Depresi Respon Psikologis terhadap Kehilangan 1. Kehilangan dan Berduka

merenungkan segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya memiliki peranan paling kuat dengan kejadian depresi jangka panjang pada wanita Nolen- Hoeksema, 2004 dalam Wade Tavris, 2007. Depresi yang memanjang inilah yang membuat seseorang atau wanita yang mengalami suatu kehilangan seperti kehilangan organ tubuh yang berharga mastektomi dikatakan dalam posisi berduka maladaptif.

2. Depresi

a. Pengertian depresi Depresi dan stres merupakan dua hal yang berbeda. Stres merupakan respon seseorang terhadap masalah yang dialami sepanjang kehidupan. Seseorang yang mengalami depresi diawali dengan stres yang berkepanjangan tetapi seseorang yang mengalami stres belum bisa dikatakan depresi. Depresi yang terjadi pada seseorang merupakan suatu kondisi terganggunya fungsi manusia berkaitan dengan alam perasaan seperti kesedihan dan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, kosentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya serta gagasan bunuh diri Kaplan Benjamin, 1998. Bentuk depresi yang serius adalah depresi mayor, gambaran berupa perubahan emosi, perilaku, kognitif, dan fisik yang cukup serius dan berakibat pada terganggunya fungsi normal seseorang. b. Penyebab depresi Timbulnya depresi terjadi karena kerentanan seseorang pada predisposisi genetik, karakteristik kepribadian, atau kebiasaan berpikir yang berinteraksi dengan peristiwa stres seperti kehilangan sesuatu yang berharga, kekerasan seksual, kehilangan bagian atau fungsi tubuh seperti mastektomi, dll Hankin Abramson, 2001 dalam Wade Travis, 2007. Berikut teori penyebab depresi yang diuraikan secara jelas : Faktor predisposisi 1 Faktor genetik Teori biologi berasumsi bahwa gen atau malfungsi beberapa faktor fisiologi menjadi penyebab seseorang rentan terhadap depresi. Gen yang diduga adalah 5-HTT yang memiliki bentuk panjang dan pendek. Bentuk panjang membantu melindungi depresi dan bentuk pendek menyebabkan kerentanan seseorang terhadap depresi Caspi dkk, 2003 dalam Wade Tavris, 2007. 2 Teori agregasi menyerang ke dalam Pada teori ini Freud memandang bahwa depresi sebagai gejolak batin dari naluri yang agresif dan diikuti oleh perasaan berdosa. Proses ini dikaitkan dengan kehilangan objek yang dicintai dan ditandai dengan kemarahan individu yang ditujukan kepada diri sendiri. 3 Teori kehilangan objek Teori ini merujuk kepada perpisahan traumatik individu dengan benda atau sesuatu yang sangat berarti. Sigmund Freud dan Karl Abraham menggambarkan depresi sebagai reaksi kompleks terhadap kehilangan loss. Freud juga menggambarkan bahwa rasa sedih yang normal dan depresi sebagai respon dari kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintainya Davidson dan Neale, 1997. 4 Model kognitif Teori ini berasumsi bahwa terjadinya depresi melibatkan cara berpikir negatif yang spesifik mengenai situasi seseorang Beck, 2005 dalam Wade Tavris, 2007. Pasien kanker yang mengalami depresi umumnya merasa ketakutan akan kematian, berpikir bahwa mereka tidak bisa meneruskan rencana-rencana hidupnya, merasa tidak percaya diri, perubahan peran sosial dan gaya hidup, serta masalah–masalah terkait finansial, sehingga ini yang menyebabkan mereka mengalami depresi. 5 Model Behavioral Berkembang dari kerangka teori belajar dan sosial. Teori belajar berasumsi bahwa depresi pada seseorang terjadi karena penguat yang kurang Lack of Reinforcment. Pandangan ini menjelaskan bahwa orang yang mengalami depresi kurang menerima penghargaan rewards atau dengan kata lain lebih mengalami hukuman punishment daripada orang yang tidak mengalami depresi Sarason, 1989. Di sisi lain, model ini juga berasumsi bahwa penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan orang lain. 6 Model biologi Model ini menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa depresi termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, dan variasi periodik dalam irama biologi. Faktor Pencetus 1 Kehilangan keterikatan Kehilangan ini dapat bersifat nyata maupun dibayangkan termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan. Makna kehilangan fungsi atau perubahan dalam penampilan dipengaruhi oleh persepsi individu tentang perubahan yang dialaminya. Pada wanita yang menganggap payudara sebagai elemen ideal, kehilangan payudara akibat mastektomi menjadi perubahan yang sangat signifikan Potter Perry, 2005. Contoh konkrit respon kehilangan pada penderita kanker payudara yang kehilangan bentuk tubuh atau organ tubuhnya akibat mastektomi adalah depresi karena mereka merasa bukan lagi wanita sejati Konginan, 2008. 