BAB I KONSEP RUH DALAM PERSPEKTIF HADIS
Pemahaman Hadis Tentang Ruh
dalam kitab Ar- R ȗh Karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
A. Latar Belakang Masalah
Berbicara mengenai manusia baik itu dilihat dari sisi kehidupannya maupun dari sisi peranan eksistensinya sudah sangat aktual. Sebab selain manusia
itu sendiri selalu menjadi pokok pembicaraan, dapat juga dilihat bahwa peristiwa besar apapun terjadi di dunia, masalah apapun yang harus dipecahkan di bumi kita
ini, pada intinya dan akhirnya selalu bertautan dengan manusia.
1
Manusia adalah mahluk yang terdiri dari jiwa dan raga, apa yang dituntut oleh jiwa dan apa yang dituntut oleh raga, semuanya harus dipenuhi agar manusia
bisa hidup selamat di dunia ini. Membangkitkan rasa yang terpendam dalam jiwa, yang dapat mendorong manusia untuk mempertanyakan dari mana ia datang,
bagaimana unsur-unsur dirinya, apa arti hidupnya dan ke mana akhir hayatnya
Selain itu manusia perlu berinteraksi dengan dua hal yakni pertama,
interaksi dengan Tuhan sebagai bentuk perwujudan untuk kehidupan yang akan
datang akhirat, kedua, interaksi dengan alam, sebagai manusia harus menjaga
dan memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya sehingga mampu mengeksplorasikan kemampuan sebagai makhluk yang kâmîl tidak berat sebelah.
1
K.Bertens, Sekitar Manusia: Bunga Rampai Tentang Filsafat Manusia, Jakarta: Gramedia, 1977, h. 01
1
Manusia terdiri dari jasad dan ruh jiwa. Dengan jasad manusia dapat bergerak dan merasakan sesuatu dengan panca indranya. Dengan jiwanya,
manusia bisa merasakan cinta, benci, marah, gembira dan sedih yang mempengaruhi kehidupannya. Dan perasaan-perasaan ini tidak bisa dingkari
dalam lubuk hatinya yang selalu menguasai rohaninya sehingga manusia selalu senantisa untuk selalu bersyukur dengan segala karunia yang ada.
Al-Quran telah menjelaskan bahwa manusia telah diciptakan oleh Allah daripada dua unsur penting yaitu unsur yang bersifat kebendaan dan unsur ruh
yang bersifat keruhanian. Konsep dua unsur yaitu jasadi dan ruhani ini dapat dipahami dalam ayat al-Quran yang menceritakan tentang kejadian manusia
sebagaimana Firman Allah dalam surah Al-Sajdah yang bermaksud :
يﺬ ا ْﺣأ
آ ءْ
أﺪﺑو ْ
نﺎ ﺈْا ﻃ
7
ﺛ ﺟ
ْ ﺔ ﺎ
ءﺎ ﻬ
8
ﺛ اﻮ
و ﺣور
ﺟو ﻜ
ْ ا رﺎﺼْﺑﺄْاو
ةﺪﺌْﺄْاو ﺎ
نوﺮﻜْ
9 “Tuhan yang membuat segala sesuatu yang diciptakan dengan sebaik-
baiknya dan yang memulakan penciptaan manusia daripada tanah. Kemudian Dia menciptakan keturunannya daripada saripati air yang hina air mani.
Kemudian Dia menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ke dalam tubuhnya akan ruh ciptaan-Nya”.
Unsur jâsâdî dan ruhani yang ada pada manusia memainkan peranan penting dalam menentukan kejayaan usaha melengkapkan dan memenuhi
keperluan yang perlu ditangani. Aspek jâsâdî dan ruhani yang ada pada manusia
2
adalah bersifat sepadu yang tidak boleh dipisahkan antara satu sama lain. Aspek jasmani tidak boleh dipisahkan dengan aspek ruhani. Keperluan kedua-dua aspek
ini juga adalah bersifat sepadu tanpa boleh dipisahkan. Manusia tidak boleh mementingkan aspek rohani dengan mengabaikan aspek jâsâdî dan tidak boleh
mementingkan aspek jâsâdî dengan mengabaikan aspek ruhani. Pengabaian terhadap salah satu dari dua unsur ini akan mengakibatkan manusia hidup dalam
keadaan yang tidak sempurna untuk melahirkan manusia yang hidup dalam keadaan seimbang dan sempurna, kedua aspek ini adalah perlu ditangani secara
sepadu dan selaras. Jika tidak, maka manusia akan kelihatan timpang dalam hidupnya.
