Jenis-Jenis Zakat Beberapa ketentuan Umum tentang Zakat Dalam Hukum Islam

yakni 85 gram sebesar 2,5. Apabila sebuah perniagaan pada akhir tahun atau tutup buku telah memiliki harta kekayaan modal dan keuntungan senilai 85gram, maka perniagaan itu telah wajib untuk mengeluarkan zakat sebesar 2,5 dari seluruh harta perniagaan. 30 4 Hasil Peternakan Yang wajib di keluarkan zakatnya adalah ternak yang telah dipelihara setahun di tempat pengembalaan dan tidak di pekerjakan sebagai tenaga pengangkutan dan sebagainya, dan sampai nisabnya. Ternak yang di zakati di indonesia adalah kambing atau biri-biri, sapi dan kerbau. Nishab a Kambing atau biri-biri adalah 40 ekor. 40 sampai 120, zakatnya 1 ekor kambinh, 121 sampai dengan 200, zakatnya 2 ekor, 201 sampai 300, zakatnya 3 ekor. Selanjutnya setiap pertmbahan 100 ekor, zakatnya tambah 1 ekor kambing. Nishab B sapi adalah 30 ekor. 30 sampai 49, zakatnya 1 ekor sapi barumur dua tahun lebih, 40 sampai 59, zakatnya 1 ekor sapi berumur dua tahun lebih, 60 sampai 69, zakatnya 2 ekor sapi berumur satu tahun lebih, 70 sampai 79, zakatnya 2 ekor sapi, 1 ekor berumur setahun dan 1 ekor lagi barumur dua tahun lebih. Selanjutnya setiap tambahan 30 ekor zakatnya 1 ekor sapi berumur setahun lebih dan seterusnya. Nishab C kerbau, sama dengan sapi, demekian juga kabar zakatnya. 26 26 Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, h. 45-46. 5 Hasil Tambang dan Barang temuan Dalam kitab-kitab fikih islam barang tambang yang wajib dizakati hanyalah emas dan perak saja. Demikian juga dengan barang temuan yang wajib di zakati terbatas pada emas dan perak saja. Kewajiban untuk menunaikan zakat barang-barang tambang adalah setiap kali barang itu selesai di nersihkan diolah. Nishab a barang tambang adalah sama denga nishab emas 96 gram dan perak 672 gram, kadarnya pun sama, yaitu dua setengah persen. Kewajiban untuk menunaikan zakat barang temuan adalah setiap kali orang menemukan barang tersebut. Nishab b barang temuan sama dengan nishab emas dan perak, demikian juga kadarnya. 32

4. Orang-orang Yang Berhak Menerima Zakat

Orang-orang yang berhak menerima zakat terbagi atas delapan golongan Sebagaimana yang telah diterangkan Allah dalam al-Quran surah At- Taubah 9 : 60, dengan firmannya :                          Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang kafir, orang-orang miskin, para pengurus zakat, orang kafir yangtertarik pada islam,hamba sahaya, orang-orang yang berhutang, orang-orang yang berjuang fii sabilillah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang di wajibkan Allah. Dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana.” At-Taubah : 960

