13
pengaturan. Kalimat itu akan baik jika diubah menjadi predikat yang nominal, sebagai berikut.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
c. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalmat.
21
Inti pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat gagasan utama haruslah dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan.
22
Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain.
Penekanan juga dapat dimunculkan dari bagian yang terpenting dalam kalimat dengan menempatkan bagian tersebut pada awal atau akhir kalimat. Ada berbagai
cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat. 1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat di awal
kalimat. Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. Penekanannya ialah harapan presiden.
2. Membuat urutan kata yang bertahap. Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak yatim.
Seharusnya: Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak yatim.
3. Melakukan pengulangan kata repetisi. Contoh:
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mreka.
21
Arifin dan Amran Tasai, op. Cit., hlm. 100.
22
Keraf, op. Cit., hlm. 41.
14
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh:
Anak itu tidak bodoh dan malas, tetapi pintar dan rajin. 5. Mempergunakan partikel penekanan penegasan.
Contoh: Saudaralah yang harus bertanggung jawab.
d. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
23
Kalimat efektif harus memperhatikan kehematan kata yang digunakan, sehingga tidak ada kata yang
mubajir atau tidak terpakai. Ada beberpa kriteria yang perlu diperhatikan. 1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh: Jika penumpang berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat.
Seharusnya: Jika berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat.
2. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponim kata. Contoh:
Ia memakai baju warna merah. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi: Ia memakai baju merah.
Di mana engkau menangkap pipit itu? 3. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Kata naik bersinonim dengan ke atas. Contoh:
Mereka naik ke atas menggunakan tangga. Seharusnya:
Mereka naik menggunakan tangga. 4. tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
23
Arifin dan Amran Tasai, op. Cit., hlm. 101.
15
Contoh: Para tamu-tamu itu sudah berdatangan.
Seharusnya: Para tamu itu sudah berdatangan.
e. Kecermatan
Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi.
24
Kecermatan sangat diperlukan dalam membuat suatu kalimat, dengan cara menyusun kalimat dengan penuh kehati-hatian, sehingga hasilnya ttidak akan
menimbulkan tafsir ganda. Contoh:
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. Kalimat a memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal,
mahasiswa atauperguruan tinggi. b. Yang diceritakan menceritakan tentang putri-putri raja, para
hulubalang, danpara menteri. Kalimat b salah pilihan katanya karena kedua kata yang bertentangan,
yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi: Yang diceritakan ialah putri-putri raja, para hulubalang, dan perdana
menteri.
f. Kepaduan
Kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
25
Kepaduan koherensi adalah hubungan yang padu koheren antar unsur kalimat.
26
Kepaduan antarunsur kalimat jelas sekali akan sangat berpengaruh terhadap makna atau maksud sebuah
kalimat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kalimat efektif itu salah satunya harus memenuhi kepaduan bentuk dan kepaduan makna. Sebuah kalimat
akan dikatakan padu apabila tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
Contoh:
24
Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010, hlm.144.
25
Arifin dan Amran Tasai, op. Cit., hlm. 103.
26
Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, op. Cit., hlm. 75.