c. Metode ini cukup peka untuk menganlisa pekerjaan dan beban kerja berdasarkan posisi tubuh ketika bekerja.
d. Tehnik penilaian membagi tubuh kedalam bagian-bagian tertentu yang kemudian diberi kode-kode secara individual berdasarkan bidang-bidang
geraknya untuk kemudian diberikan nilai. e. Hasil akhir dari penilaian REBA dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah,
untuk menentukan prioritas penyelidikan dan perubahan yang perlu dilakukan. f. Fasilitas kerja dan metode kerja yang lebih baik dapt dilakukan ditinjau dari
analisa yang telah dilakukan. Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu Staton et al, 2005:
a. Hanya menilai aspek postur dari pekerja. b. Tidak mempertimbangkan kondisi yang dialami oleh pekerja terutama yang
berkaitan dengan faktor psikososial. c. Tidak menilai kondisi lingkungan kerja terutama yang berkaitan dengan vibrasi,
temperatur, dan jarak pandang.
2.4 Pengendalian Keluhan Musculoskeletal Disorders MSDs
Tarwaka et al 2004 mengemukakan langkah-langkah untuk mengatasi keluhan Musculoskeletal Disorders MSDs berdasarkan rekomendasi dari
Occupational Safety and Health Administration OSHA, yaitu tndakan ergonomi
untuk mencegah adanya sumebr penyakit adalah dengan dua cara, yakni: 1. Rekayasa Tehnik
Rekayasa tehnik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa alternatif yaitu:
a. Eliminasi : menghilangkan sumber bahaya yang ada, namun jarang dilakukan karena mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada. b. Substitusi : mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau bahan baru
yang aman, sehingga dapat menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur penggunaan alat.
c. Partisi : melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja. d. Ventilasi : menambah ventilasi untuk mengurangi risiko sakit, seperti
suhu udara yang terlalu panas. 2. Rekayasa Manajemen
a. Pendidikan dan pelatihan : diharapkan dengan diadakan upaya ini pekerja akan lebih memahami lingkung dan alat kerja sehingga dapat melakukan
penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap risiko sakit akibat kerja.
b. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang : pengaturan ini disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan,
sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber bahaya.
c. Pengawasan yang intensif : diharapkan dengan pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan lebih awal terhadap kemungkinan terjadinya
risiko sakit akibat kerja. Sebagai contoh, berikut ini diberikan gambaran tindakan untuk mencegah dan
mengatasi terjadinya keluhan otot skeletal pada berbagai kondisi dan aktivitas, yaitu sebagai berikut:
1. Akitivitas angkat-angkut material secara manual: a. Usahakan meminimalkan aktivitas angkat-angkut secara manual
b. Upayakan agar lantai kerja tidak licin c. Upayakan menggunakan alat bantu kerja yang memadai seperti crane,
kereta dorong, pengungkit, dll. d. Gunakan alat apabila harus mengangkat di atas kepala atau bahu
e. Upayakan agar beban angkat tidak melebihi kapasitas angkat pekerja 2. Berat bahan dan alat
a. Upayakan untuk menggunakan bahan atau alat yang ringan b. Upayakan menggunakan wadah atau alat angkut dengan kapasitas 50
kg 3. Alat tangan
a. Upayakan agar ukuran pegangan tangan sesuai dengan lingkar genggam pekerja dan karakteristik pekerjaan pekerjaan berat atau ringan.
b. Pasang lapisan peredam getaran pada pegangan tangan c. Upayakan pemiliharaan yang rutin sehingga alat selalu dalam kondisi
layak pakai d. Berikan pelatihan sehingga pekerja terampil dalam mengoperasikan alat.
2.5 Kerangka Teori