Gambaran Ketegangan Peran Gambaran Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami Depresi

Ny. Y mengatakan “Semua urusan rumah tangga anak saya yang ngurusin, saya cuma ngeliatin anak yang kecil...pas harus kemo, anak yang kecil, masih sekolah, dititipin ke tetangga sambil menunjuk ke anaknya yang paling kecil ...nggak ada kegiatan lagi sekarang ya emang rasa sedih ada harusnya kita ada tambah-tambahan sedikit nggak bisa, sekarang ngandelin anak”. Ny. M mengatakan “Ini nggak kuat untuk ngambil gayung, buat mandi sambil memegang tangan yang sakit, mandi saja masih dibantu suami, pernah ini saya kesel, ambil piring, piringnya mau jatuh...sekarang urusan rumah tangga masih dibantu”. Ny. J mengatakan “...cuma yang berat-berat nggak gitu, kayak yang sifatnya nyapu, ngiris sayuran, masih tapi kalau ngangkat air, nggak, ya kecewa masa saya nyuruh orang mulu, perasaan kan gak enak”. Nn. T mengatakan “Ya sedihnya karena nggak boleh ngapa-ngapain, nggak sepenuhnya kayak orang sehat, nggak boleh ngangkat berat- berat”. Pernyataan keempat informan di atas juga dibenarkan oleh keluarga yang menyatakan bahwa setelah mastektomi pasien mengeluhkan adanya ketidakmampuan dalam menjalankan peran baik sebagai wanita yang bekerja, ibu rumah tangga, istri maupun ibu dari anak-anaknya. Berikut pernyataannya: An. D mengatakan “Pernah cerita juga, keadaan kayak gini nggak bisa bantu apa-apa lagi tinggal anak aja bantu kan mamah sudah nggak biasa paling liatin ade aja...sedih sedikit sih nggak bisa kayak dulu lagi”. Tn. P mengatakan “Nggak bisa ngelakuin apa-apa, kesel dia...takut gimana sama suami”. Ny. S mengatakan “Masih ngelakuin seperti biasa paling gak enaknya sama suaminya”. Tn. B mengatakan “Ya sedih, nggak bisa ngelakuin pekerjaan kayak dulu lagi, paling yang ringan-ringan aja”. Hal yang sama juga diungkapkan perawat yang menyatakan bahwa wanita post mastektomi yang terdepresi cenderung terjadi ketegangan peran yang dijalankan saat ini khususnya pada wanita post mastektomi yang berusia muda dan memiliki anak yang masih kecil. Berikut pernyataannya: Zr. M mengatakan “Iya ngaruhlah, mereka sedih, nggak bisa menjalankan perannya sebagai ibu, apalagi yang masih punya anak kecil istilahnya masih harus menyusui tapi terpaksa nggak bisa...ada juga yang anaknya sampe dititipin ke bibinya”.

d. Gambaran Dukungan Sosial

Dukungan sosial dalam penelitian ini adalah sejauhmana keterlibatan atau kehadiran orang-orang terdekat seperti keluarga, sahabat, teman, saudara, atau orang yang dicintai oleh individu yang bersangkutan dalam memberikan bantuan berupa materi, emosi, spiritual dan informasi. Hasil wawancara, keempat informan mendapatkan dukungan yang cukup dari berbagai pihak dan adanya dukungan ini mengurangi kesedihan informan seperti yang diungkapkan di bawah ini: Ny. Y mengatakan “Kita rasa seneng, temen-temen, anak, dukung, suami selalu menemani saya di rumah sakit...kalau uang, dari keluarga sendiri aja, anak-anak...kalau dukungan doa dari rohaniawan, nggak, belum si. Ny. M mengatakan “Ada rasa seneng si, temen SMA, kuliah, suami, anak ngasih dukungan tapi masih...masih gantunglah, gimana si kan perempuan terpukul banget... dari gereja juga banyak bantu doa, ngasih semangat, ngasih semangat hidup saya mereka ngasih sih ngasih tapi kalau saya sendiri belum nerima...Ada kebenaran ada, perawat dari Dharmais bilang kalau emang masih mau punya payudara ada yang menyerupai aslinya tapi buat apalah, saya masih ngambanglah, antara iya dan nggak”. Ny. J mengatakan “Banyak dukungan...suruh sabar aja suruh nerima kadang-kadang hilang juga rasa putus asa, suruh berdoa, ada juga semua orang pada ngasih banyak yang ini deh dari kepala sekolah...dari perawat, orang-orang juga banyak yang ngasih tahu nanti habis ini harus gini harus gimana”. Ny. T mengatakan “Kadang-kadang saya sedih untungnya ada temen yang nemenin saya...keluarga saya tetap mendukung, tetap berusaha, berobat aja...ada dari gereja bantu doa...biaya pengobatan dari ibu, majikan saya”. Pernyataan keempat informan di atas juga dibenarkan keluarga yang mengatakan bahwa pasien kanker payudara post mastektomi merasa senang dan sedikit berkurang kesedihannya ketika banyak dukungan baik dukungan emosi, spiritual, informasi dan finansial. Berikut pernyataannya: An. D mengatakan “Ya pasti seneng kan ada yang ngasih semangat...paling ngobrol-ngobrol, jalan-lalan, ada sih sedikit yang ngasih uang”. Tn. P mengatakan “Dukungan dari saudara, dukungan dari istri, dukungan dari kedua belah pihak, dukungan dari teman-teman dia SMA...ya pastilah seneng istilahnya dia punya temen masih peduli”. Ny. S mengatakan “Banyak yang dukung...senenglah dia banyak yang dukung”. Tn. B mengatakan “ Senenglah, ngasih semangat gitu, dari saudaranya paling lewat sms klo datang kan jauh paling nyemangatin ya...ngasih uang dari ibu majikan sendiri yang bantu”. Menurut informan pendukung yaitu perawat bahwa pasien kanker payudara post mastektomi yang tidak didampingi keluarga terdekatnya cenderung mengalami beban psikologis dan lebih tidak kooperatif. Berikut pernyataannya: