keharmonisan atau ketepatan, e gerakan keterampilan kompleks, dan f gerakan ekspresif dan interpretatif.
5
Proses belajar ini terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Kemudian belajar merupakan perubahan tingkah laku yang
disengaja pada diri seseorang yang disebabkan oleh adanya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Belajar merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Apabila proses belajar itu
diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dari aspek
pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Belajar yang berhasil adalah jika terjadi suatu perubahan yang optimal dari tingkah laku dalam bentuk prestasi belajar
yang meliputi penguasaan, penggunaan, penilaian, dan keterampilan seseorang akan belajar jika tingkah lakunya telah berubah, sebagai akibat dari
pengalamannya. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat relatif tetap dan bukan secara kebetulan atau karena pengaruh keadaan sekitarnya.
Belajar biologi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mengungkap rahasia alam yang berkaitan dengan makhluk hidup. Dengan demikian hasil
belajar dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku yang disengaja, berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam mengungkap rahasia-rahasia alam
yang berkaitan dengan makhluk hidup. Hasil belajar tersebut dapat digunakan untuk membuat suatu kesimpulan tentang aspek-aspek tertentu dari suatu
kepribadian seperti sikap, bakat, prestasi akademik dan sebagainya.
6
2. Nilai-nilai Imtaq
Pendidikan bersifat futuristik. Orientasi pendidikan adalah kehidupan pada masa yang akan datang. Tidak ada orang yang sekarang demi untuk masa yang
sudah lewat. Melalui pendidikan formal sekolah dengan berbagai disiplin ilmunya yang sebagai pelaksananya adalah guru, diharapkan dapat mewujudkan
5
Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :Remaja Rosdakarya, 1989.
6
Eva Kurniawati, loc. cit
tujuan pendidikan nasional tersebut. Guru sebagai pendidik dituntut untuk menanamkan sikap dan nilai yang bersumber dari ajaran-ajaran agama melalui
kegiatan belajar mengajar pada setiap pokok bahasan yang diajarkannya. Guru sebagai pendidik dan pengajar harus memiliki wawasan yang luas baik terhadap
materi mata pelajaran yang diasuhnya maupun materi keagamaannya. Sedangkan guru sebagai pelatih dituntut mampu memberikan keterampilan kepada siswa
dalam menerapkan pengetahuan yang dimilikinya Depdikbud, 1991.
7
Banyak pakar telah mengembangkan berbagai pendekatan pendidikan nilai. Berbagai
pendekatan di antaranya pendekatan penanaman nilai yang di dalamnya terdapat pelaksanaan pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Pendekatan penanaman nilai mungkin tidak sesuai dengan alam pendidikan barat yang sangat
menjunjung tinggi kebebasan individu. Namun demikian, seperti dijelaskan oleh Superka 1976 disadari atau tidak pendekatan ini digunakan secara meluas dalam
berbagai masyarakat, teruatamanya dalam penanaman nilai-nilai agama dan nilai- nilai budaya. Bagi penganut-penganutnya, agama merupakan ajaran yang memuat
nilai-nilai ideal yang bersifat global dan kebenarannya bersifat mutlak. Oleh karena itu, proses pendidikannya harus bertitik tolak dari ajaran atau nilai-nilai
tersebut. Seperti dipahami bahwa dalam banyak hal batas-batas kebenaran dalam ajaran agama sudah jelas, pasti, dan harus diimani. Keimanan merupakan dasar
penting dalam pendidikan agama.
8
Kata nilai yang berasal dari kata value, berasal dari bahasa valere atau bahasa perancis kuno valoir Encyclopedia of Real Estate Terms, 2002. Sebatas
arti denotifnya, nilai dapat dimaknai sebagai harga. Menurut Mulyana, Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Rujukan itu dapat
7
Ida Bagus Putu Arnyana. Upaya Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan Imtaq Melalui Pengajaran Biologi Pokok Bahasan Pelestarian Lingkungan Pada Siswa Sekolah Menengah.
Aneka Widya STKIP Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXIII September 2000.
8
Teuku Ramli Zakaria. Pendekatan-pendekatan Nilai dan Implementasi dalam PendidikanBudi Pekerti. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 026, Tahun Ke-6, Oktober 2000.
berupa norma, etika, peraturan undang-undang, adat istiadat, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang.
9
Nilai menurut Manan adalah serangkaian sikap yang menimbulkan atau menyebabkan pertimbangan yang harus dibuat untuk menghasilkan suatu standar
atau serangkaian prinsip dan aktivitas yang dapat diukur.
