YBM-Bapekis-CSR BRI Mengadakan Road Show Pengobatan

Menurut pengakuan Nasir, Pelaksana Harian YBM-BRI, sampai saat ini YBM telah membantu lembaga ini lebih dari Rp. 50 juta. Bantuan dari berbagai pihak itu diabadikan ke dalam nama- nama kelas. Yang terdiri atas:  Kelas YBM-BRI bantuan dari YBM-BRI  Kelas Britama bantuan dari Britama BRI  Kelas BBC bantuan dari Club Bintaro Bikers Community  Kelas Harley Davidson bantuan dari pemilik Harley Davidson Kini, lembaga pendidikan yang diamanahkan kepada putra daerah, Ir. H. Ahmad Supriyatna memiliki 160 siswa yang terbagi dalam empat rombongan belajar, masing-masing kelas I, II, dan III. Mereka dibimbing oleh 14 orang guru. Fasilitas yang dimiliki kini berupa empat ruang kelas permanent, ruang kantor dan TU, sebuah musholla, saung-saung tempat belajar di ruang terbuka, serta satu ruang multimedia yang belum selesai pembangunannya. Bukan hanya itu, lembaga ini juga melibatkan perguruan tinggi dalam hal teknik pengembangan petrnakan yaitu IPB Institut Pertanian Bogor. C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi YBM BRI 1. Pemahaman Zakat Yang dimaksud dengan pemahaman disini adalah pengertian umat islam tentang zakat itu, pengertian mereka sangat terbatas kalau dibandingkan dengan pengertian mereka tentang shalat dan puasa. Misalnya ini disebabkan dengan pendidikan keagamaan Islam dimasa lampau kurang menjelaskan pengertian dan masalah zakat ini. Akibatnya karena kurang faham, umat Islam kurang pula melaksanakannya. 10 2. Sikap Kurang Percaya Disamping kesadaran yang makin tumbuh dalam masyarakat Islam Indonesia tentang pelaksanaan zakat, dalam masyarakat ada juga sikap kurang percaya terhadap penyelenggaraan zakat itu. Sikap ini sesungguhnya ditujukan kepada orang atau sekelompok orang yang mengurus zakat, misalnya masyarakat kurang percaya terhadap YBM BRI, antara lain karena pengelola YBM BRI kurang profesional serta kurang terbuka dalam pengelolaan ZISnya. 3. Sikap Tradisional Kebiasaan para wajib zakat dan pada masyarakat umumnya menyerahkan zakatnya tidak kepada delapan kelompok atau beberapa dari delapan golongan yang berhak menerima zakat, tetapi kepada para pemimpin agama setempat kepada Kyai Tokoh masyarakat. Pemimpin Agama ini tidak bertindak sebagai amil yang berkewajiban membagikan atau menyalurkan zakat kepada mereka yang berhak menerimanya, tetapi bertindak sebagai mustahik sendiri dalam kategori Sabilillah. Cara dan sikap ini tidak sepenuhnya salah. Namun sikap demikian tersebut seyogyanya ditinggalkan, diantaranya untuk menghindari penumpukan haarta zakat pada orang tertentu. Padahal salah satu tujuan zakat pemerataan rezeki untuk mencapai keadilan.