Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN
52
Gambar 4.1 Diagram Batang Kemunculan Aspek Keterampilan Proses Sains Siswa Secara Keseluruhan.
Aspek yang pertama yaitu aspek bertanya. Pada aspek bertanya sub aspek bertanya untuk meminta penjelasan memiliki nilai persentase yang
cukup tinggi dibandingkan dengan sub aspek mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. Bertanya untuk meminta penjelasan merupakan
hal yang paling mudah dilakukan oleh siswa, karena siswa dapat bertanya apa yang mereka belum mengerti tanpa ragu, namun tidak sedikit pula siswa
yang malu bertanya. Sedangkan sub aspek mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis muncul dengan persentase yang lebih rendah, sub
aspek ini muncul tidak sesuai karena untuk bertanya yang berlatar belakang hipotesis membutuhkan pengetahuan yang dasar tentang hal yang sedang
dikaji, sehingga siswa belum mampu untuk membayangkan hal yang belum pernah dilakukan kemudian dipertanyakan.
Pada aspek hipotesis, sub aspek membuat hipotesisdugaan sederhana dengan bahasa sendiri merupakan sub aspek yang muncul dengan
nilai persentase paling tinggi, artinya sub aspek ini muncul sesuai dan paling dominan dibandingkan sub aspek lainnya pada aspek hipotesis, sedangkan
53
sub aspek menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti muncul tidak sesuai dengan persentase paling
rendah, karena berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa cukup memperoleh bukti dari teori yang mereka dapatkan pada buku, sehingga
mereka tak perlu mengujinya kembali. Maka secara keseluruhan aspek hipotesis muncul sesuai, hal ini berdasarkan hasil wawancara, siswa belum
terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, siswa terbiasa menerima atau menyimak materi yang disampaikan oleh guru, serta
tidak terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Aspek berikutnya yaitu aspek investigasi, sub aspek yang memiliki
persentase paling tinggi adalah membuat campuran, menyiapkan alat dan bahan, serta menggunakan alat dengan teknik yang benar. Aktivitas
membuat campuran banyak dilakukan oleh siswa karena dalam LKS siswa ditugaskan untuk membuat campuran sebelum melakukan percobaan.
Sedangkan menyiapkan alat dan bahan merupakan bagian dari kegiatan praktikum, dimana sebelum praktikum siswa harus menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan sesuai dengan pedoman pada LKS. Begitupun menggunakan alat dengan teknik yang benar, siswa mampu menggunakan
alat praktikum dengan teknik yang benar karena sebelumnya siswa telah ditugaskan membuat langkah kerja lengkap dengan gambar. Alat-alat yang
digunakan cukup sederhana dan siswa mampu menggunakannnya dengan baik. Aktivitas merangkai alat praktikum memiliki persentase dibawah
aktivitas membuat campuran, menyiapkan alat dan bahan, serta menggunakan alat dengan teknik yang benar. Karena pada aktivitas
merangkai alat praktikum, tiap kelompok mengandalkan salah satu teman saja untuk merangkai alat praktikum, mereka telah membagi tugas kerja.
Aktivitas membuat tabel hasil pengamatan memiliki nilai persentase paling rendah pada aspek ini, hanya sebagian siswa yang membuat tabel yang
lainnya tidak, hal tersebut menurut siswa cukup salah satu siswa dalam kelompok yang bertugas membuat tabel hasil pengamatan. Maka aspek
investigasimerencanakan percobaan secara keseluruhan muncul sesuai.
54
Aspek observasi. Sub aspek yang memiliki persentase paling tinggi adalah mengamati perbedaan larutan, suspensi dan koloid. Sub aspek ini
muncul sesuai. Sedangkan sub aspek menggunakanmengumpulkan fakta yang relevan muncul tidak sesuai dengan persentase yang lebih rendah.
