Iluminasi Otot Tendon Ligamen

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ikrimah tahun 2010 didapatkan hasil bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan MSDs dengan P value sebesar 0,313. Demikian juga dengan penelitian Soleha tahun 2009 yang menunjukkan bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan MSDs dengan P value sebesar 0,439.

2.1.3 Faktor Lingkungan a. Mikrolimat

Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan kekuatan otot menurun. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian besar energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot Suma’mur, 1982; Grandjean, 1993 dalam Tarwaka et al. 2004.

b. Iluminasi

Iluminasi adalah datangnya cahaya ke suatu objek. Iluminansi merupakan besaran penerangan yang kaitannya erat dengan kuat penerangan penerangan. Iluminansi adalah penyataan kuantitatif jumlah cahaya yang dipantulkan oleh permuakaan pada suatu arah. Muhaimin, 2001. Iluminansi suatu permukaan ditentukan oleh kuat penerangan dan kemampuan memantulkan cahaya oleh permukaan. Penelitian yang dilakukan Escuyer dan Fontoynont, mengadopsi metode wawancara tidak langsung untuk mensurvey kecenderungan intensitas penerangan yang disukai oleh para pekerja di Perancis melalui lingkungan kerjanya. Hasilnya, 44 responden mengatakan bahwa ”memiliki pencahayaan alami yang sedikit” adalah karakteristik utama pada sebuah kantor. Kadar pencahayan dapat dikategorikan berdasarkan jenis pekerjaannya yaitu: • Tidak cermat ex: menumpuk barang = 80 – 170 lux • Agak cermat ex: memasang, tidak persis = 170 – 350 lux • Cermatpersis ex: membaca, menggambar = 350 – 700 lux • Amat persis ex: memasang, persis = 700 – 10000 lux Jika tingkat iluminasi pada suatu tempat tidak memenuhi persyaratan maka akan menyebabakan postur leher untuk fleksi ke depan menunduk dan postur tubuh untuk fleksi membungkuk yang berisiko mengalami MSDs Bridger, 1995.

c. Vibrasi

Getaran dengan frekuensi yang tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan penimbunan asam laktat dalam alat- alat dengan bertambahnya panjang waktu reaksi. Rasa tidak enak menjadi sebab kurangnya perhatian. Rangsangan-rangsangan pada system retikuler di otak menjadi sebab mabuk. Suma’mur, 1982. Paparan dari getaran lokal terjadi ketika bagian tubuh tertentu kontak dengan objek yang bergetar, seperti kekuatan alat-alat yang menggunakan tangan. Paparan getaran seluruh tubuh dapat terjadi ketika berdiri atau duduk dalam lingkungan atau objek yang bergetar, seperti ketika mengopeasikan kendaraan atau mesin yang besar Cohet et al, 1997. Disamping rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh goyangan organ pada seluruh tubuh, menurut beberapa penelitian telah dilaporkan efek jangka lama yang menimbulkan osteoarthritis tulang belakang J.M. Harrington, 2003:187-188. Menambahnya tonus otot-otot oleh karena getaran dibawah frekuensi 20 Hz menjadi sebab kelelahan. Getaran menjadi faktor risiko jika pekerja terpapar secara terus menerus atau berada pada intensitas tinggi, yang mungkin didapat dari penggunaan peralatan. Pekerja yang mengalami getaran dapat menyebabkan kelelahan, letih, mati rasa dan peningkatan sensitifitas terhadap dingin Nurmianto, 2004.

