Metodologi Penelitian Tinjauan Pustaka

Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia YBMB BRI, secara khusus berkenaan dengan pengumpulan dan penyaluran zakat.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab, dengan susunan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN, dalam bab ini penulis menerangkan secara garis besar mengenai latar belakang penelitian yang merupakan alasan pemilihan judul, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan teknis penulisan, sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN TEORI, dalam ini penulis menerangkan pengertian pemberdayaan, zakat, kedudukan zakat dalam hukum islam, beberapa ketentuan umum tentang zakat dalam hukum islam. BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG YAYASAN BAITUL MAAL BANK RAKYAT INDONESIA YBM BRI PUSAT, dalam bab ini penulis menerangkan profil YBM BRI, struktur organisasi YBM BRI, sumber dan penggunaan dana ZIS YBM BRI, kendala-kendala yang dihadapi YBM BRI. BAB IV : ANALISA TERHADAP PEMBERDAYAAN ZAKAT, YBM BRI, dalam bab ini penulis menerangkan, strategi dalam menghimpun dana ZIS, bentuk program pendayagunaan melalui efektifitas pengelolaan dana ZIS, langkah-langkah pemberdayaan zakat YBM BRI, dan kendala-kendala yang dihadapi oleh YBM BRI.. BAB V : PENUTUP, yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan dana ZIS di pengelola ZIS di masa mendatang sekaligus langkah-langkah konkrit perlu segera dilakukan. Secara konseptual, pendayagunaan terdiri dari dua kata yaitu: kata “daya” berarti power, energy, dan capacity. Daya mengisyaratkan kekuatan atau tenaga untuk menggerakkan. Sementara daya guna berarti daya kerja yang mendatangkan hasil yang sebanyak-banyaknya yang bermanfaat using, efficiency, usefulness. Dengan demikian program pendayagunaan berarti program yang diberikan peruntukan untuk dimanfaatkan secara produktif dan untuk kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan program pendayagunaan dana ZIS maka langkah Pertama, Menjadikan pengelola ZIS sebagai amil zakat yang memiliki kekuatan penggerak untuk menyelamatkan ibadah umat dan penggerak untuk meningkatkan kesadaran berzakat pasal 4. Kedua, Menjadikan pengelola ZIS sebagai fasilitator dan ujung tombak penggerak ekonomi sektor real dengan menumbuhkan dan mengembangkan usaha kecil masyarakat bawah melalui perannya sebagai sumber permodalan yang mudah, sehingga ia dapat dijadikan sebagai tempat bagi proses akumulasi modal dari kalangan masyarakat bawah. Di sini jargon small but professional penting dijadikan sebagai dasar pijakan. Ketiga, Membangun jaringan networking baik secara horizontal dengan sesama LAZ dan lembaga-lembaga perekonomian lain – maupun secara vertikal dengan menjalin hubungan kemitraan partnership dengan lembaga-lembaga yang besar dan mapan, sebagai alternatif bagi pembinaan permodalan, manajemen dan SDM sekaligus berdasarkan prinsip kerjasama saling menguntungkan. Prosedur pendayagunaan dilaksanakan untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan, kesehatan, bencana alam dan bantuan yang langsung baik konsumtif maupun produktif. Di sinilah siklus pendayagunaan ZIS dapat diupayakan sebagai berikut : pertama, Bantuan langsung BL yang terdiri dari : bantuan bersifat konsumtif yaitu diberikan bantuan kepada mustahik yang habis dipakai. Bantuan bersifat produktif yaitu bantuan yang diberikan kepada mustahik yang dapat habis dan tidak mempunyai kewajiban untuk mengembalikannya. Bantuan tersebut diharapkan dapat merubah posisi mustahik menjadi muzakki dan untuk meningkatkan sumber daya manusia SDM. Kedua, bantuan tidak langsung BTL yaitu bantuan diberikan kepada mustahik dengan kewajiban mengembalikan atau sebagai dana abadi milik pengelola ZIS yang ada pada mustahik. Bantuan tersebut untuk pemberdayaan ekonomi lemah bersifat utang atau penyertaan. Kemudian bantuan diberikan kelompok investasi penyertaan yang bersifat murni. Agar proses dan prosedur pendayagunaan di atas kiranya dapat direalisasikan maka tidaklah memadai dengan kekuatan akhlak the power of akhlak yaitu sidiq dan amanah saja. Namun, dibutuhkan kecerdasan fathanah, yang dilengkapi faktor penunjang lainnya seperti kecerdasan