Ativitas mengamati perbedaan larutan, suspensi dan koloid banyak dilakukan oleh siswa karena dalam LKS siswa ditugaskan untuk mencatat
perbedaan larutan, suspensi dan koloid. Dari hasil lapangan siswa mengamati perbedaan larutan, suspensi dan koloid dengan cara disaring,
homogen atau heterogen dan pengamatan effek tyndall, aktivitas ini dilakukan
dengan seksama
dan teliti.
Aktivitas menggunakanmengumpulkan fakta yang relevan memiliki persentase yang
lebih rendah karena siswa mengumpulkan fakta sebelum pelaksanaan praktikum akan tetapi sedikit yang menggunakannya, siswa hanya
menggunakan LKS yang diberikan. Maka aspek observasi muncul dengan baik, karena pada pelaksanannya siswa melakukan penelitian atau praktikum
sesuai dengan prosedurlangkah kerja yang telah mereka buat. Selain itu siswa sangat antusias melakukan praktikum, karena kegiatan ini jarang
mereka lakukan sebelumnya. Aspek prediksi, terdiri atas dua sub aspek yang muncul sesuai
dengan persentase yang hampir sama yaitu memperkirakan bentuk campuran homogen atau heterogen dan memperkirakan terjadinya gumpalan pada
susu setelah diberi perasan jeruk nipis. Aktivitas ini banyak dilakukan siswa, karena dari hasil lapangan untuk membedakan larutan, suspensi, dan koloid,
siswa sebelumnya memperkirakan apakah dari ketiga campuran tersebut homogen atau heterogen, selain itu pada percobaan koagulasi siswapun
harus memperkirakan terjadinya gumpalan pada susu. Aspek klasifikasi, sub aspek mencari perbedaan dan persamaan
muncul sesuai dengan persentase paling tinggi, karena aktivitas mencari perbedaan dan persamaan merupakan bagian untuk mengerjakan LKS, yaitu
pada saat menulis kesimpulan dan mengerjakan evaluasi serta terdapat pada langkah kerja yang mereka buat. Sedangkan mengontraskan sifat-sifat dan
55
mencatat setiap pengamatan ke dalam tabel memiliki persentase yang sama dan lebih rendah dari sub aspek mencari persamaan dan perbedaan, misalnya
pada praktikum effek tyndall, siswa hanya mengamati bagaimana cahaya lampu saat disorotkan ketiga campuran tanpa mengamati bagaimana sifat-
sifat effek tyndall, mengapa cahayanya dihamburkan dan sebagainya. Selain itu siswa yang mencatat setiap pengamatan ke dalam tabel hanya sebagian
siswa saja, karena berdasarkan hasil wawancara siswa lebih mengandalkan teman kelompoknya, karena praktikum ini dilaksanakan berkelompok,
mereka telah membagi tugas, ada yang mencatat dan sebagainya. Maka aspek klasifikasi secara keseluruhan muncul sesuai.
Pada aspek komunikasi, sub aspek menyampaikan idegagasandata, menyimak
pendapatgambaran yang
disampaikan tiap
kelompok, memprentasikan hasil pengamatan, dan mendiskusikan rancangan langkah
kerja muncul sesuai. Keempat sub aspek ini mudah dilakukan siswa, siswa bebas menyampaikan idegagasan mereka dalam kerja kelompok maupun
saat diskusi kelas, selain itu adanya aktivitas mempresentasikan hasil pengamatan, seluruh siswa menyimak dengan baik, karena dapat menjadi
bahan masukan bagi mereka. Sedangkan sub aspek menjawabmenanggapi pertanyaan muncul tidak sesuai, dengan persentase dibawah keempat sub
aspek lainnya. Hal ini terlihat dari hasil wawancara bahwa siswa cenderung menerima pendapat dari siswa lainnya, dan ketika tanya jawab, lebih banyak
siswa yang presentasi yang menjawab pertanyaan-pertanyaan. Siswa lainnya lebih banyak aktivitas menyimak. Dan sebagian siswa tidak memperhatikan
ketika temannya presentasi. Maka secara keseluruhan aspek komunikasi muncul sesuai, hal ini karena ada interaksi antar siswa dalam kegiatan
belajar, pada pelaksanaannya siswa melakukan diskusi kelompok sebelum maupun sesudah melakukan praktikum, diskusi dalam kelompok maupun
diskusi kelas. Dalam kegiatannya siswa menyampikan idegagasandata, mempresentasikan
hasil pengamatan,
serta menjawabmenanggapi
pertanyaan, sehingga siswa telah melakukan komunikasi dengan baik.