10
Kemudian keimanan dan ketaqwaan selanjutnya disebut Imtaq merupakan salah satu ciri manusia
Indonesia seutuhnya yang hendak dicapai melalui sistem pendidikan nasional sebagaimana dinyatakan dalam GBHN dan UU No. 202003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
11
Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan Imtaq terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan amanat UUD 1945 amandemen Pasal 31 ayat
3 yaitu ”Tujuan Pendidikan Nasional meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” dan secara tegas dalam UU
Nomor 20 Tahun 2003 bahwa peningkatan Imtaq merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional, yaitu ”mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan warga warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Dalam tujuan pendidikan nasional tersebut, dimensi Imtaq merupakan
bagian yang terpadu dari tujuan pendidikan nasional. Hal ini mengimplikasikan bahwa pembinaan Imtaq bukan hanya tugas dari bidang kegiatan atau bidang
kajian tertentu secara terpisah, melainkan tugas pendidikan secara keseluruhan sebagai suatu sistem. Artinya, sistem pendidikan nasional dan seluruh upaya
pendidikan sebagai suatu sistem yang terpadu harus secara sistematis diarahkan untuk menghasilkan manusia yang utuh, yang salah satu cirinya adalah manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
12
9
Indra Yenita. Kontruktivisme dalam PembelajaranBahasa Inggris dengan Pengintegrasian Bahasa Inggris dengan Pengintegrasian Nilai Imtaq pada SMP Negeri 1x Koto kelas II. Jurnal
Guru, No. 2 Vol. 2 Desember 2005.
10
Mega Iswari. Pendidikan Nilai untuk Mempersiapkan Anak Menghadapi Era-Globalisasi. Jurnal
Ilmu Pendidikan, vol. 1-5 2, 1-2 2001-2004.
11
Dedi Supriadi. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 2005
12
Ibid, hal. 122
Selanjutnya dalam Visi Depdiknas yang tertuang dalam Rencana Strategis Depdiknas 2005–2009 disebutkan “Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif Insan
KamilInsan Paripurna”. Untuk mencapai visi tersebut Depdiknas telah merumuskan misi ”mewujudkan pendidikan yang mampu membangun insan
Indonesia cerdas komprehensif dan kompetitif dengan melaksanakan misi pendidikan nasional”. Dalam pengertian ini yang menjadi core inti tujuan
pendidikan nasional adalah manusia yang beriman dan bertaqwa. Pembelajaran sains bernuansa Imtaq dapat diberikan secara eksplisit
ataupun implisit. Pembelajaran sains bernuansa Imtaq secara eksplisit adalah mempelajari sains dengan sistem nilai dan moralnya dikaitkan dengan dalil-dalil
ajaran agama, seperti dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits yang relevan untuk melegitimasinya. Pemberian nuansa Imtaq secara eksplisit
dilakukan di sekolah-sekolah yang bersifat homogen, seperti madrasah-madrasah, sehingga dapat menambah keyakinan dan keimanan terhadap ajaran agamanya,
serta lebih meyakini kebenaran ilmu yang dipelajarinya. Bertambahnya pemahaman dan penghayatan seseorang terhadap sistem nilai dan moral dari
materi pelajaran sains, serta akhirnya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang senantiasa ingat adanya Allah, dalam
kehidupannya akan terjaga dari perbuatan nista atau terhindar dari perbuatan yang dimurkai oleh Allah, karena ia meyakini bahwa siksa Allah adalah sangat pedih.
Dengan demikian pembelajaran sains bernuansa Imtaq diharapkan dapat menghasilkan generasi yang memiliki wawasan Iptek dan menghayati akan nilai-
nilai dan moral yang dikandung oleh setiap bahan ajarnya.
13
Keberhasilan siswa yang meningkat sangat dipengaruhi oleh kondisi internal siswa maupun faktor eksternal siswa. Salah satu faktor eksternal yang ikut
berpengaruh atas keberhasilan siswa dalam memahami suatu topik pembelajaran yang berasal dari guru adalah kemampuan guru dalam memilih metode dan
pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga nilai-nilai imtaq bisa mewarnai pembelajaran tersebut.
13
Suroso Adi Yudianto. Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Bandung : Mughni Sejahtera, 2005.
Upaya peningkatan Imtaq siswa tidak hanya merupakan tugas guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam PAI semata-mata, melainkan juga menjadi
tugas guru lain serta seluruh warga sekolah lainnya. Bahkan menjadi tanggung jawab bersama semua pihak yang terkait. Salah satu cara yang dapat ditempuh
adalah mengintegrasikan nilai-nilai Imtaq ke dalam materi pelajaran yang akan diajarkan oleh pendidik. Kandungan nilai-nilai Imtaq dalam semua mata pelajaran
juga harus diajarkan kepada para siswa, bukan hanya sampai kepada aspek pengetahuan dan keterampilannya.
14
Untuk ini diperlukan upaya peningkatan kompetensi guru, bukan saja dalam hal penguasaan materi pelajaran, tetapi juga
penerapan Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat STM berbasis Imtaq yang terdapat
dalam mata pelajaran Biologi.
3. Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.