2.1.4 Faktor Psikososial

Faktor psikososial yaitu kepuasaan kerja, stress mental, organisasi kerja shift kerja, waktu istirahat, dll Dinardi, 1997 dalam Soleha 2009. Sejumlah faktor psikososial tempat kerja dapat mempengaruhi gangguan ekstemitas atas seperti kepuasaan kerja, kerja monoton, dukungan sosial tempat kerja, tuntutan kerja yang tinggi, stres kerja dan emosional di tempat kerja. Persepsi dari kemampuan seseorang untuk bekerja juga berhubungan dengan nyeri punggung untuk waktu yang akan datang. Ada semakin banyak bukti dalam literatur kesehatan kerja yang menyatakan faktor psikososial dapat mempengaruhi perkembangan masalah muskuloskeletal, termasuk low back dan gangguan ekstremitas atas Bongers et al, 1993. Faktor Psikososial kerja didefinisikan sebagai aspek lingkungan kerja seperti peran kerja, tekanan kerja, hubungan di tempat kerja yang dapat memberikan kontribusi pengalaman stres dalam individu Lim dan Carayon 1994; ILO 1986. Penelitian terbaru yang lebih kuat menggunakan teknik statistik inferensial titik lebih kuat ke pengaruh faktor pekerjaan psikososial pada ekstremitas atas gangguan muskuloskeletal antara pekerja kantor. Misalnya, Lim dan Carayon 1994 menggunakan metode analisis struktural untuk menguji hubungan antara faktor- faktor kerja psikososial dan ekstremitas atas ketidaknyamanan muskuloskeletal dalam sampel 129 pekerja kantor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor psikososial seperti tekanan kerja, kontrol tugas dan kuota produksi prediktor dapat menimbulkan ekstremitas atas ketidaknyamanan muskuloskeletal, terutama di daerah leher dan bahu,. Demografi faktor umur, jenis kelamin masa jabatan dengan majikan, jam menggunakan komputer per hari dan faktor perancu lain self-laporan tentang kondisi medis, hobi dan menggunakan keyboard di luar pekerjaan yang dikontrol dalam penelitian dan tidak berhubungan dengan masalah ini ILO, 2010. Namun, bukti hubungan sebab akibat antara faktor risiko psikososial kurang umum. Secara umum, faktor psikososial berkaitan dengan daerah non-fisik pekerjaan misalnya tekanan waktu, dianggap beban kerja, dukungan sosial dari rekan-rekan dan manajemen, tingkat kontrol, dll. Tidak adanya definisi universal dan objektif dalam mengukur faktor psikososial telah membuatnya sulit untuk melakukan studi untuk menyelidiki penyebab-akibat di konteks MSDs Sauter dan Swanson 1996.