56
Aspek interpretasi memiliki persentase terendah dari aspek komunikasi. Sub aspek menggambarmenterjemahkan data, membuat
kesimpulan sesuai dengan hasil pengamatan dan menganalisis data muncul dengan baik, karena dalam LKS siswa ditugaskan untuk mengisi hasil
pengamatan dan membuat kesimpulan. Untuk membuat kesimpulan tentunya siswa melakukan aktivitas sebelumnya yaitu menganalisis data dan
menterjemahkan data. Aktivitas menyajikan pemahaman baru muncul tidak sesuai dengan
persentase jauh di bawah ketiga aspek lainnya. Kegiatan menyajikan pemahaman baru hanya dilakukan oleh beberapa orang saja, dimana
pemahaman baru disini siswa melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan praktikum akan tetapi diluar LKS. Dari data hasil wawancara,
siswa cenderung mengikuti saja apa yang sudah terdapat dalam LKS. Berdasarkan pembahasan di atas, menunjukkan bahwa selama
kegiatan pembelajaran inkuiri, setiap pertemuan menggunakan aspek yang berbeda karena tujuan pembelajaran pada tiap pertemuan berbeda-beda
sehingga setiap aspek memiliki nilai persentase yang bervariasi. Dengan demikian, aspek keterampilan proses sains siswa yang
diamati ada beberapa aspek yang muncul sesuai dan ada pula aspek yang muncul tidak sesuai. Aspek keterampilan proses yang muncul sesuai adalah
aspek investigasi, aspek observasi, aspek klasifikasi, aspek prediksi, interpretasi, dan aspek komunikasi. Sedangkan aspek yang muncul tidak
sesuai adalah aspek bertanya dan hipotesis. Dari delapan aspek keterampilan proses sains tersebut, aspek yang
memiliki persentase tertinggi dan paling dominan adalah aspek investigasi. Aspek investigasi muncul dengan baik dan paling dominan karena pada
kegiatan ini siswa telah diberikan pedoman LKS yang sebelumnya mereka ditugaskan untuk membuat rancangan langkah kerja pada LKS tersebut,
sehingga siswa dengan mudah merencanakan percobaan. Selain itu berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa senang belajar dengan kegiatan
praktikum, menurut mereka belajar dengan kegiatan praktikum tidak
57
membosankan, mereka
mendapat pengalaman
baru, serta
dapat membuktikan suatu materi melalui suatu percobaan. Dengan demikian siswa
sangat berantusias untuk melakukan penelitian sehingga mereka sungguh-
sungguh untuk melakukan penelitian. Sedangkan aspek yang muncul dengan persentase paling rendah
adalah aspek hipotesis. Aspek ini memiliki persentase paling rendah dengan kategori muncul tidak sesuai, hal tersebut terjadi karena berdasarkan hasil
wawancara siswa belum terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri, siswa terbiasa menerima atau menyimak materi yang disampaikan
oleh guru, tidak terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Pada diagram 4.1 jelas terlihat bahwa keterampilan proses sains yang
muncul sesuai dengan persentase tertinggi adalah aspek investigasi, sedangkan aspek yang muncul tidak sesuai dengan persentase terendah
adalah aspek hipotesis. Pada dasarnya setiap siswa memiliki keterampilan dasar, oleh sebab
itu untuk mencapai kriteria keterampilan proses sains yang maksimal baik yang dasar maupun yang terpadu harus terlatih kepada siswa, hal tersebut
sebagaimana dikemukakan oleh Oemar Hamalik bahwa “Pendekatan keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan
mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa.
