Golongan Keempat Muallaf Orang-orang Yang Berhak Menerima Zakat

pengrajin dan pengusaha kecil untuk membangun industri kecil meeka sendiri dari pada membiarkan mereka terus bekerja sebagai buruh. Ini bukan saja membantu mereka menjadi pemilik industri mereka sendirian, tetapi juga memberi tanbahan yang besar terhadap kekayaan negara. 38

e. Golongan Keenam Gharimin

Ghorimin adalah mereka yang punya hutang, tak dapat lagi membayar hutang, karena sudah jatuh fakir. Termasuk kedalamnya, mereka yang berhutang untuk kemaslahatannya, merka yang berhutang kemaslahatan hukum, dan kemaslahatan bersama, seperti mendamaikan per sengketaan, menjamu tamu, memakmurkan masjid, membuat jembatan dan lain-lain. Hanya mereka yang berhutang kemaslahatan diri, baru boleh meminta hak in, bila mereka telah fakir, telah jatuh miskin tak sanggup lagi membayarnya. Adapun merka yang berhutang karna kemaslahatan umum, maka ia boleh minta dari bagian ini buat membayar hutangnya, guna mendamaikan orang yang berselisih dan ahli fikih mensyaratkan hutang yang diperbuat itu, jangan dengan jalan maksiat melainkan apabila telah diketahui, bahwa ia telah bertaubat dari maksiatnya. 39 38 Afzalurahman, Doktrin Ekonomi Islam, h. 303. 39 Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, h. 185

f. Golongan Ketujuh fii sabilillah

Makna sabilillah jalan allah adalah jalan yang mengantarkan kepada keridhaan Allah, baik berupa ilmu atau amal. Mayoritas ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan fii sabilillah disini adalah berperang. Bagian zakat untuk fiisabilillah diberikan kepada para relawan yang berperang dan tidak mendapatkan gaji tetap dari pemerintah. 40 Fiisabilillah meliputi banyak perbuatan, meliputi berbagai bidang perjuangan dan amal ibadah, baik segi agama pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, kesenian,termasuk mendirikan rumah sakit, penerbitan mushhaf dan sebagainya. 41 Salah satu perkara paling penting dalam kategori fii sabilillah pada zaman kita adalah menyiapkan dan mengirim para da’i ke negeri-negeri kafir, melalui lembaga-lembaga yang terorganisir untuk menyiapkan dana yang cukup bagi merka. Demikian pula membiayai sekolah-sekolah yang mengajarkan ilmu-ilmu agama dan selainnya, sehingga tercapailah kemaslahatan umum. Rasullah saw juga menjadikan haji dan umrah sebagai fisabilillah. Keduanya disamakan dengan orang yang berjuang dijalan Allah swt berdasarkan hadist Mi’qal al-Asadiyah, “bahwa suaminya ingin menyedekahkan unta mudanya dijalankan Allah swt, sedangkan 40 Syaikh as-Sayyid Sabiq, Panduan Zakat Menurut al- Qur’an dan As-Sunnah, Bogor, Pustaka Ibnu Katsir, 2005, h. 158. 41 Lili Bariadi, h. 15. ia ingin menunaikan umrah. Ia meminta kepada suaminya unta tersebut dan suaminya menolak. Kemudian, perempuan tersebut datang menemui Nabi dan menceritakan hal itu. Nabi memerintahkan suaminya untuk memberikan unta tersebut kepada isteri nya, “Dan Nabi berkata, “Haji dan Umrah termasuk fii ssabiilillah”. Sebagian berpendapat bahwa fii sabiilillah mencakup segala kemaslahatan umat Islam dan semua aspek kebaikan seperti mengkafani jenazah, membangun benteng, membangun masjid. 42

g. Golongan kedelapan Ibnu SabilMusafir

Ibnu sabil ialah, segala mereka yang kehabisan belanja dalam perjalanan dan tak dapat mendatangkan belanjanya dari kampungnya, walaupun ia orang yang berharta dikampungnya. Begitu juga dinamakan ibnu sabil adalah orang yang jauh dari keluarganya atau berda dirantau orang, yang telah kehabisan belanja atau kehabisan perbekalan. 43 Para ulama sepakat bahwa musafir yang jauh dari negerinya boleh menerima zakat dengan nilai cukup untuk membeantunya sampai ke tujuan jika harta yang dibawanya tidak cukup, mengingat sifat kefakiran yang menimpanya. 42 Qutb Ibrahim Muhammad, Bagaimana Rasulullah Mengelola Ekonomi, h. 249-250. 43 Ibnu Mas’ud, Zainal Abidin, Fiqh Madzhab Syafi’i Bandung : Pustaka Setia, 2005, h. 558.