juga tidak berada di dalam
alam, di luar alam, di samping alam atau di alam lain.
Menurut Ibn Qayyim jiwa menembus anggota tubuh dan mengalir bagaikan air atau minyak zaitun atau api di dalam kayu bakar. Selama anggota
badan dalam keadaan baik untuk menerima pengaruh yang melimpah di atasnya dari jisim halus yang disebut jiwa ini, maka jisim halus ini akan membuat
jaringan dengan bagian-bagian tubuh kemudian pengaruh itu memberinya manfaat berupa rasa, gerak dan keinginan.
11
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dibingungkan oleh pemahaman akan jiwa dan ruh. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa jiwa
dan ruh itu berbeda maknanya. Masyarakat meyakini bahwa jiwa manusia itu berada di balik hati nurani. Mereka meyakini pula jika di saat kita tidur, ruh kita
terbang dan ruh itu nantinya akan kembali pada kita jika Allah menginginkan. Sementara, sebagian masyarakat lainnya menganggap bahwa jiwa dan ruh
bermakna sama. Jiwa adalah ruh, dan ruh adalah jiwa. Lantas, manakah yang benar? Apakah jiwa itu? Apakah jiwa memiliki persamaan makna dengan ruh?
Benarkah anggapan masyarakat tentang jiwa yang bersemayam di balik hati nurani?
Ibn Qayyim menjelaskan bahwa sebenarnya jiwa itu satu, tapi memiliki tiga sifat dan dinamakan dengan sifat yang mendominasinya. Ada jiwa yang
11
Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 368
59
disebut nafsu ammârah yaitu nafsu yang menyuruh kepada keburukan. Ada nafsu lawwamah yang selalu mencela, selalu ragu-ragu antara menerima dan mencela
secara bergantian. Dan terakhir ada jiwa yang disebut nafsu muthma’innah jiwa yang tenang karena ketenangannya dalam beribadah, ber-mahabbah, ber-inabah,
bertawakal, beserta keridhaan dan kedamaiannya dengan Allah. Adapun tujuan perkembangan jiwa manusia adalah tercapainya jiwa muthma’innah, yang
merupakan kesempurnaannya. Di sini terlihat bahwa bagi Ibn Qayyim jiwa ruh dan nafs nafsu digunakan dalam arti atau pengertian yang sama.
Selain berbicara tentang jiwa yang ia samakan dengan nafsu, Ibn Qayyim juga berbicara tentang hati Qalb dan akal. Baginya hati adalah raja yang
menggunakan seluruh alat tubuh. Hati merupakan alat tubuh yang paling terhormat, sendi kehidupan, sumber ruh hewani, kehangatan instink, tempat
penambangan akal, ilmu, impian, kehormatan, keberanian, kesabaran, ketekunan, kecintaan, keridhaan, kemarahan dan seluruh sifat kesempurnaan lainnya. Oleh
karena itu, boleh dikata bahwa seluruh anggota tubuh, baik yang bersifat lahir maupun batin beserta energi yang dimilikinya adalah pasukan hati. Adapun yang
dimaksud hati di sini bukanlah daging yang sama-sama dimiliki oleh hewan juga, tetapi yang dimaksud adalah “mind” atau pikiran.
Oleh sebab itu jiwa adalah ‘sosok’ yang bertanggung jawab atas segala perbuatan kemanusiannya. Jiwa memiliki kebebasan untuk memilih kebaikan
atau keburukan dalam hidupnya. Pertanggungjawaban itu akan dipikul oleh jiwa ketika ia dikembalikan ke badannya pada hari kebangkitan kelak. Berbeda
60
dengan jiwa, ruh merupakan anugerah Allah yang menularkan sebagian sifat- sifat Allah. Dengan ditiupkannya ruh, saat itulah manusia dapat bernafas.
12
Intinya, ruh berfungsi sebagai ‘sesuatu’ yang menjadikan manusia itu hidup dan jiwa merupakan ‘sosok’ penentu setiap pilihan dalam kehidupan. Perbedaan
makna jiwa dengan ruh dapat kita lihat dalam kegiatan sehari-hari. Tatkala seseorang terlelap dalam tidur, hembusan nafas dan detak jantungnya masih
terdengar karena yang ditahan oleh Allah adalah jiwanya, bukan ruhnya.
2. Teks Hadis Keempat