Kemampuan-kemampuan fisik dan mental tersebut pada dasarnya telah dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana dan perlu dirangsang agar
menunjukkan jati dirinya.”.
1
Secara keseluruhan persentase keterampilan proses sains siswa sebesar 83,1 dengan muncul sesuai. Maka hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri mampu mengungkap dan mengembangkan keterampilan proses sains siswa.
1
op.cit., h. 149.
58
2.Respon siswa terhadap Pembelajaran Berbasis inkuiri Hasil penelitian menunjukkan adanya respon yang positif terhadap
pembelajaran berbasis inkuiri. Dimana sebagian siswa merasa senang belajar kimia dengan pendekatan inkuiri tersebut, dalam pembelajaran
inkuiri ini siswa dilibatkan secara aktif mulai dari merumuskan masalah, mengajukan
hipotesis, merancang
dan menganalisis
percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan. Sehingga
kegiatan belajar yang mereka lakukan jadi lebih bermakna dan mereka jadi lebih memahami materi pelajaran. Sebagaimana paham konstrutivisme
bahwa dalam proses pembelajaran Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan dibenak mereka sendiri.
2
Dalam pembelajaran inkuiri siswa diminta untuk melakukan hipotesis, menurut siswa ini sulit dilakukan karena mereka belum terbiasa
untuk belajar mandiri. Mereka terbiasa mengandalkan guru. Selain itu banyak siswa yang belum membaca materi koloid sebelumnya, ini terlihat
ketika mereka diminta untuk berhipotesis, munculnya hipotesis diluar yang diharapkan. Misalnya ketika guru menampilkan gambar tiga buah campuran
diantaranya campuran air dan gula, campuran air dan susu, campuran air dan kopi. Siswa kurang mampu menafsirkan ketiga gambar tersebut, karena
menurut mereka guru yang akan menjelaskan gambar tersebut. Namun, siswa merasa senang dengan adanya praktikum, mereka
diminta untuk merancang percobaan. Menurut mereka dengan adanya praktikum kegiatan belajar jadi tidak membosankan, mereka dapat menguji
langsung teori yang mereka pelajari sebelumnya. Karena praktikum dilakukan berkelompok, maka diantara mereka saling membantu,
bekerjasama, yang kurang faham dapat diajari oleh siswa yang lebih faham, menurut mereka hal ini dapat mengembangkan pemikiran mereka. Selain itu
adanya kegiatan diskusi pada saat sebelum maupun sesudah praktikum
2
op.cit., h. 123
59
dalam pembelajaran inkuiri menurut siswa dapat menarik minat belajar siswa, karena siswa merasa kegiatan pembelajaran tidak monoton.
Adanya kegiatan diskusi dapat memberikan pengaruh positif bagi siswa, karena siswa merasa ditantang untuk selalu belajar dan berfikir lebih
keras selama merumuskan langkah kerja praktikum bersama kelompoknya. Selain itu kegiatan diskusi juga dapat melatih siswa untuk mengembangkan
kemampuan berkomunikasi, melalui kegiatan ini siswa menjadi lebih berani untuk bertanya, menjawab pertanyaan, mengeluarkan idegagasanpendapat,
dan lainnya. Namun demikian, pembelajaran seperti ini juga mempunyai
kekurangan, diantaranya pembelajaran seperti ini merupakan pembelajaran yang baru bagi siswa sehingga di dalam proses pelaksanaannya siswa
merasa sedikit kaku karena belum terbiasa. Selanjutnya, dikarenakan dalam pembelajaran ini lebih banyak berdiskusi dibandingkan dengan kegiatan
praktikum, siswa menjadi bosan dengan kegiatan diskusi, sehingga pada saat diskusi ini dapat memberikan peluang kepada siswa yang kurang aktif
pada kegiatan diskusi untuk membicarakan topik lain di luar materi pembelajaran.
60