118
5. Adanya recall bias yaitu bias dalam mengingat kembali kapan merokok dan berhenti merokok pada variabel kebiasaan merokok sehingga dapat
mempengaruhi jawaban responden. 6. Variabel lingkungan kerja seperti mikrolimat dan suhu tidak diteliti karena
dianggap homogen untuk seluruh pekerja sedangkan untuk ilumunasi atau pencahayaan tidak diteliti karena proses pekerjaan dibagian yang diteliti tidak
tetap pada satu tempat sehingga sulit menentukan posisi pekerja yang tetap dan pencahayaannya akan sulit diukur dan untuk getaran tidak diteliti karena
keterbatasan alat dan biaya.
7. Variabel psikososial tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena variabel ini dipengaruhi faktor internal dan external pekerja dan tidak adanya definisi
universal dan objektif dalam mengukur variabel ini sehingga membuatnya sulit
untuk melakukan studi untuk menyelidiki penyebab akibat pada konteks MSDs.
6.2 Keluhan Musculoskeletal Disorders MSDs
Keluhan musculoskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot musculoskeletal seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang,
syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja Fitrihana, 2008. Sedangkan menurut Tarwaka et al 2004 keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-
bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Akobundu et al 2008 mengatakan bahwa rasa sakit pertama adalah
sinyal bahwa otot tendon mulai merasakan sakit dan harus beristirahat serta memulihkan.
119
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap para pekerja assembling didapatkan hasil bahwa sebagian besar 92,9 pekerja mengalami keluhan MSDs.
Sedangkan pekerja yang tidak mengalami keluhan MSDs sebesar 7,1 pada pekerjaan yang memiliki risiko sedang dan beberapa diantaranya tinggi, namun pekerja
yang tidak mengeluh ini sebagian besar berusia 35 tahun dengan masa kerja sekitar 1- 2 tahun dan diantaranya ada yang tidak merokok. Gangguan yang paling banyak
dikeluhkan pekerja yaitu pada bagian betis kiri dengan persentase 49, bahu kiri sebesar 47 , bahu kanan sebesar 46 , betis kanan sebesar 43 dan pinggang sebesar
41 . Keluhan MSD pada bagian tersebut adalah bagian tubuh yang sering timbul pada pekerja industri seperti perakitan yang pekerjaannya lebih banyak dilakukan dengan
posisi berdiri dan mempunyai siklus pengulangan pendek dan cepat sehingga menyebabkan timbulnya MSDs.
Menurut Sastrowinoto 1985, bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki yang
dapat menyebabkan MSD pada bagian kaki. Selain bekerja dengan posisi berdiri, ada beberapa pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk dan biasanya dilakukan
didalam cabin. Pekerja yang melakukan pekerjaan dengan posisi duduk biasanya bagian tubuh yang dikeluhkan pada bagian pinggang, punggung dan leher. Posisi duduk pada
otot rangka musculoskeletal dan tulang belakang vertebral terutama pada pinggang sacrum, lumbar, dan thoracic harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar
dari nyeri back pain dan terhindar cepat lelah fatique. Selain itu, ketika duduk kaki harus berada pada alas kaki dan dalam sikap duduk bergerak dengan relaksasi. Namun
berdasarkan observasi kegiatan pekerja dengan posisi duduk terutama dalam cabin tidak
120
terdapat sandaran atau sesuatu yang dapat menahan punggung atau pinggang pekerja serta sikap duduk yang tidak bergerak untuk relaksasi karena ruang gerak didalam cabin
sangat terbatas dan posisi kaki yang tertekuk. Risiko MSDs pekerja juga dipengaruhi oleh peralatan kerja yang digunakan.
Seperti pekerjaan manual handling pada pengangkatan komponen yang akan dirakit yang umumnya memiliki berat lebih dari lima kilogram namun dilakukan tanpa alat
bantu. Pada pekerjaan seperti ini, cidera yang paling banyak terjadi adalah cidera yang bersifat akumulatif dan tidak langsung disebabkan karena satu insiden tunggal. Selain itu
terdapat ketidaknyamanan saat bekerja yaitu ketika bekerja dengan posisi dan dimensi tubuh yang kurang sesuai dengan tempat dan alat kerjanya, misalnya pekerjaan yang
jangkauannya tinggi seharusnya dilakukan oleh pekerja yang memiliki postur tubuh yang tinggi sehingga pekerja yang memiliki postur tubuh lebih rendah tidak kesulitan.
Untuk mengatasi keluhan MSDs akibat hal tersebut diperlukan upaya pencegahan dan minimalisasi timbulnya MSDs pada pekerja dengan cara memberikan
alat bantu yang sesuai dengan pekerjaannya terutama untuk pekerjaan manual handling yang membutuhkan tenaga besar untuk mengangkat beban komponen yang akan dirakit,
rotasi pekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh, umur dan risiko ergonomi pekerjaan, bekerja dalam posisi atau postur normal dan waktu istirahat atau peregangan
untuk pemulihan dalam kerja atau sesudah kerja, hal ini sangat penting karena untuk pekerjaan yang terus menerus seperti perakitan sekalipun bersifat dinamik namun selalu
diikuti dengan kelelahan yang kemudian dapat menjadi MSDs. Level MSD dari yang paling ringan hingga yang berat akan menggangu konsentrasi dalam bekerja,
121
menimbulkan kelelahan dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas dan efisiensi kerja.
Gejala MSDs biasanya sering disertai dengan keluhan subjektif sehingga sulit untuk menentukan derajat keparahan tersebut. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya perlu
diperhatikan dalam pengambilan data terkait keluhan MSDs, terutama pada waktu pengambilannya, karena dimungkinkan perbedaan waktu pengambilan data pada pagi,
siang dan sore hari mempengaruhi jawaban pekerja. Selain itu jawaban pekerja juga dapat dipengaruhi oleh pekerja yang lain, sehingga pastikan jawaban dan informasi yang
didapat bersumber langsung dari pekerja yang bersangkutan serta dapat lebih objektif dalam melakukan penelitian terkait keluhan MSDs.
6.3 Hubungan Antara Faktor Pekerjaan Dengan Keluhan Musculoskeletal