Nilai-nilai Imtaq Kajian Teori 1. Hakekat belajar dan Hasil Belajar

keharmonisan atau ketepatan, e gerakan keterampilan kompleks, dan f gerakan ekspresif dan interpretatif. 5 Proses belajar ini terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Kemudian belajar merupakan perubahan tingkah laku yang disengaja pada diri seseorang yang disebabkan oleh adanya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Belajar merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dari aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Belajar yang berhasil adalah jika terjadi suatu perubahan yang optimal dari tingkah laku dalam bentuk prestasi belajar yang meliputi penguasaan, penggunaan, penilaian, dan keterampilan seseorang akan belajar jika tingkah lakunya telah berubah, sebagai akibat dari pengalamannya. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat relatif tetap dan bukan secara kebetulan atau karena pengaruh keadaan sekitarnya. Belajar biologi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mengungkap rahasia alam yang berkaitan dengan makhluk hidup. Dengan demikian hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku yang disengaja, berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam mengungkap rahasia-rahasia alam yang berkaitan dengan makhluk hidup. Hasil belajar tersebut dapat digunakan untuk membuat suatu kesimpulan tentang aspek-aspek tertentu dari suatu kepribadian seperti sikap, bakat, prestasi akademik dan sebagainya. 6

2. Nilai-nilai Imtaq

Pendidikan bersifat futuristik. Orientasi pendidikan adalah kehidupan pada masa yang akan datang. Tidak ada orang yang sekarang demi untuk masa yang sudah lewat. Melalui pendidikan formal sekolah dengan berbagai disiplin ilmunya yang sebagai pelaksananya adalah guru, diharapkan dapat mewujudkan 5 Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :Remaja Rosdakarya, 1989. 6 Eva Kurniawati, loc. cit tujuan pendidikan nasional tersebut. Guru sebagai pendidik dituntut untuk menanamkan sikap dan nilai yang bersumber dari ajaran-ajaran agama melalui kegiatan belajar mengajar pada setiap pokok bahasan yang diajarkannya. Guru sebagai pendidik dan pengajar harus memiliki wawasan yang luas baik terhadap materi mata pelajaran yang diasuhnya maupun materi keagamaannya. Sedangkan guru sebagai pelatih dituntut mampu memberikan keterampilan kepada siswa dalam menerapkan pengetahuan yang dimilikinya Depdikbud, 1991. 7 Banyak pakar telah mengembangkan berbagai pendekatan pendidikan nilai. Berbagai pendekatan di antaranya pendekatan penanaman nilai yang di dalamnya terdapat pelaksanaan pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Pendekatan penanaman nilai mungkin tidak sesuai dengan alam pendidikan barat yang sangat menjunjung tinggi kebebasan individu. Namun demikian, seperti dijelaskan oleh Superka 1976 disadari atau tidak pendekatan ini digunakan secara meluas dalam berbagai masyarakat, teruatamanya dalam penanaman nilai-nilai agama dan nilai- nilai budaya. Bagi penganut-penganutnya, agama merupakan ajaran yang memuat nilai-nilai ideal yang bersifat global dan kebenarannya bersifat mutlak. Oleh karena itu, proses pendidikannya harus bertitik tolak dari ajaran atau nilai-nilai tersebut. Seperti dipahami bahwa dalam banyak hal batas-batas kebenaran dalam ajaran agama sudah jelas, pasti, dan harus diimani. Keimanan merupakan dasar penting dalam pendidikan agama. 8 Kata nilai yang berasal dari kata value, berasal dari bahasa valere atau bahasa perancis kuno valoir Encyclopedia of Real Estate Terms, 2002. Sebatas arti denotifnya, nilai dapat dimaknai sebagai harga. Menurut Mulyana, Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Rujukan itu dapat 7 Ida Bagus Putu Arnyana. Upaya Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan Imtaq Melalui Pengajaran Biologi Pokok Bahasan Pelestarian Lingkungan Pada Siswa Sekolah Menengah. Aneka Widya STKIP Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXIII September 2000. 8 Teuku Ramli Zakaria. Pendekatan-pendekatan Nilai dan Implementasi dalam PendidikanBudi Pekerti. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 026, Tahun Ke-6, Oktober 2000. berupa norma, etika, peraturan undang-undang, adat istiadat, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang. 9 Nilai menurut Manan adalah serangkaian sikap yang menimbulkan atau menyebabkan pertimbangan yang harus dibuat untuk menghasilkan suatu standar atau serangkaian prinsip dan aktivitas yang dapat diukur. 10 Kemudian keimanan dan ketaqwaan selanjutnya disebut Imtaq merupakan salah satu ciri manusia Indonesia seutuhnya yang hendak dicapai melalui sistem pendidikan nasional sebagaimana dinyatakan dalam GBHN dan UU No. 202003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 11 Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan Imtaq terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan amanat UUD 1945 amandemen Pasal 31 ayat 3 yaitu ”Tujuan Pendidikan Nasional meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” dan secara tegas dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 bahwa peningkatan Imtaq merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional, yaitu ”mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan warga warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam tujuan pendidikan nasional tersebut, dimensi Imtaq merupakan bagian yang terpadu dari tujuan pendidikan nasional. Hal ini mengimplikasikan bahwa pembinaan Imtaq bukan hanya tugas dari bidang kegiatan atau bidang kajian tertentu secara terpisah, melainkan tugas pendidikan secara keseluruhan sebagai suatu sistem. Artinya, sistem pendidikan nasional dan seluruh upaya pendidikan sebagai suatu sistem yang terpadu harus secara sistematis diarahkan untuk menghasilkan manusia yang utuh, yang salah satu cirinya adalah manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 12 9 Indra Yenita. Kontruktivisme dalam PembelajaranBahasa Inggris dengan Pengintegrasian Bahasa Inggris dengan Pengintegrasian Nilai Imtaq pada SMP Negeri 1x Koto kelas II. Jurnal Guru, No. 2 Vol. 2 Desember 2005. 