Pentingnya Disiplin Hakikat disiplin dalam pendidikan
tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan oleh orang tua, guru, atau teman- teman bermainnya. Tujuannya ialah membekali anak dengan pedoman prilaku
yang disetujui dan tidak di setujui dalam situasi tertentu. Tentu saja dengan adanya peraturan yang jelas maka anak akan memahami dengan baik mengapa
peraturan tersebut harus diikuti dan tidak diikuti, peraturan tersebut membantu anak bersikap tegas atas pembentukan karakternya.
Peraturan sendiri memiliki dua fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi manusia yang bermoral. 1 peraturan mempunyai nilai pendidikan,
sebab peraturan memperkenalkan pada prilaku anak yang disetujui oleh anggota kelompok tersebut. 2 peraturan membantu mengengkang perilaku yang tidak
diinginkan. Jika seorang anak dihukum ketika melakukan kesalahan, maka anak tersebut belajar tentang perilaku yang ia lakukan tidak diterima oleh masyarakat
atau golongan tertentu. Dan alhasil anak akan jera untuk melakukan kesalahan yang sama.
2. Hukuman untuk pelanggaran peraturan Pokok kedua disiplin adalah hukuman, hukuman berasal dari bahasa latin
punire dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan, atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, bahwa hukuman ini akan mendidik anak mempelajari hal- hal yang baik untuk dirinya, jika sebuah hukuman secara jelas di terapkan maka
dipastikan seorang anak tidak akan melakukan hal yang salah tersebut, sehingga hasil akhirnya, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tegas.
Fungsi hukuman memiliki tiga peran penting yaitu: 1 hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh
masyarakat. 2 hukuman berfungsi sebagai pendidik, sebelum seorang anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar tindakan tertentu benar
dengan tidak dihukumnya mereka, dan tindakan tertentu yang salah dengan dihukumnya mereka. 3 sebagai motivasi untuk menghindari
prilaku yang tidak diterima, pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan yang salah perlu sebagai motivasi untuk meninghindari kesalahan
tersebut.
18
18
Ibid., h.87
Dari ketiga fungsi diatas, jelas bahwa hukuman penting bagi tumbuh kembang psikologi anak. Tentu saja dengan di dasari pemberian hukuman yang
mendidik tidak ke fisik dan hukuman yang bermakna mengajarkan seorang anak untuk memahami mengapa mereka dihukum. Selanjutnya, hukuman akan
dibahas pada bab punishment. 3. Penghargaan untuk prilaku yang baik.
Pokok ketiga dari disiplin ialah penggunaan penghargaan. Istilah “penghargaan” berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik.
Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman atau tepukkan dipunggung.
Penghargaan memiliki tiga peranan penting: 1 penghargaan mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan disetujui maka tindakan
itu bernilai baik. 2 penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi prilaku yang disetujui secara sosial. Dan yamg 3
penghargaan berfungsi sebagai memperkuat prilaku yang disetujui secara sosial. Dan lemahnya penghargaan melemahkan keinginan untuk
mengulangi perilaku ini. Selanjutnya penghargaan akan dijelaskan lebih jauh di bab reward.
19
4. Konsistensi Konsistensi adalah pokok keempat, konsistensi berarti tingkat keseragaman
atau stabilitas. Ia tidak sama dengan ketetapan, yang berarti tidak adanya perubahan. Dalam pembahasan tentang konsistensi, Hurlock menjelaskan bahwa,
konsistensi mempunyai tiga peran penting, diantaranya: 1 ia mempunyai nilai mendidik yang besar. 2 konsiten memiliki nilai motivasi yang kuat. 3
konsistensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang berkuasa.
20
Selanjutnya, pembahasan yang sama mengenai konsisten menerangkan bahwa, konsisten akan membuat anak tidak bingung terhadap apa yang
diharapkan dari mereka. Konsisten dalam disiplin memegang tiga peran penting: “pertama, mendidik. Aturan yang konsisten mempercepat anak mempelajari
aturan. Kedua, konsistensi dapat meningkatkan motivasi. Anak yang selalu
19
Ibid., h.90
20
Ibid., h.91
mendapatkan ganjaran setiap menunjukan tingkah laku tersebut akan termotivasi untuk mempertahankan tingkah laku tersebut. ketiga, konsistensi membuat anak
menghargai aturan dan figur otoritas ”.
21
Konsistensi mempunyai beberapa nilai penting. Ia memacu proses belajar dengan membantu anak mempelajari peraturan dan menggabungkan peraturan
tersebut kedalam suatu kode moral. Hasilnya, anak-anak yang terus menerus diberikan pendidikan moral secara konsisten cenderung secara keseluruhan
menjadi lebih matang secara moral dibandingkan teman sebayanya yang diberikan pendidikan moral yang tidak konsisten. “Pengetahuan bahwa disiplin yang
diterima di rumah dan di sekolah konsisten, akan menciptaka dalam diri anak rasa hormat terhadap orang tua dan guru”.
Selanjutnya, Soegeng Prijodarminto, sebagaimana dikutip oleh Dr.Soedijarto dalam bukunya, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu,
mengatakan bahwa “kuat tidaknya disiplin diri seseorang akan dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dalam melatih dan mempribadikan disiplin kedalam
dirinya.” Seorang anak yang menginjak dewasa akan memiliki disiplin pribadi yang kuat apabila dalam proses perkembangannya memperoleh pengalaman yang
positif dari usanya melaksanakan disiplin, tetapi sebaliknya akan goyah kalau dalam perjalan menuju kedewasaan mengalami kekecewaan dalam mencoba
berdisiplin.
22
Disiplin tidak akan terbentuk dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan proses untuk menumbuhkanya. Oleh karena itu, disiplin harus dimulai dan
dibiasakan dengan melakuknya secara berulang-ulang atau terus menerus sehingga menjadi kebiasaan yang pada akhirnya akan menjadi kepribadian.
Seperti telah dijelaskan oleh teori belajar behaviorisme, Mengenai pembiasaan yang membutuhkan kontinuitas, mendapatkan penjelasan yang sama
oleh John B.Watson yang menyatakan bahwa, “yang terpenting dalam belajar
21
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak, pada bab perkembangan sosial anak Jakarta:gaya favorit Press h. 40
22
Soedijarto, Menuju Pendidikan yang Relefan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka, 1989, h. 165