Hubungan Antara Faktor Pekerjaan Dengan Keluhan Musculoskeletal

121 menimbulkan kelelahan dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas dan efisiensi kerja. Gejala MSDs biasanya sering disertai dengan keluhan subjektif sehingga sulit untuk menentukan derajat keparahan tersebut. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya perlu diperhatikan dalam pengambilan data terkait keluhan MSDs, terutama pada waktu pengambilannya, karena dimungkinkan perbedaan waktu pengambilan data pada pagi, siang dan sore hari mempengaruhi jawaban pekerja. Selain itu jawaban pekerja juga dapat dipengaruhi oleh pekerja yang lain, sehingga pastikan jawaban dan informasi yang didapat bersumber langsung dari pekerja yang bersangkutan serta dapat lebih objektif dalam melakukan penelitian terkait keluhan MSDs.

6.3 Hubungan Antara Faktor Pekerjaan Dengan Keluhan Musculoskeletal

Disorders MSDs Pada penelitian ini cara melihat faktor pekerjaan dengan melakukan pengukuran risiko ergonomi pada pekerjaan dengan menggunakan dua metode yaitu REBA untuk pekerjaan yang dilakukan dengan posisi kerja berdiri dan RULA untuk pekerjaan yang dilakukan dengan posisi kerja duduk. Berdasarkan observasi, para pekerja melakukan beberapa pekerjaan di setiap stasiun. Maka dilakukan pengukuran risiko ergonomi pekerjaan pada setiap pekerjaan. Sehingga dalam setiap pekerjaan pada masing-masing stasiun memiliki nilai risiko atau action level yang berbeda. Nilai risiko atau action level yang diambil dalam penelitian ini adalah nilai risiko atau action level tertinggi yang dilakukan pekerja pada setiap pekerjaan. 122 Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa keluhan MSDs banyak dialami oleh pekerja dengan risiko pekerjaan tinggi dan sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis sebagian besar operator mengalami gangguan MSDs atau mengeluh MSDs dan memiliki risiko perkerjaan tinggi sebesar 93,9 dan operator mengalami gangguan MSDs atau mengeluh MSDs dan memiliki risiko perkerjaan sangat tinggi sebesar 91,7 . Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang kurang signifikan antara faktor pekerjaan dengan keluhan MSDs. Walaupun tidak ada hubungan yang signifikan tetapi jika dilihat dari REBA dan RULA banyak pekerjaan yang memiliki risiko tinggi. Oleh karena itu diperlukan investigasi ulang untuk meninjaui kembali faktor pekerjaan dan dilakukan pengendalian secepatnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soleha 2009 yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara risiko ergonomi pekerjaan dengan keluhan MSDs. Berdasarkan observasi pekerja yang memiliki pekerjaan risiko rendah, juga melakukan pekerjaan dengan risiko tinggi ketika sedang ada rolling atau pertukaran pekerja antar stasiun pada waktu tertentu misalnya ketika ada produk baru yang mengharuskan salah satu pekerja mengikuti training dan pekerjaannya digantikan dengan pekerja lainnya. Hal ini dimungkinkan karena risiko MSDs bersifat akumulatif yang berarti meskipun saat penelitian pekerja melakukan pekerjaan yang berisiko rendah namun jika sebelumnya pekerja pernah melakukan pekerjaan dengan risiko tinggi maka dimungkinkan pekerja tersebut mengalami keluhan MSDs. Selain itu postur tubuh pekerja saat bekerja banyak diantaranya merupakan postur janggal misalnya duduk tanpa sandaran punggung atau pinggang, duduk tanpa tumpuan kaki yang baik ketika sedang bekerja dalam cabin, tangan bagian atas terangkat 123 tanpa dukungan dari alas vertikal seperti bekerja dalam dan dibawah cabin, kepala mendongak, posisi punggung membungkuk dan ke depan, mengangkat dan membawa beban berat dengan cara memanggul tanpa alat bantu. Menurut ILO 1998 semua posisi tersebut merupakan posisi janggal yang dapat menyebabkan MSDs. Namun tidak semua posisi tersebut dapat diambil gambarnya dengan baik, karena situasi dan prosedur di tempat kerja yang tidak memungkinkan sehingga hasil gambar yang didapatkan kurang maksimal. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya agar lebih memastikan pengambilan gambar atau video terkait postur tubuh pekerja di tempat penelitian dapat dilakukan dari segala arah. Walaupun tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor pekerjaan dengan keluhan MSDs, namun dari hasil obervasi dan perhitungan REBA dan RULA banyak pekerjaan yang memiliki risiko sangat tinggi dan tinggi. Oleh karena itu untuk mencegah risiko MSDs yang lebih berat pada pekerja, maka diperlukan investigasi ulang untuk meninjau kembali faktor pekerjaan dan dilakukan pengendalian secepatnya. Menurut Macleod 1999 ada beberapa prinsip ergonomi yang dapat diterapkan untuk mencegah dan menanggulangi risiko ergonomi termasuk pada proses pekerjaan perakitan yang terbagi menjadi beberapa pengendalian yaitu secara engineering control dan administrative . Engineering control dengan penggunaan alat bantu penanganan material, terutama pada pekerjaan manual handling yang membutuhkan pengerahan tenaga besar sehingga massa beban yang diangkat dapat berkurang. Sedangkan secara administrative dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan atau training pada pekerja mengenai risiko ergonomi dan tata cara bekerja yang sesuai dengan prinsip ergonomi serta pihak perusahaan dapat membuat SOP yang dapat 124 digunakan oleh pekerja untuk menciptakan sistem kerja yang aman, nyaman dan tetap sehat bagi pekerja saat bekerja, misalnya pengaturan penempatan pekerja sesuai dengan dimensi tubuhnya. Disamping itu pemberdayaan SMK3 yang ada di perusahaan perlu ditingkatkan lagi untuk pengawasan dan koordinasi program P2K3 yang terkait dengan ergonomi di perusahaan. Semua hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan karyawan untuk memberikan ide dan pendapat agar sistem kerja menjadi lebih baik.

6.4 Hubungan Antara Faktor Pekerja Usia, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja Dengan Keluhan

Dokumen yang terkait

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) Pengguna Sepatu Hak Tinggi di Suzuya Medan Plaza pada Tahun 2015

33 205 129

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja di Bagian Polishing PT. Surya Toto Indonesia. Tbk Tangerang Tahun 2011

0 15 205

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui 0 sampai 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun 2013

1 15 193

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung Tahun 2013

2 28 147

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA CLEANING SERVICE RSUD KOTA SEMARANG 2015.

0 3 20

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

0 15 199

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

1 1 20

UNIVERSITAS NEGERI MANADO FAKULTAS TEKNIK P T I K 2010 KATA PENGANTAR - MAKALAH Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan anak

0 1 10

PENGARUH LATIHAN PEREGANGAN TERHADAP PENURUNAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA BATIK DI SOKARAJA

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA PEMBUAT BAKSO (Studi Pada Pekerja Pembuat Bakso Kelurahan Gayamsari Kota Semarang) - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 0 12