10 Mega Iswari. Pendidikan Nilai untuk Mempersiapkan Anak Menghadapi Era-Globalisasi. Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 1-5 2, 1-2 2001-2004. 11 Dedi Supriadi. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 2005 12 Ibid, hal. 122 Selanjutnya dalam Visi Depdiknas yang tertuang dalam Rencana Strategis Depdiknas 2005–2009 disebutkan “Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif Insan KamilInsan Paripurna”. Untuk mencapai visi tersebut Depdiknas telah merumuskan misi ”mewujudkan pendidikan yang mampu membangun insan Indonesia cerdas komprehensif dan kompetitif dengan melaksanakan misi pendidikan nasional”. Dalam pengertian ini yang menjadi core inti tujuan pendidikan nasional adalah manusia yang beriman dan bertaqwa. Pembelajaran sains bernuansa Imtaq dapat diberikan secara eksplisit ataupun implisit. Pembelajaran sains bernuansa Imtaq secara eksplisit adalah mempelajari sains dengan sistem nilai dan moralnya dikaitkan dengan dalil-dalil ajaran agama, seperti dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits yang relevan untuk melegitimasinya. Pemberian nuansa Imtaq secara eksplisit dilakukan di sekolah-sekolah yang bersifat homogen, seperti madrasah-madrasah, sehingga dapat menambah keyakinan dan keimanan terhadap ajaran agamanya, serta lebih meyakini kebenaran ilmu yang dipelajarinya. Bertambahnya pemahaman dan penghayatan seseorang terhadap sistem nilai dan moral dari materi pelajaran sains, serta akhirnya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang senantiasa ingat adanya Allah, dalam kehidupannya akan terjaga dari perbuatan nista atau terhindar dari perbuatan yang dimurkai oleh Allah, karena ia meyakini bahwa siksa Allah adalah sangat pedih. Dengan demikian pembelajaran sains bernuansa Imtaq diharapkan dapat menghasilkan generasi yang memiliki wawasan Iptek dan menghayati akan nilai- nilai dan moral yang dikandung oleh setiap bahan ajarnya. 13 Keberhasilan siswa yang meningkat sangat dipengaruhi oleh kondisi internal siswa maupun faktor eksternal siswa. Salah satu faktor eksternal yang ikut berpengaruh atas keberhasilan siswa dalam memahami suatu topik pembelajaran yang berasal dari guru adalah kemampuan guru dalam memilih metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga nilai-nilai imtaq bisa mewarnai pembelajaran tersebut. 13 Suroso Adi Yudianto. Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Bandung : Mughni Sejahtera, 2005. Upaya peningkatan Imtaq siswa tidak hanya merupakan tugas guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam PAI semata-mata, melainkan juga menjadi tugas guru lain serta seluruh warga sekolah lainnya. Bahkan menjadi tanggung jawab bersama semua pihak yang terkait. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah mengintegrasikan nilai-nilai Imtaq ke dalam materi pelajaran yang akan diajarkan oleh pendidik. Kandungan nilai-nilai Imtaq dalam semua mata pelajaran juga harus diajarkan kepada para siswa, bukan hanya sampai kepada aspek pengetahuan dan keterampilannya. 14 Untuk ini diperlukan upaya peningkatan kompetensi guru, bukan saja dalam hal penguasaan materi pelajaran, tetapi juga penerapan Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat STM berbasis Imtaq yang terdapat dalam mata pelajaran Biologi.

3. Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat pada konsep energi bernuansa nilai terhadap hasil belajar siswa

0 9 72

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ENERGI PANAS.

0 3 51

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) PADA SISWA KELAS V Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Dengan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Karangkendal Kecamatan M

0 1 17

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP KEGIATAN EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DI KELAS IV SDN JENGGOT 1 KECAMATAN MEKAR BARU KABUPATEN TANGERANG.

0 0 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERISTIWA ALAM YANG TERJADI DI INDONESIA DI KELAS V SD.

0 0 28

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) PADA KONSEP PERKEMBANGAN TEKNOLOGI:Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri Cipete 2 Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten.

0 0 41

PENGGUNAAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SUMBER DAYA ALAM DAN KEGIATAN EKONOMI DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV.

0 0 46

PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN.

0 0 13

111 Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMPN 3 Mataram

0 0 5

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMPN 3 MATARAM

0 0 10