a. Golongan pertama dan kedua fakir dan miskin

Seperti yang telah di sebutkan, sasaran masarifzakat sudah di tentukan dalam surah Taubah, yaitu delapan golongan. Yang pertama dan yang kedua, fakir dan miskin. Mereka itulah yangpertama diberi saham harta zakat oleh Allah. Ini menunjukkan, bahwa sasaran pertama zakat ialah hendak menghapuskan kemiskinan dan kemelaratan dalam masyarakat islam. Abu yusuf, pengikut atau abu Hanifah, dan Ibn Qosim pengikut malik berpendapat, bahwa kedua golongan itu fakir dan miskin sama saja. 27 Tetapi pendapat jumhur, justru berbeda. Sebenarnya keduanya adalah dua golongan tapi satu macam. Yang di maksud adalah mereka yamg dalam kekurangan dan dalam kebutuhan. Tetapi para ahli tafsir dan ahli fikih berbeda pendapat pula dalam menentukan secara definitiv arti kedua kata tersebut secara tersendiri, juga dalam menentukan apa makna kata itu. Pemuka ahli tafsir, Tabari menegaskan, bahwa yang dimaksud dengan tafsir, yaitu orang yang dalam kebutuhan, tapi dalam menjaga diri tidak minta-minta. Sedang yang dimaksud dengan miskin, yaitu orang yang dalam kebutuhan, tapi suka merengek-rengek dan minta- minta. 27 Qardawi, Hukum Zakat, h. 510 Pengertian fakir menurut mazhab Hanafi ialah orang yang tidak memiliki apa-apa dibawah nilai nishab menurut hukum zakat yang sah, atau nilai sesuatu yang dimiliki mencapai nishab atau lebih, yang terdiri dari perabot rumah tangga, barang-barang, pakaian, buku- buku sebagai keperluan pokok sehari-hari. 28 sedang pengertian miskin menurut mazhab Hanafi ialah mereka yang tidak memiliki apa-apa inilah pendapat yang masyhur. Para ulama Hanafi masih berbeda pendapat mengenai penentuan nishab yang dimaksud, yakni apakah nishab uang tunai sebanyak dua ratus dirham atau nishab yang sudah dikenal dari harta apapun juga. Jadi golongan mustahik zakat dalam arti fakir atau miskin menurut mereka ialah; a yang tidak punya, b yang mempunyai rumah, c yang memiliki mata uang kurang dari nishab, d yang memiliki kurang dari nishab selain mata uang, seperti empat ekor unta atau tiga puluh sembilan ekor kambing yang nilainya tak sampai dua ratus dirham. Ada lagi bentuk lain yang masih diperselisihkan, yakni : barngsapa memiliki nishab selain mata uang seperti lima ekor unta atau empat puluh ekor kambing dan niainya tidak mencapai nishab dalam keadaan tuai. 29 ada juga yang mengatakan, boleh menerima zakat, tapi juga diharapkan mengeluarkan zakat. Yang lain berkata, ia 28 Ibid., h. 511-512 29 Qardawi, Ibid., h. 513 termasuk kaya dan harus mengeluarkan zakat, tak boleh menerima zakat. Menurut tiga imam, fakir dan miskin itu adalah mereka yang kebutuhannya tak tercukupi. Yang di sebut fakir, ialah mereka yang tidak mempunyai harta atau penghasilan layak dalam memenuhi keperluannya : sandang, pangan, tempat tinggal dan segala keperluan pokok lainnya, baik untuk diri sendiri ataupun bagi mereka yang menjadi tanggungannya. Misalnya orang memerlukan sepuluh dirham perhari, tapi yang ada hanya empat, tiga atau dua dirham.

b. Golongan Ketiga Amil Zakat

Amil adalah lembaga atau badan hukum yang mengurusi zakat. Tentu saja badan ini mempergunakan pribadi untuk melaksanakan tugasnya. 30 para amil zakat mempunyai berbagai macam tugas dan pekerjaan semua berhubungan dengan pengaturan soal zakat. Yaitu soal sensus terhadap orang-orang yang wajib zakat dan macam zakat yang di wajibkan padanya, juga besar harta yang wajib di zakat, kemudian mengetahui para mustahik zakat. Berapa jumlah mereka, berapa kebutuhan mereka, serta besar biaya yang dapat mencukupi dan hal-hal lain yang merupakan urusan yang perlu ditangani secara sempurnaoleh para ahli dan petugas serta para pembantunya. 30 Pemerintah DKI Jakarta, Rekomendasi dan Pedoman Pelaksanaan Zakat, Jakarta : Bazis DKI Jakarta, 1987, cet ke-4, h. 74