18
didik. Metode disini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun, dan menyajikan materi pendidikan Islam, agar materi
pendidikan Islam tersebut dapat dengan mudah diterima dan miliki oleh anak didik.
26
e. Evaluasi
Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik.tujuan pendidikan Islam
umumnya tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melalui proses atau tahapan tertentu. Apabila tujuan pada tahap atau fase ini telah
tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya dan berakhir dengan terbentuknya kepribadian
muslim.
27
Demikian telah
dijabarkan tentang
komponen pembelajaran, kelima komponen tersebut saling berkaitan dan
mempengaruhi dalam proses pembelajaran, jika ada satu dari kelima komponen tidak ada atau tidak optimal maka dalam proses
pembelajaranpun tidak akan menghasilkan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Pengertian akhalak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun
agama.Secara linguistic kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan
kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jamak dari
26
Ibid, h. 15
27
Ibid
19
kata khulqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan diatas.
28
Pemakaian kata akhlak atau khulq kedua-duanya dijumpai baik dalam al-
Qur’an maupun al-Hadits, sebagai berikut:
“Dan Sesungguhnya kamu Muhammad benar-benar berbudi pekerti yang
agung”.Q.S. al-Qalam : 4
29
“ agama kami Ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu”. Q.S. al-Syu’ara: 137
30
“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang sempurna budi pekertinya”. H.R Turmuzi.
31
“Bahwasahnya akudiutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti”. H.R Ahmad.
32
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, dapat merujuk kepada para pakar dibidang ini, sebagai berikut:
a. Menurut Ibnu miskawaih akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan.
28
Moh. Ardani, Akhlak-Tasawuf Nilai-nilai Akhlak Budi Pekerti dalam Ibadat Tasawuf, Jakarta: CV Karya Mulia, 2005, h. 25.
29
Al- Qur’an dan Terjemahnya,Jakarta: al-Huda, 2005, h. 565.
30
Al- Qur’an dan Terjemahnya,Jakarta: al-Huda, 2005, h. 374.
31
Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Nabi Muhammad, Jakarta: Gema Insani Press, 1994, Cet. VIII, h.262.
32
Ibid
20
b. Menurut al-Ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
c. Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik
atau buruk,
tanpa membutuhkan
pemikiran dan
pertimbangan.
33
Dari beberapa definisi akhlak diatas, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah suatu perbuatan yang timbul tanpa memerlukan
pemikiran karena sudah tertanam dalam hati atau suatu perbuatan yang reflek yang sudah terbiasa dilakukan sehingga dalam melaksanakannya
tidak memerlukan
memikiran yang
panjang karena
sudah terbiasa.Akhalk adalah cerminan dari hati.
Keseluruhan dari definisi akhlak tersebut diatas tampak tidak ada yang bertentangan, memiliki kemiripan antara satu dengan lainnya.
Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling melengkapi, dan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri
perbuatan akhlak adalah sebagai berikut: 1
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
mudahdan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan
tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Pada saat yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat akal
pikirannya dan sadar. 3
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari kalam diri dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atu
tekanan dari luar.
33
Ibid, h. 3-4.