Implementasi Reward dan Punisment di Sekolah

memasung kreativitas ”. 58 Hukuman juga sering diartikan sebagai “penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang orang tua, guru, dan sebagainya. Setelah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan ” . 59 Selanjutnya, definisi hukuman dalam pendidikan memiliki pengertian yang sangat luas, mulai hukuman yang ringan sampai hukuman yang berat, mulai dari lirikan yang menyengat sampai pukulan yang menyakitkan. Namun, meskipun hukuman banyak macamnya, pengertian pokok dalam hukuman tetap satu, yaitu adanya unsur yang menyakitkan, baik jiwa maupun raga. Dari bebagai pengertian tentang hukuman, terlihat sekali bahwa hukuman mengarah pada nilai yang negatif, karena adanya perlakuan yang tidak menyenangkan, mempunyai tujuan yang sama yaitu membuat si pelaku jera atau tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Hanya Malik fajar yang berani secara tegas mengatakan bahwa hukuman bukanlah praktik penyiksaan yang memasung kreativitas anak. Pemaknaan punishment atau hukuman yang mengarah kenegatif, sungguh menjadi momok yang menyeramkan di dunia pendidikan, baik di lingkungan sekolah, rumah, ataupun di masyarakat. Hukuman seharusnya memberikan efek jera yang positif untuk anak, anak jera karena mereaka memahami dengan baik hal negatif apa yang mereka dapatkan jika mereka tetap melakukan kesalahan yang sama. Sejatinya hukuman diberikan, karena si pemberi hukuman merasa takut jika si penerima hukuman akan mendapatkan nestapa yang lebih buruk, ini membuktikan bahwa adanya kasih sayang dari si pemberi hukuman. Dengan kata lain “hukuman dalam dunia pendidikan bukanlah suatu bentuk siksaan, melainkan suatu usaha untuk mengembalikan anak ke arah yang lebih baik serta memotivasi mereka agar menjadi pribadi yang imajinatif, kreatif, dan produktif”. 60 Hukuman bisa berjalan dengan baik apabila hukuman yang diberikan justru menorehkan kesan penyesalan yang mendalam. Hukuman menjadi hal yang 58 . Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan Jakarta: Raja Grafindo, 2005, h:202 59 . M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, h: 186 60 . Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, Jogjakarta: DIVA Press, 2012 h: 18 positif jika hukuman menjadikan anak termotivasi untuk tidak melakukan kesalahannya di kemudian hari tanpa meninggalkan bekas rasa sakit hatinya, sehingga motivasi selanjutnya menjadikannya selalu bersikap baik pada setiap saat. Dengan kata lain, hukuman pada konteks ini justru menjadi alat pendidikan yang positif yang dapat membangun karakter dan kepribadiaan anak menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dalam pemberian hukuman yang tujuannya adalah mendidik dan merupakan alat koreksi terhadap tingkah laku yang rumit. Hukuman yang diberikan tentu saja bukan hukuman yang bersifat fisik, seperti mencubit, memukul, menjewer atau yang lainnya. Hukuman yang dberikan harus memenuhi prinsip pemberian huikuman. Berikut ini adalah prinsip hukuman dari beberapa pakar diantaranya, M.J. Langeveld mengatakan, “1 titik pandang yang berpendirian bahwa hukuman itu ialah sebagai akibat dari pelanggaran atau kesalahan yang diperbuat, bukan kesalahan yang diperbuat di masa lampau, 2 titik pandang yang berpendirian bahwa hukuman itu adalah titik tolak untuk mengadakan perbaikan”. Selanjutnya prinsip hukuman dijelaskan secara umum, memiliki enam prinsip, diantaranya: 1 tetapkan hukuman bersama-sama, 2 jangan menunda hukuman, 3 berikan hukuman yang sesuai dan tidak berlebihan, 4 perhatikan batas waktunya, 5 tunjukan akibat alaminya, seperti anak dibiarkan untuk menerima akibat dari perbuatannya, 6 berikan penghargaan atas usahanya ” 61 . Menurut Ngalim Purwanto, prinsip hukuman diantaranya: 1 tiap-tiap hukuam hendaknya dapat dipertanggungjawabkan, 2 hukuman haruslah bersikap memperbaiki, 3 hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam, 4 jangan menghukum saat ada tengah marah, 5 setiap hukuman harus diberikan secara sadar atau dipertimbangkan terlebih dahulu, 6 bagi si terhukum, hukuman hendaknya dapat dirasakan sebagai pelajaran yang berharga, 7 jangan melakukan hukuman fisik, 8 hubungan hendaknya tidak boleh 61 . Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, Jogjakarta: DIVA Press, 2012 h: 22- 24 menceredai hubungan antara si pemberi hukuman dan yang terhukum, 9 adanya kesanggupan memberikan maaf kepada si penerima hukuman. 62 Melalui penjelasan di atas, hukuman adalah alat pendidikan yang mudah serta positif untuk diikuti, prinsip-prinsip tersebut ada untuk diikuti dan diaplikasikan secepat mungkin di berbagai ranah kehidupan. Selanjutnya, Yanuar A berpendapat bahwa, “dalam menjatuhkan hukuman, guru atau orang tua selalu dituntut untuk berfikir secara serius dan cerdas, sehingga bisa benar-benar mampu memberikan hukuman yang efektif dan tepat kepada anak, disertai dengan pujian atau pelukan ketika anak telah mampu berprilaku dengan baik atau mencapai target perilaku yang diharapkan”. 63 Karangan serta buku yang sama, Yanuar A mengungkapkan bahwa ada 18 trik menghukum anak diantaranya: 1 bersikap tegas, 2 jangan plinplan, 3 kompromi, 4 berikan bimbingan, 5 berikan peringatan, 6 berikan alasan, 7 jangan menunda-nunda hukuman, 8 tetaplah tenang, 9 ambil posisi yang tepat, 10 jangan berceramah, 11 tunjukan sikap positif, 12 bermainlah bersama, 13 hindari rasa jengkel, 14 jangan menampar, 15 jangan lakukan penyuapan, 16 bersikaplah dewasa, 17 hadapi rengekan, 18 berikan contoh yang baik. 64 Tujuan menghukum anak adalah agar ia menyadari kesalahannya serta tidak mengulagi kesalahan yang serupa di kemudian hari. Pemberian hukuman lebih ditekankan pada sisi edukatif guna membentuk pribadi anak yang selalu bertanggung jawab atas setiap perbuatannya, berikut ini Yanuar A mengungkapkan dua puluh dua ragam hukuman edukatif untuk anak, diantaranya: 1 memperlihatkan wajah masam untuk anak, 2 memberikan Time-Out untuk anak, 3 memberi anak tugas bersih-bersih, 4 menyuruh anak meminta maaf kepada orang yang bersangkutan, 5 menyuruh anak belajar, 6 menyuruh anak mengerjakan PR, 7 menyuruh anak membantu pekerjaan anda, 8 menyuruh anda berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya, 9 menyuruh anak membaca buku, 10 menyuruh anak menceritakan isi bacaan, 11 menyuruh anak menghafal, 62 . M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006 63 . Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, Jogjakarta: DIVA Press, 2012 h: 23-24 64 . Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, Jogjakarta: DIVA Press, 2012 h: 97-106 12 menyuruh anak menulis, 13 menyuruh anak menggambar, 14 menyuruh anak bernyanyi, 15 menyuruh anak bercerita tentang pengalamanannya. 16 menyuruh anak menyatakan, “aku sayang ayah ibu”, 17 menyuruh anak menuliskan hobi dan cita-citanya, 18 menyuruh anak membuat rangkuman tugas-tugas sekolah, 19 menyuruh anak mencatat hal-hal penting dari koran atau menyusunnya menjadi sebuah kliping, 20 menyuruh anak menerjemahkan, 21 mengurangi uang saku anak, 22 memotong jam menonton televisi. 65 Rreward dan punishment adalah salah satu dari banyaknya alat pengontrol bagi sikap anak. Harapan akhirnya, anak tumbuh menjadi anak yang baik penyesuaiannya dan bahagia hidupnya. 65 . Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, Jogjakarta: DIVA Press, 2012 h: 111-174 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 21 hari, sesuai dengan “pembiasaan” yang dilakukan Pavlov dalam bukunya yang berjudul “Conditioned Reflexes: An Investigation of the Physiological Activity of the Cerebral Cortex”, perlakuan yang terus menerus dilakukan selama 21 hari mampu mengantarkan fikiran untuk terbiasa melakukan hal tersebut, terbukti dengan perlakuan kepada seekor anjing yang menyatakan bahwa “ini berarti 21 kali anjing tersebut diberikan perlakuan yang sama, anjing itu mengeluarkan air liurnya pada waktu dan suara lonceng yang sama” 1 . Penelitian ini dilaksanakan di bulan April Semester genap tahun pelajaran 2011-2012, adapun lokasi yang peneliti lakukan sebagai tempat penelitian adalah di SD Hikari yang beralamat di Kp. Koceak Ds. Keranggan Kec. Setu Tangerang Selatan Banten.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen bentuk pre-eksperimental designs nondesigns. Dikatakan pre- eksperimental design, karena design ini belum merupakan eksperimen yang sungguh-sungguh. Ada variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. 2 Bentuk pre-eksperimental design memiliki beberapa macam. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian yang digunakan adalah bentuk One-Shot Case Study, dengan desain penelitian ini kelompok akan diberikan 1 Pavlov, Conditioned Reflexes: An Investigation of the Physiological Activity of the Cerebral Cortex ”, Psychclassics,yorku.ca Pavlov. 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RD, Bandung: Alfabeta, 2007, h. 107 treatment atau perlakuan reward dan check list reflektif selama 21 hari kemudian diobservasi sikap kedisiplinannya. Dalam design ini kelompok eksperimen sebelumnya tidak diberikan pretest, proses pembelajaranpun berjalan seperti biasanya, hanya saja peserta didik harus mematuhi peraturan yang tertera pada lembar checklist reflektif. Lembar checklist reflektif selalu diamati setiap hari. Hal ini dilakukan karna dua alasan, pertama subyek yang diteliti adalah peserta didik kelas 1 SD yang pola pemahamannya masih dilakukan dengan cara yang nyata dan alasan yang ke dua adalah untuk mengurangi resiko ketidak akuratan lembar checklist tersebut. Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, yaitu tekhnik reward melalui checklist reflektif sebagai variabel yang menjadi sebab perubahan variabel X dan sikap kedisiplinan peserta didik kelas 1 SD sebagai variabel yang menjadi akibat dari variabel sebab variabel O. Adapun desain penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Desain penelitian dalam One-Shot Case Study 3 X : treatment yang diberikan variabel bebas O 1 : variabel terikat Sikap kedisiplinan ketika proses 21 hari O 2 : Sikap Kedisiplinan selama 6 hari pasca reward dan checklist reflektif di hentikan Hasil akhir dari penelitian ini adalah melihat sikap kedisiplinan siswa setelah adanya treatment atau perlakuan yang diberikan selama 21 hari 4 . Adapun indikator kedisiplinan pada peserta didik adalah: 5 3 Ibid., h. 107 4 Pavlov, Conditioned Reflexes: An Investigation of the Physiological Activity of the Cerebral Cortex ”, Psychclassics,yorku.ca Pavlov. 5 Dalam buku bahan pelatihan yang diterbitkan oleh: KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa X O1 - O2 1. Datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya, 2. Melaksanakan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya, 3. Duduk pada tempat yang telah ditetapkan, 4. Menaati peraturan sekolah dan kelas, 5. Berpakaian rapih dan, 6. Mematuhi aturan permainan. Karena menyesuaikan dengan karakteristik sekolah tempat penelitian, maka indikator disederhanakan menjadi 3 indikator pokok yaitu: 1. Ketepatan waktu, 2. Menaati peraturan, 3.kerapihan berbusana.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitan. 6 Maksudnya adalah hal yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: Tabel 3.2 Variabel Penelitian Variabel X Variabel O 5 Indikator Kedisiplinan dan Reward melalui Checklist Reflektif Sikap Kedisiplinan Siswa

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 7 Dengan kata lain populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian, yang kemudian akan diambil 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, Cet ke-14, h. 161 7 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RD, Bandung: Alfabeta, 2007, h. 124 sampel untuk melakukan penelitian dan sampel yang baik merupakan sampel yang bersifat representatif terhadap populasinya. 8 Populasi pada penelitian ini adalah semua peserta didik kelas 1 SD yaitu sebanyak 32 orang. Karena jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka keseluruhan populasi dijadikan sebagai subyek penelitian, maka dari itu penelitian ini adalah penelitian populasi. 9

E. I

nstrumen Pengumpul Data Instrumen penelitian diartikan sebagai alat yang dapat menunjang sejumlah data dan diperkirakan dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: instrument observasi berupa angket checklish reflektif, anecdotal record, wawancara, serta catatan guru dan siswa yang dalam penyusunannya menggunakan beberapa prosedur yang telah ditetapkan, yaitu: penyusunan kisi-kisi, konsultasi kepada dosen pembimbing, validasi instrumen dan uji coba instrument. Lebih lanjut lagi, dalam pembuatan indikator, ada aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator, aspek bahasa, dan aspek materi. Instrument yang disusunpun meliputi soal-soal yang sesuai dengan aspek affective domain perkembangan kedisiplinan siswa kelas 1 SD Taksonomi Bloom yaitu: 10 1. Recesiving Pada tingkatan ini, peserta didik diajak untuk memilih. Mana yang akan mereka ambil “mematuhi tata tertib sebagai hasil kedisiplinan atau melanggar tata tertib” pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Peserta didik mengungkapkan pendapatnya mengenai proses pembelajaran tersebut. Selanjutnya peserta didik mengikuti secara baik peraturan yang telah ditetapkan oleh guru, diantaranya: datang kesekolah dan masuk kelas pada waktunya, melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya, duduk pada tempat 8 Ibid., h. 118 9 Loc , Cit... Suharsimi 10 Suharsimi Arikunto. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta: PT. Bumi Aksara 2009 cet: 10. h: 138

Dokumen yang terkait

Pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan

0 9 106

Penegakan disiplin siswa di SMP Al-Amanah Setu Tangerang Selatan

1 17 106

Minat siswa terhadap pembelajaran bahasa indonesia kelas viii di SMP Al Amanah Desa Bakti Jaya Kecamatan Setu Tangerang Selatan Banten tahun pelajaran 2014/2015

0 15 130

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DENGAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG

0 128 293

Pengaruh Reward And Punishment terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas Tinggi SD Negeri 3 Pandean Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015

0 2 10

Pengaruh Reward and Punishment terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas Tinggi SD Negeri 3 Pandean Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015

0 3 10

PENGARUH REWARD AND PUNISHMENT TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 3 PANDEAN KECAMATAN Pengaruh Reward And Punishment Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas Tinggi SD Negeri 3 Pandean Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015

1 2 15

PENGARUH REWARD AND PUNISHMENT TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 3 PANDEAN KECAMATAN Pengaruh Reward And Punishment Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas Tinggi SD Negeri 3 Pandean Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015

0 3 12

Peningkatan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif bagi siswa kelas III reflektif di SD Kanisius Kintelan.

7 53 249

LPSE Kota Tangerang Selatan setu

0 0 2