Pengertian Pendidikan Islam Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia- manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT baik kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnya. 11 Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian; pendidikan Islam ini telah banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan sesuai dengan petunjuk ajaran Islam; karena itu pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga bersifat praktis atau pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman da n pendidikan amal”. 12 Dari beberapa definisi tentang pendidikan Islam di atas maka dapat diambil beberapa pengertian tentang pendidikan Islam, yaitu: 1 Sebagai usaha bimbingan ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam. 2 Suatu usaha sadar untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku individu untuk mencapai pertumbuhan kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dalam proses kependidikan melalui latihan-latihan akal pikiran kecerdasan, kejiwaan, keyakinan, kemauan dan perasaan, serta pancaindra dalam seluruh aspek kehidupan manusia. 3 Bimbingan secara sadar dan terus-menerus yang sesuai dengan kemampuan dasar fitrah dan kemampuan ajarnya pengaruh dari luar, secara individual maupun kelompok sehingga manusia mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan benar. 11 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, Cet. I, h. 40-41 12 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, Cet. I, h. 150

b. Dasar-Dasar Pendidikan Islam

Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu, pendidikan Islam sebagai usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan kemana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan. Landasan itu terdiri dari al- Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al-Maslahah al-Mursalah, Istihsan, Qiyas, dan sebagainya. 13 1 Al-Qur’an Penurunan al- Qur’an diawali dengan ayat-ayat yang mengandung konsep pendidikan, dapat menunjukkan bahwa tujuan al- Qur’an yang terpenting adalah mendidik manusia melalui metode yang bernalar serta sarat dengan kegiatan meneliti, membaca, mempelajari, dan observasi ilmiah terhadap manusia sejak manusia masih dalam bentuk segumpal darah dalam rahim ibu. Sebagaimana firman Allah: 14 “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar manusia dengan perantara pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” QS. Al-‘Alaq: 1-5. 15 Dasar pelaksanaan pendidikan Islam, Allah berfirman: 13 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, Cet. III, h. 19 14 Abdurrahman Annahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,Terj. Dari Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalibiha fil Baiti wal Madrasati wal Mujtama’ oleh Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press, 1995, Cet. I, h. 31 15 Departemen Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009, h. 597 “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu Muhammad ruh al- Qur’an dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab al- Qur’an dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan al- Qur’an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing manusia kepada jalan yang lurus .” QS. Asy-Syura: 52. 16 Ayat ini menjelaskan bahwa al- Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridhai Allah SWT. 17 Al- Qur’an merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW bagi seluruh umat manusia. Al- Qur’an merupakan kitab Allah SWT yang memiliki perbendaharaan luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan manusia. Ia merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik pendidikan kemasyarakatan sosial, moral akhlak, maupun spiritual kerohanian, serta material kejasmanian dan alam semesta. Al- Qur’an merupakan sumber nilai yang absolut dan utuh. Eksistensi al- Qur’an tidak akan pernah mengalami perubahan. Kemungkinan terjadinya perubahan hanya sebatas interpretasi manusia terhadap teks ayat yang menghendaki kedinamisan pemaknaannya, sesuai dengan konteks zaman, situasi, kondisi, dan kemampuan manusia dalam melakukan interpretasi. Isi al- Qur’an mencakup seluruh dimensi manusia dan mampu menyentuh seluruh potensi manusia, baik motivasi untuk mempergunakan pancaindera dalam menafsirkan alam semesta bagi kepentingan formulasi lanjut pendidikan manusia pendidikan Islam, motivasi agar manusia mempergunakan akalnya, lewat tamsilan-tamsilan Allah SWT dalam al- Qur’an maupun motivasi agar manusia mempergunakan hatinya agar mampu mentransfer nilai-nilai pendidikan Ilahiah, dan lain sebagainya. Ini semua merupakan sistem umum pendidikan yang ditawarkan Allah SWT 16 Departemen Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 489 17 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. V, h. 154 dalam al- Qur’an, agar manusia dapat menarik kesimpulan dan melaksanakan semua petunjuk tersebut dalam kehidupan sebaik mungkin. Bila ditinjau dari proses turunnya al- Qur’an yang berangsur-angsur dan sesuai dengan berbagai peristiwa yang melatarbelakangi turunnya, merupakan proses pendidikan yang ditunjukkan Allah kepada manusia. Dengan proses tersebut memberikan nuansa baru bagi manusia untuk melaksanakan proses pendidikan secara terencana dan berkesinambungan, layaknya proses turunnya al- Qur’an, dan disesuaikan dengan perkembangan zaman dan tingkat kemampuan peserta didiknya. 2 As-Sunnah Sunnah secara bahasa banyak artinya, antara lain adalah: s uatu perjalanan yang diikuti, baik dinilai perjalanan baik atau perjalanan buruk. Misalnya sabda Nabi: “Barang siapa yang membuat suatu jalan Sunnah kebaikan, kemudian diikuti orang maka baginya pahalanya dan sama dengan pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa yang membuat suatu jalan Sunnah yang buruk, kemudian diikutinya maka atasnya dosa dan dosa orang yang mengikutinya, tanpa meng urangi dosa mereka sedikitpun.” HR. at-Tirmidzi. Makna sunnah yang lain adalah yaitu tradisi yang kontinu 18 , misalnya firman Allah: “Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.” QS. Al-Fath: 23. 19 18 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Jakarta: AMZAH, 2009, Cet. I, h. 5 19 Departemen Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 513 Menurut istilah sunnah terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama, di antaranya adalah: Menurut ulama hadits Muhadditsin, sunnah adalah segala perkataan Nabi SAW. perbuatannya, dan segala tingkah lakunya. Menurut ulama Ushul Fikih Ushuliyun sunnah adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi SAW. baik yang bukan dari al- Qur’an baik berupa segala perkataan, perbuatan, dan pengakuanyang patut dijadikan dalil hokum syara’. Menurut ulama Fikih Fuqaha sunnah adalah sesuatu ketetapan yang datang dari Nabi SAW. dan tidak termasuk kategori fardhu dan wajib, maka ia menurut mereka adalah sifat syara’ yang menuntut pekerjaan tapi tidak wajib dan tidak disiksa bagi yang meninggalkannya. Menurut ulama maw’izah Ulama al-Wazhi wa al-Irsyad sunnah adalah sesuatu yang datang dari nabi dan para sahabat. 20 Contoh yang diberikan oleh beliau dapat dibagi kepada tiga bagian. Pertama, hadits qauliyah yaitu yang berisikan ucapan, pernyataan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW. Kedua, hadits fi’liyah yaitu yang berisi tindakan dan perbuatan yang pernah dilakukan nabi. Ketiga, hadits taqririyat yaitu yang merupakan persetujuan nabi atas tindakan dan peristiwa yang terjadi. Ini merupakan sumber dan acuan yang dicontohkan oleh nabi kepada umat Islam dalam seluruh aktivitas kehidupannya. Hal ini disebabkan karena syari’ah yang terkandung dalam al-Qur’an masih bersifat global, walaupun secara umum bagian terbesar dari syari ’ah Islam telah terkandung di dalamnya, namun muatan hukum yang terkandung, belum mengatur berbagai dimensi aktivitas kehidupan umat secara terperinci dan analitis. Keberadaan hadits Nabi sangat diperlukan sebagai penjelas dan penguat hukum-hukum Quraniah yang ada, sekaligus sebagai petunjuk pedoman bagi kemaslahatan hidup manusia dalam semua aspek 20 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,… h. 5-8