2.2 Musculoskeletal Disorders MSDs

2.2.1 Definisi Musculoskeletal Disorders MSDs

Musculoskeletal Disorders MSDs merupakan salat satu penyakit yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligamen sistem saraf, struktur tulang dan pembuluh darah. Bagian tubuh yang menjadi fokus penelitian dari MSDs adalah leher, bahu, lengan bawah, lengan atas, pergelangan tangan dan kaki. MSDs pada awalnya menyebabkan sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur dan rasa tebakar. Humantech, 1995. Sedangkan menurut NIOSH 1997 MSDs adalah sekumpulan kondisi patologis yang mempengaruhi fungsi normal dari jaringan halus sistem musculoskeletal yang mencakup syaraf, tendon, otot, dan struktur penunjang seperti discus intervertebral . Menurut WHO didefinisikan sebagai salah satu gangguan terkait yang timbul ketika seseorang terkena aktivitas kerja dan kondisi kerja yang signifikan berkontribusi pada pengembangan atau eksaserbasi tetapi tidak bertindak sebagai satu-satuya determinan penyebab. MSDs dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk pada bagian tubuh dengan gejala dan penyebab yang berbeda-beda, seperti kondisi-kondisi yang dijelaskan dibawah ini: • Tendinitis merupakan peradangan hebat atau iritasi pada uratsendi yang berkembang ketika otot secara berulang-ulang terpajan oleh penggunaan berlebih dan kejanggalan penggunaan tangan, pergelangan, lengan dan bahu. • Carpal Tunnel Syndrome CTS berupa tekanan pada syaraf di pergelangan tangan yang dikelilingi jaringan dan tulang yang dapat menyebabkan pernutup sendiurat ataupun urat sendi yang mengalami iritasi dan pembengkakan. Gejalanya ditandai dengan seperti rasa sakit pada pergelangan tangan, perasaan tidak nyaman pada jari-jari dan mati rasakebas. CTS dapat menyebabkan sulitnya seseorang menggenggam sesuatu pada tangannya. • Trigger Finger berupa tekanan yang berulang pada jari-jari pada saat menggunakan alat kerja yang memiliki pelatuk dimana menekan tendon secara terus menerus hingga ke jari-jari dan mengakibatkan rasa sakit dan tidak nyaman pada bagian jari-jari. • Tenosynovitis yaitu sebuah peradangan hebat atau iritasi pada penutup uratsendi yang berhubungan dengan gerakan flexion dan extension dari pergelangan tangan. • Synovitis yaitu peradangan atau iritasi lapisan synovial lapisan tulang sendi. • DeQuervain’s disease yaitu tipe synovitis yang terjadi pada ibu jari kaki atau nyeri pada telapak tangan. Penyebabnya yaitu gerakan repetitif pada tangan dan gripping dengan menggunakan tenaga. • Bursitisis yaitu peradangan atau iritasi, kaku, nyeri yang terjadi pada jaringan penyambung di sekitar sendi, biasanya terjadi pada bahu dan disebabkan karena gerakan berulang. • Epicondylitis sakit pada siku berhubungan dengan rotasi berlebih dari lengan bawah atau membengkokan pergelangan tangan secara berlebih. • Thorac Outlet syndrome yaitu tekanan pada system syaraf atau saluran pembuluh darah antara tulang iga pertama, clavicle tulang leher, otot-otot thorax dan bahu. Gejalanya berupa nyeri, mati rasa dan bengkak pada tangan. Penyebabnya karena membawa beban, flexion pada bahu dan bekerja dengan posisi lengan diatas bahu terus menerus. • Cervical radiculapathy yaitu tekanan dasar system syaraf pada leher yang ditandai dengan gejala Ischaemania dan rasa sakit seperti oedema. Penyebanya postur statis dan beban statis. • Ulnar nerve entapment yaitu tekanan pada syaraf ulnar pada pergelangan. Sumber: Epidemiology of musculoskeletal diorders due to biomechanical overload Pulat, 1997; Grieco, 1998; Canadian Centre of Occupational Health and Safety CCOHS, 2005. 2.2.2 Keluhan Musculoskeletal Disorders MSDs Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot muskuloskeletal seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang, syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja Fitrihana, 2008. Sedangkan menurut Tarwaka et al 2004 keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian- bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament, dan tendon. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20 dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot. Akobundu et al 2008 mengatakan bahwa rasa sakit pertama adalah sinyal bahwa otot tendon mulai merasakan sakit dan harus beristirahat serta memulihkan. Jika sebuah cedera dapat menjadi lama dan kadang-kadang ireversibel. Semakin cepat seseorang mengenali gejala, semakin septa mereka harus menanggapinya agar keluhan MSDs dapat segera diatasi. Gejalanya terdiri dari sensasi terbakar di tangan, berkurangnya kekuatan pegangan di tangan, pembengkakan atau kekakuan pada sendi, nyeri di pergelangan tangan, lengan, siku, leher atau kembali diikuti dnegan rasa tidak nyaman, pengurangan berbagai gerakan di bahu, leher atau punggung, gatal, kering, sakit pada mata dan kram. Sedangkan menurut Week et al 1991 tanda awal yang menunjukkan MSDs yaitu bengkak sweeling, gemetar numbnes, kesemutan tingling, sakit aching dan rasa terbakar burning pain. Gejala-gejala ini dapat berlangsung secara bertahap dari ringan sampai parah. Gejala MSDs biasanya sering disertai dengan keluhan subjektif sehingga sulit untuk menentukan derajat keparahan tersebut. Grandjean 1997 dan Akobundu et al 2008 mengungkapkan gejala terjadinya MSDs terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: • Tahap 1 atau awal: Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan pafa bagian tubuh yang tertentu selama jam kerja tapi biasanya menghilang setelah waktu kerja usai atau di malam hari. Tidak berpengaruh terhadap performa kerja. Efek ini pulih setelah istirahat. • Tahap 2 atau intermediate: Gejala tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah bekerja atau sakit dan kelelahan pada bagian tubuh tertentu yang muncul pada awal shift kerja dan bertahan di malam hari. Tidur mungkin terganggu, kadang-kadang menyebabkan menurunnya performa kerja secara bertahap. • Tahap 3 atau akhir: Gejala atau sakit, kelelahan dan kelemahan tidak menghilang meskipun sudah istirahat, nyeri terjadi ketika bekerja secara repetitif. Tidur terganggu, sulit melakukan pekerjaan bahkan pekerjaan yang ringan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja. Pemulihan pada tahap ini bisa berlangsung selama 6-24 bulan. Tidak semua orang melewati tahap ini dengan cara yang sama. Bahkan, mungkin sulit untuk kapan tepatnya satu tahap berakhir dan tahap berikutnya mulai. 2.2.3 Anatomi dan Fisiologi Organ dalam Sistem Musculskeletal 2.2.3.1 MuskulerOtot

a. Otot

Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Fungsi sistem muskulerotot: • Pergerakan. • Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi. • Produksi panas.

b. Tendon

Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari fibrous protein kolagen. Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan otot.

c. Ligamen

Ligamen adalah pembalutselubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.

2.2.3.2 Skeletal

a. Tulangrangka

Dokumen yang terkait

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) Pengguna Sepatu Hak Tinggi di Suzuya Medan Plaza pada Tahun 2015

33 205 129

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja di Bagian Polishing PT. Surya Toto Indonesia. Tbk Tangerang Tahun 2011

0 15 205

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui 0 sampai 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun 2013

1 15 193

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung Tahun 2013

2 28 147

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA CLEANING SERVICE RSUD KOTA SEMARANG 2015.

0 3 20

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

0 15 199

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

1 1 20

UNIVERSITAS NEGERI MANADO FAKULTAS TEKNIK P T I K 2010 KATA PENGANTAR - MAKALAH Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan anak

0 1 10

PENGARUH LATIHAN PEREGANGAN TERHADAP PENURUNAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA BATIK DI SOKARAJA

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA PEMBUAT BAKSO (Studi Pada Pekerja Pembuat Bakso Kelurahan Gayamsari Kota Semarang) - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 0 12