Gambaran Kehilangan Keterikatan Gambaran Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami

Begitupula Ny. M kehilangan payudara yang dialaminya tidak hanya dirasakan secara fisik tapi juga secara psikis yaitu perasaan tidak berharga sebagai seorang perempuan. Berbeda dengan ketiga informan tersebut Nn. T yang berusia lebih tua dan tidak terlalu mementingkan penampilan fisik atau tubuh mengatakan bahwa hanya sedikit kesedihan yang dirasakan ketika harus dimastektomi, tidak seberat ketiga informan di atas. Uraian di atas menunjukkan bahwa respon kehilangan payudara pada wanita post mastektomi yang mengalami depresi dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang tubuh, penampilan fisik, dan usia. Semakin penting tubuh dan penampilan fisik bagi mereka maka semakin besar rasa kehilangan yang dirasakan. Semakin tua usia mereka semakin kecil rasa kehilangan yang dirasakan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya tentang persepsi pasien dan suami tentang pengaruh mastektomi terhadap citra tubuh yaitu semakin tua seseorang semakin kurang perhatian terhadap citra tubuhnya Yani, dkk, 2002.

b. Gambaran Cara Berpikir Negatif

Pasien yang terdepresi ditunjukkan dengan sikap, pikiran, dan tingkah laku negatif seperti pesimis, pikiran dan perasaaan yang menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan Tuhan, pikiran dan perasaan yang menyatakan bahwa diri tidak bernilai, ketakutan dan kecemasan tentang masa depan, keyakinan tentang penyakit, persepsi negatif tentang kemoterapi dan lain- lain Stuart Sundeen, 1998. Hasil wawancara dengan informan didapatkan data bahwa semua informan memiliki keyakinan atau pikiran-pikiran dan perasaan negatif seperti Nn. T yang memiliki pikiran tentang ketakutan akan kematian, ketakutan akan kekambuhan penyakit, ketakutan tidak dapat bekerja lagi. Perasaan dan pikiran negatif juga dialami oleh Ny. Y yaitu berupa kesedihan, kekecewaan dengan kondisi diri saat ini, pandangan tentang kemoterapi yang dapat menyebabkan rambut rontok, mual, muntah dan merubah penampilan fisik. Ketakutan akan berkurangnya kasih sayang yang diberikan oleh suami, ketakutan akan kematian, pikiran tentang anak dirasakan oleh Ny. J. Perasaan dan pikiran negatif seperti kecewa pada diri sendiri, marah, menyalahkan Tuhan, ketakutan tidak bisa mengurus anak, suami, pesimis, lebih baik mati, perasaan hampa dalam hidup juga dirasakan oleh Ny. M dan didukung oleh sikap Ny. M selama wawancara yang begitu lemas, tidak bergairah, raut wajah yang sedih seperti tertekan, marah, kesal dengan kondisi saat ini. Beban ini ditambah juga dengan kekhawatiran Ny. M dan Ny. J tentang masa depan anak-anaknya dan saat diobservasi keduanya tampak menangis ketika disinggung tentang anak mereka.