dengan ketaatan terhadap disiplin. Bahkan orang kedua ini harus terjun langsung untuk menerapkan nilai-nilai disiplin itub sendiri.
4. Pengembangan disiplin adalah penataan lingkungan, dalam hal ini lingkungan rumah, dan berarti memadukan match kondisi yang
menstimulasi setiap titik dalam perkembangan anak dengan tantangan untuk menemukan cara memperlakukan dirinya sendiri dalam suatu
lingkungan dunia yang terus menerus berubah. 5. Ketergantungan dan wibawa dalam penerapan yang disertai
pemahaman dalam dinamisme perkembangan peserta didik diperlukan dalam membina kualitas emosional habitual yang positif.
2. Implementasi Reward dan Punisment di Sekolah
Disiplin selalu dipandang sebagai dasar untuk berfungsinya peraturan sekolah dengan benar, jika peraturan sekolah berjalan dengan benar maka akan terciptanya
proses pendidikan yang diharapkan. Pendidikan yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku dan juga menambahnya ilmu pengetahuan pada setiap individu
peserta didik. Tugas yang berat tersebut berada di pundak sekolah-sekolah yang pada dasarnya mengantarkan peserta didik untuk berwawasan luas serta memiliki
karakter disiplin yang baik. Penegakan disiplin di sekolah menjadi sangat penting, hal ini disebabkan
karena tumbuhnya keprihatinan atas banyaknya masalah prilaku atau kurangnya penegakan disiplin. Seperti yang telah diungkapkan oleh Geoff Colvin “menurut
polling Gallup dari anggota masyarakat dan para pendidik selama beberapa tahun lalu telah memeringkatkan tata tertib sekolah dan prilaku murid dalam peringkat
tiga tertinggi dari masalah utama yang dihadapi sekolah-sekolah kita.
51
Oleh sebab itu ketercapaian menciptakan disiplin pada diri setiap peserta didik
sungguhlah tidak mudah. Ada banyak sekali yang harus dirombak demi ketercapaian keinginan tersebut. Salah satunya adalah mempersatukan cara
pandang penentu keberhasilan, Geoff Colvin lebih lanjut akan menjelaskan kunci yang paling esensial dari penegakan disiplin di sekolah-sekolah sebagai kerangka
acuan mempersatukan cara pandang penentu keberhasilan, diantarannya:
52
a. menetapkan perlunya penengakan disisplin yang proaktif, b. karakteristik penting
51
Geoff Colvin, 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif, Jakarta: Indeks, PT. Macana Jaya Cemerlang, 2008, cet ke: I hal: 1
52
Ibid., h:1
rencana penegakan disiplin sekolah yang proaktif, c. Peran utama kepala sekolah dan dukungan administratif, dan d. Membentuk tim kepemimpinan bentukan.
Selanjutnya, dalam buku karangan Geoff Colvin yang berjudul “ 7 Langkah dalam Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif”, menjelaskan bahwa ada
komponen-komponen yang menjadi landasan berlangsungnya disiplin di sekolah, diantaranya:
53
1. Pernyataan tujuan. Langkah ini penting karna ada dua alasan. Yang pertama, langkah ini memulai proses para guru bekerja bersama, yang
menghasilkan suatu produk yang jelas. Yang kedua, pernyataan tujuan merancang panggung dan tempo untuk keseluruhan rencana. 2. Perilaku
yang diharapkan dari keseluruhan sekolah. 3. Mengajarkan perilaku yang diharapkan. Inti pendekatan proaktif untuk membentuk disiplin dalam buku
ini adalah keadaan dimana prilaku yang diterapkan di sekolah merupakan serangkaian keterampilan yang harus dibelajarkan kepada peserta didik 4.
Mempertahankan prilaku yang diharapkan. 5 Perbaikan perilaku bermasalah. Sekolah harus memiliki rancangan yang kuat dalam
menerapkan disiplin ini, termasuk memiliki model yang proaktif untuk memperbaiki perilaku yang bermasalah dengan efektif 6. Menggunakan
data, komponen data tersebut diantaranya: a. mendefinisikan peran tim kepemimpinan, b. mengerti tujuan-tujuan sistem manajemen data yang
efektif, c. Memiliki petunjuk-petunjuk dalam mengembangkan sebuah sistem menejemen data. 7 Mempertahankan rencana untuk jangka
panjang.
Pengenalan Punishment di sekolah
Durrant Joan dari University of Manitoba dan Ron Ensom dari Rumah Sakit Anak di Timur Ontario, dalam Jurnal Asosiasi Medis Kanada, mengungkapkan,
“mendisiplinkan anak lewat hukuman fisik merupakan sesuatu yang kontraproduktif. Kekerasan pada masa pertumbuhan akan membuat anak berisiko
lebih tinggi mengalami gangguan mental, seperti depresi. Selain itu penelitian yang melibatkan 500 keluarga ini juga mengungkapkan bahwa anak yang jarang
53
dalam project PREPARE Sugai, Kame’enui, dan Colvin, 1990 dengan penenlitian dan
dari prosedur-prosedur praktik terbaik yang digunakan di beberapa sekolah distrik di Amerika
,
dalam melaksanakan
rencana disiplin sekolah