Menurut al-Farabi ruh bersifat ruhani, bukan materi, terwujud setelah adanya badan dan ruh tidak berpindah-pindah dari suatu badan ke badan yang
lain. Dengan adanya ruh dalam tubuh, manusia dapat bergerak dan berpikir menentukan arah kemana ia harus melangkah.
2
Melihat realitas dimasyarakat saat ini baik lewat media telivisi atau pun koran, ada sebagian masyarakat atau paranormal yang mengklaim bisa
mendapatkan ruh-ruh orang yang sudah mati dengan cara yang diciptakan oleh orang-orang yang melakukan dengan sulapan ini. Mereka bertanya kepadanya
tentang berita orang-orang mati berupa nikmat dan siksa serta selain yang demikian itu yang mereka kira bahwa orang-orang mati mengetahui hal itu dalam
kehidupan mereka. Penulis telah merenungkan persoalan ini sekian lama, maka jelas bahwa ia adalah ilmu yang batil, itu merupakan manipulasi setan yang
2
Hasyimsyah Nasution, Filsfat Islam, Jakarta : Gaya Media Pratama, 1999.h 39.
3
ditujukan untuk merusak akidah, akhlak, menyamarkan kepada kaum muslimin, dan menyampaikan kepada pengakuan mengetahui ilmu ghaib dalam perkara yang
banyak. Karena alasan inilah penulis menulis beberapa pokok permaslahan dalam masalah itu untuk menjelaskan kebenaran dan memberi anjuran kepada umat serta
menyingkap kesamaran dari manusia. Tidak diragukan lagi bahwa masalah ini sama seperti masalah-masalah
lainnya, harus mengembalikannya kepada Al-Qur’an dan sunnah rasul-Nya. Apapun yang ditetapkan keduanya atau salah satunya tentu kita menetapkannya
dan yang dinafikan oleh keduanya atau salah satunya niscaya kita menafikannya, sebagaimana firman Allah :
ﺎ ﺎﻬ أ
ﺬ ا اﻮ ﺁ
اﻮ ﻃأ ﷲا
اﻮ ﻃأو لﻮ ﺮ ا
ْوأو ﺮْ ﻷْا
ْ ﻜ نﺈ
ْ ْ زﺎ ءْ
ودﺮ ﻰ إ
ﷲا لﻮ ﺮ او
نإ ْ آ
نﻮ ْﺆ ﷲﺎﺑ
مْﻮ ْاو ﺮ ْا
ﻚ ذ ﺮْ
ْﺣأو وْﺄ
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah al-Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu adalah lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. QS. an-Nisaa`:59
Para ulama berbeda pendapat tentang maksud ruh dalam firman Allah :
و
ﻚ ﻮ ﺄْ حوﺮ ا
حوﺮ ا ْ
ﺮْ أ ﺑر
و وأ
ْ ْا إ
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah:Ruh itu termasuk urusan Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit. QS. al-Isra` :85
4
Berdasarkan pendapat ini maka ayat tersebut merupakan dalil bahwa ruh adalah salah satu perkara Allah yang manusia tidak mengetahui sedikitpun tentang
hal itu kecuali Allah memberitahukan kepada mereka, karena hal itu merupakan perkara yang hanya Allah yang mengetahuinya dan Dia menutup hal itu dari
makhluk. Dan dalam hadits shahih:
أ
ن ْا
ْ عْﺮ
لﺎ ْ
ْا اذإ
اْﻮ ﺮﺼْا ْ
Sesunnguhnya mayit mendengar bunyi sendal orang-orang yang mengantarnya apabila mereka berpaling darinya.
3
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata
4
: Para pendapat ulama bersepakat atas hal ini dan atsar-atsar dari mereka sudah mencapai derajat m
ȗtâwâtîr bahwa mayat mendengar ziarah orang yang hidup kepadanya dan bergembira dengannya.