2 Peristiwa besar dalam kehidupan seseorang Peristiwa besar dalam kehidupan seseorang diketahui sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah. 3 Peran dan ketegangan peran Peran dan ketegangan peran telah diketahui mempengaruhi perkembangan depresi terutama pada wanita. 4 Perubahan fisiologi Perubahan ini diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan gangguan keseimbangan metabolik. Hasil uraian di atas dapat dibentuk menjadi bagan berikut : Bagan 2.2 Model Adaptasi Stres Stuart yang Dikaitkan dengan Respon Emosi Faktor Predisposisi : genetik, kehilangan objek, agregasi menyerang ke dalam, organisasi kepribadian, kognitif, perilaku, biologi Faktor Pencetus : kehilangan, peristiwa besar dalam kehidupan, peran dan ketegangan peran, perubahan fisiologi Penilaian Stresor Sumber Koping : dukungan sosioekonomi dan jaringan interpersonal Respon adaptif Respon maladaptif Konstruktif Destruktif Mekanisme Koping Kepekaan Reaksi berduka Supresi Penundaan Depresi emosional tak terkomplikasi emosi reaksi berduka mania Sumber : Stuart Laraia, 2005 Penggambaran proses terjadinya depresi mayor dapat dilihat dalam model kerentanan-stres berikut ini : Bagan 2.3 Model Kerentanan-StresVulnerability-Stress Model Zubin Spring,1977 Situasi yang mengganggu Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berharga Kehilangan pekerjaan Kehilangan suatu bagian atau fungsi tubuh seperti mastektomi Kegagalan Trauma Ketidakbahagiaan sementara Kerentanan individual Predisposisi genetik Cara berpikir yang negatif Putus asa Perenungan Rasa percaya diri yang rendah Depresi yang serius Sumber : Wade Tavris, 2007 c. Klasifikasi depresi Ada dua klasifikasi depresi yaitu biologis terkait pada kimia tubuh dan depresi psikologis terkait pada faktor emosional. Kedua depresi ini berhubungan dengan gejala depresi. Gejala paling umum dari depresi adalah ketidakmampuan untuk bebas dari kegelisahan dan tekanan. Gejala fisik yang cenderung menyertai depresi biologis adalah lambat dalam menjawab, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, kehilangan minat untuk beraktivitas. Gejala yang berkaitan dengan depresi psikologis meliputi perasaan putus asa, kurang percaya diri, pemikiran negatif, kebimbangan, pikiran bunuh diri McKay Dinkmeyer, 2005. d. Gejala depresi Depresi dapat diketahui melalui serangkaian gejala yang dialami oleh seseorang. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III membagi gejala depresi menjadi 2 yaitu gejala utama dan tambahan. Gejala utama berupa suasana perasaan yang depresi sedih atau murung, kehilangan minat dan kegembiraan anhedonia, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Gejala tambahan berupa konsentrasi dan perhatian berkurang, berkurangnya harga diri dan kepercayaan diri, gagasan tentang perasaan bersalah dan tak berguna pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri, gangguan tidur dan berkurangnya nafsu makan anoreksia. Gejala depresi pada penderita kanker payudara dapat terjadi sebagai : 1 Respon yang normal ketika seseorang penderita kanker payudara yang merasa bahwa ia akan kehilangan bentuk tubuhnya adalah rasa sedih yang mendalam. Respons normal ini adalah bagian dari spektrum gejala depresi yang batasannya mulai rasa sedih normal sampai akan menjadi ganguan penyesuaian. Pada keadaan ini gejalanya biasanya hanya berlangsung 1 atau 2 minggu saja, setelah itu membaik sendiri dengan berlalunya waktu dan dukungan yang baik dari keluarga, teman dan tim yang merawat. 2 Gangguan penyesuaian yakni bila gejala depresinya tidak membaik berlanjut sampai lebih dari 2 minggu dan gejala depresinya juga lebih berat, serta fungsi sehari-hari, aktivitas sosial dan hubungan dengan orang lain sudah terganggu. Gangguan ini biasanya bercampur dengan kecemasan bahkan mungkin menunjukkan obsesi terhadap gejalanya . 3 Depresi major dimana gejala depresinya lebih berat dari gangguan penyesuaian dan biasanya tidak berespon dengan dukungan dan perawatan yang diberikan. 4 Gejala depresi dapat berkaitan dengan gangguan mental organik berupa delirium, demensia dan efek samping obat. Dibutuhkan pemeriksaan status mental meliputi daya ingat, konsentrasi dan perhatian , orientasi, daya pikir dan pemahaman, yang menunjang bukti -bukti adanya gangguan mental organik. e. Dampak depresi Dampak depresi bagi pasien kanker cukup banyak dan kesemuanya menimbulkan pengaruh yang buruk bagi penderita. Dampak yang ditimbulkan berupa bunuh diri, penelantaran diri, distres keluarga. 1 Bunuh diri Percobaan bunuh diri dijumpai pada hampir 13 dari penderita kanker yang mengalami depresi major dan 50 dengan gangguan penyesuaian. 2 Penelantaran diri Penderita menjadi tidak kooperatif, baik dalam hal pengobatan maupun menjaga daya tahan tubuh. Kondisi ini tentu akan semakin memperparah penyakitnya dan pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup pasien. 3 Distress pada keluarga Depresi pada pasien kanker tidak hanya mempengaruhi pasien tetapi juga berdampak pada keluarga mereka. Suatu survei di Inggris tentang kanker payudara menunjukkan bahwa diantara faktor-faktor yang ada, depresi merupakan faktor terkuat yang menimbulkan masalah perilaku dan emosional pada anak mereka. f. Pengukuran depresi Mengingat dampak negatif akibat depresi sangat besar bagi kelangsungan kualitas hidup pasien kanker payudara maka penegakan diagnosis harus sesegera mungkin ditegakkan. Salah satu pengukuran depresi adalah menurut PPDGJ III yaitu didasarkan adanya gejala utama dan tambahan seperti yang telah diuraikan di atas. Gejala utamanya mencakup suasana perasaan yang depresi sedih atau murung, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Gejala tambahan mencakup konsentrasi dan perhatian berkurang, berkurangnya harga diri dan kepercayaan diri, gagasan tentang perasaan bersalah dan tak berguna pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri, gangguan tidur dan berkurangnya nafsu makan. g. Tingkatan depresi Adapun tingkatan depresi menurut PPDGJ III, yaitu: 1 Depresi ringan, ciri – cirinya: sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas, ditambah sekurang – kurangnya 2 dari gejala tambahan, tidak boleh ada gejala berat diantaranya, lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu, hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan. 2 Depresi sedang, ciri – cirinya : sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti pada depresi ringan, ditambah sekurang – kurangnya 3 dan sebaiknya 4 dari gejala tambahan, lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu, menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah tangga. 3 Depresi berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : a. Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri – cirinya : semua 3 gejala depresi utama harus ada, ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat, bila ada gejala penting misalnya agitasi atau retardasi psikomotor yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci, episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan serangannya sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu, sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas. b. Depresi berat dengan gejala psikotik, ciri – cirinya: episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut depresi berat tanpa gejala psikotik disertai waham, halusinasi atau stupor depresif, waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. h. Penatalaksanaan depresi Penderita dengan gejala depresi yang normal terjadi pada krisis akut biasanya hanya memerlukan perawatan suportif. Bila gejalanya berat maka dapat digunakan obat yang sifatnya hipnotik pada malam hari untuk jangka waktu pendek atau obat anti cemas. Penderita dengan gangguan penyesuaian dan depresi major, memerlukan terapi yang intensif berupa psikoterapi dan antidepresan. Psikoterapi bertujuan meredakan konflik atau membimbing penderita kearah acceptance menerima. Berikut adalah panduan dalam menangani penderita kanker yang menunjukkan gejala depresi: 1 Menegakkan diagnosis dan pengobatan gangguan mental organik bila ada 2 Mengobati faktor penyebab atau pencetusnya: nyeri, gangguan fisik lain, sosial dan spiritual 3 Dukungan menyeluruh: tanggap dan empati, yakinkan lagi tentang perawatan selanjutnya, berikan informasi tentang penyakit, eksplorasi pengertian dan rasa takut terhadap penyakit dan prognosis, perkuat dukungan keluarga dan sosial 4 Perlu dirujuk ke psikiater bila gejalanya lebih berat, lebih lama atau kambuh setelah mengalami perbaikan, karena bagaimanapun gejala yang terus meningkat memerlukan pengobatan yang adekuat. 5 Antidepresan: golongan tricyclic antidepresan dimulai dengan dosis kecil 25 -50mg, dosis maksimum 75 sampai 150mghari, untuk penderita kanker stadium lanjut dosisnya lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita kanker. Antidepresan lain: Fluoxetine, Sertralin, dll .

D. Penelitian Terkait