Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Inkuiri
24
hasil saja melainkan proses pencapaian pembelajarannya. Jika pembelajaran menekankan pada aspek proses maka pengalaman belajar
siswa lebih bersifat langsung, karena dalam hal ini belajar sains bagi siswa bukanlah lagi menghafal teori atau konsep semata, melainkan
mengimplementasikan atau mengkonstruksi pengetahuan secara langsung dan menerapkannya pada kehidupan nyata.
Dalam proses pembelajaran seperti halnya inkuiri, keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan atau ditawar lagi keberadaannya, karena
keterampilan proses dalam pembelajaran merupakan keterampilan- keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam memproses
pelajaran sains, karena dengan keterampilan proses sains ini siswa dapat menemukan dan mengembangkan konsep dalam materi ajar. Peran dan
fungsi keterampilan proses juga tidak berhenti sampai disini saja, melainkan akan berlanjut kepada pengembangan kemampuan siswa
berikutnya melalui proses interaksi antara kemampuan keterampilan memproses informasi sebelumnya dengan konsep melalui proses belajar
mengajar hingga mengembangkan sikap dan nilai pada diri siswa. Keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran selalu
disesuaikan dengan tingkatan jenjang pendidikan. Hal ini didasarkan atas perbedaan tingkat perkembangan dan pengetahuan anak didik yang
berbeda-beda sesuai dengan usianya. Keterampilan proses yang merupakan standar kelulusan bagi siswa
SMA dan MA meliputi: keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu
mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,
menggolongkan dan
menafsirkan data,
serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan
memilih informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan sehari-hari.
Dalam kegiatan pembelajaran yang berorientasikan keterampilan proses, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Conny Semiawan dkk.
25
dalam penelitiannya, “dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan, anak akan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian,
keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan
skap dan nilai”.
29
Sikap ilmiah dalam pelaksanaannya ini hanya akan muncul atau bahkan berkembang jika siswa diperlakukan dan dianggap sebagai seorang
saintis muda di kelas. Dalam hal ini anak memerlukan lebih banyak doing science daripada listening to scientific knowledge. Dengan kata lain,
peningkatan scientific attitude dapat berlangsung jika penagajaran IPA guru dengan mengurangi peran „pengkhutbah‟ dan meningkatkan peran
fasilitator melalui kegiatan praktis IPA scientific activities yang mendorong anak doing science seperti pengamatan, pengujian, dan
penelitian dan jenis keterampilan lainnya. Pembahasan ini juga diperkuat dengan hasil-hasil penelitian
sebelumnya yang membuktikan bahwa keterampilan proses memiliki keterikatan dengan sikap ilmiah siswa. Hal ini terbukti dari berbagai jenis
keterampilan proses ternyata melibatkan sikap ilmiah yang ada, seperti pada kegiatan mengidentifikasikan masalah, siswa dilatih untuk memupuk
rasa ingin tahu, bersifat jujur, objektif, dan teliti. Dalam kegiatan mengkomunikasikan siswa dilatih jujur, kerja sama dan kreatif. Dalam
kegiatan menyimpulkan hasil pengamatan, siswa dilatih memupuk rasa ingin tahu, objektif, jujur, terbuka, kritis, kerja sama, dan berinisiatif. Hal
senada juga telah diungkapkan oleh Semiawan, dkk dalam bukunya bahwa pendekatan keterampilan proses merupakan suatu sistem pengajaran yang
lebih banyak mengaktifkan siswa, serta memberi kesempatan yang luas
29
Conny Semiawan dkk., Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: Grasindo, 1992, cet. I, h. 18
26
dalam mengembangkan inetelektual, keterampilan proses sains, minat, dan sikap ilmiahnya.
Pengembangan keterampilan proses diatas hanya terbatas dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Namun kini,
beranjak dari konsep pendekatan ini yaitu pengajaran yang mengaktifkan siswa, maka bisa ditemukan atau digunakan model pembelajaran baru
didalamnya yang serupa, seperti discovery dan inkuiri. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan atau
keterkaitan antara keterampilan proses sains dengan sikap ilmiah siswa, yang mana dalam hal ini tentunya melibatkan kegiatan pembelajaran yang
dapat menumbuhkan kedua aspek tersebut, salah satunya seperti telah disebutkan sebelumnya yaitu dengan menggunakan pendekatan inkuiri.
Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Proses Sains
30
No. Keterampilan Proses
Sains Aspek yang diamati
1 Bertanyamengajukan
pertanyaan Bertanya untuk meminta penjelasan
Mengajukan pertanyaan
yang berlatar belakang hipotesis