Kalau melihat hadis tersebut, menegaskan bahwa orang yang sudah meninggal dapat mendengar sandal orang yang sedang berziah, kemudian apakah mereka
dapat berkomunikasi dengan yang lain, baik dengan orang yang masih hidup atau yang sudah mati.
Dan Ibnul Qayyim mengutip bahwa Ibnu Abbas berkata dalam tafsir firman Allah :
ﷲا ﻰ ﻮ
ﻷْا ﺣ
ﺎﻬ ْﻮ او
ْ ْ
ﺎﻬ ﺎ ﻚ ْ
ا ﻰﻀ
ﺎﻬْ تْﻮ ْا
ْﺮ و ىﺮْ ﻷْا
ﻰ إ ﺟأ
ﻰً
Allah memegang jiwa orang ketika matinya dan memegang jiwa orang yang belum mati di waktu tidurnya; maka Ia tahanlah jiwa orang yang
telah ia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. QS. az-Zumar:42
3
Al-Bukhari 1374 dan Muslim 2870.
4
Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh Beirut : Daarul Fikr, 2005 hal 5.
5
Kemudian Ibnul Qayyim berkata: Pertemuan ruh orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati ditunjukkan bahwa orang yang masih hidup melihat
orang yang sudah mati di dalam tidurnya, lalu ia bertanya kepadanya dan yang mati mengabarkan kepadanya dengan sesuatu yang tidak diketahui oleh yang
masih hidup, maka beritanya sama seperti yang dikabarkannya.
5
Inilah yang bersumber dari kaum salaf bahwa ruh orang-orang yang sudah wafat tetap ada hingga yang dikehendaki oleh Allah dan mendengar, namun tidak
ada dasarnya bahwa ia bisa berhubungan dengan orang yang hidup di luar tidur. Sebagaimana tidak ada dasarnya pengakuan para paranormal tentang
kemampuan mereka mendatangkan ruh-ruh orang mati yang mereka kehendaki, berbicara dan bertanya kepadanya. Ini semua adalah pengakuan-pengakuan batil,
tidak ada dasar yang menguatkannya secara naql riwayat, dalil dan tidak pula secara akal. Bahkan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Mengetahui dengan
ruh-ruh ini, mengatur padanya. Dia Yang Maha Kuasa mengembalikannya ke jasadnya apabila Dia menghendaki hal itu. Hanya Dia saja yang mengatur di
dalam kerajaan-Nya dan makhluk-Nya, tidak ada yang bisa ikut campur. Adapun yang mengaku selain itu, maka ia mengaku sesuatu yang dia tidak mengetahui dan
berbohong kepada manusia dalam menjual berita-berita ruh: bisa jadi untuk mendapatkan harta, atau memamerkan kekuatannya yang tidak mampu dilakukan
orang lain, atau untuk merancukan manusia untuk merusak akidah dan agama. Pemasalahan ini semakin menarik perhatian penulis, dikarenakan semakin
banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang terlintas dan banyak hal yang bisa
5
Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal . 21.
6
diketahui apa rahasia Allah tentang ruh sehingga manusia hanya diberi pengetahuan yang sedikit tentang hal tersebut. Penulis berusaha menggali lagi
lebih dalam lagi tentang pengetahuan tentang ruh, menjelaskan proses perjalanan ruh manusia semenjak diciptakan, menjalani proses kehidupan di dunia hingga
keberadaan ruh setelah kematian. Untuk menjawabnya, maka harus dilakukan penelitian lebih intensif
sebagai upaya menjadikan kajian ini lebih menarik, terlebih dalam sudut pandang hadis yang menjelaskan tentang rahasia Allah yang ghaib khususnya dalam kitab
ar-R ȗh Ibnul Qayyim al-Jauziyah. Berangkat dari perenungan demikian, penulis
tertarik untuk mengangkat masalah ini sebagai bahan kajian akademis dengan
merefleksikannya dalam sebuah judul skripsi “KONSEP RUH DALAM PERSPEKTIF HADIS : Pemahaman Hadis Tentang Ruh dalam kitab
Ar- Ruh Karya Ibnul Qayyim Al-Jauzi”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah